Cantik Terlihat Jelek - Bab 99 Hapus Riasanmu !

Bab 99 Hapus Riasanmu !

Akhirnya, Devan hanya menghirup sebuah nafas yang dalam dan memeluk Sherin dari belakang. Sherin berusaha mendorongnya. Tetapi Devan menahannya dan berkata, "Aku tidak bisa berjanji apa yang akan terjadi jika kamu terus bergerak"

Satu kalimat itu, sukses membuat Sherin menjadi diam.

Di dalam pelukan Devan, Sherin tidak berani bergerak dan badannya merasa kaku. Setelah beberapa saat, badan Sherin baru merasa lega ketika dia merasa Devan tidak bergerak lagi. Terdengar suara nafas Devan yang tenang.

Sherin mengerutkan alisnya, bukankah Devan mengalami insonmia? Tetapi dia malah tertidur lebih cepat dibanding Sherin.

Sherin berputar balik badannya dan melihat ke Devan. Tangan Devan masih berada di atas pinggang Sherin, dari sudut pandang Sherin, bisa melihat wajah Devan yang sempurna. Bulu matanya sangat panjang, hidungnya tinggi dan mancung. Bibirnya yang tipis dan bentuk wajahnya yang sempurna. Pria ini benar benar sangat ganteng.

Setelah kejadian semalam, Sherin tidak berani sembarang bergerak lagi. Dia hanya menatap Devan dengan diam diam. Sherin merasa semua ini seperti mimpi, dia tidak pernah berpikir bahwa suatu hari dirinya bisa bersama dengan pria seperti ini.

Tetapi... suatu hari kita juga harus bangun dari mimpi ini.

Berpikir sampai sini, Sherin merasa kecewa.

Pada saat bangun pagi, pak Hasan mengantarkan sarapan untuk mereka dan sekalian mengantar Simon pulang. Melihat Sherin keluar dari kamar mandi, Devan menyerahkannya segelas air hangat dan berkata, "Minum dulu baru makan. Setelah makan, aku akan membawa kamu ke satu tempat"

"Tempat apa?"

"Makan dulu"

Setelah membaca kata kata besar yang tertulis 'Sekolah penata rias internasional', Sherin mengerukan alisnya dan melihat ke Devan dengan wajah tidak mengerti. "Apakah kamu mau aku sekolah ke sini?"

"Turun dari mobil dulu"

Seorang wanita menyambut mereka ketika mereka baru berjalan sampai depan pintu. Sherin menutupi mulutnya dengan kaget setelah melihat siapa wanita itu, Wanita ini adalah... Felice?

"Kak Felice?'

Devan menarik dia, "Panggil Tante"

Tatapan Felice jatuh di tangan Sherin dan Devan yang saling berpengangan. Felice kaget, "Devan, ini..."

Devan? Tante? Sherin menjadi bingung dan segera melepaskan tangannya dengan Devan. Felice kenal dengan Gabriel. Tentu saja dia tahu hubungan antara Gabriel dan Devan. Pikir sampai sini, Sherin menundukkan kepalanya karena merasa malu.

"Aku bekerja di luar negeri baru baru ini. Setelah pulang, aku mendengar masalahmu... Sherin, untungnya kamu baik baik saja" Felice berkata dengan tatapan yang merisau. Hal ini membuat Sherin merasa terharu

"Terima kasih, kak Felice"

"Panggil Tante", Devan bersuara lagi. Sherin melirik ke Devan, "Dia masih begitu muda masa di panggil tante?"

Melihat interaksi dua orang itu, Felice tertawa dan mengulurkan tangan kanannya kepada Sherin, "Aku akan memperkenalkan diriku, nama saya Felice. Aku adalah adik kandung dari ibu Devan. Devan memanggil aku tante, berarti kamu......" Felice tertawa seolah olah mengerti semuanya, "Kamu juga harus mengikuti dia memanggil aku tante"

Adik kandung ibu Devan? Tetapi kemarin di Simba, dia bereaksi biasa saja terhadap Gabriel....

"Kemarin di Simba, aku yang meminta Devan untuk diam diam saja"

"Tetapi, apakah Gabriel juga tidak mengenali anda?"

Felice menyuruh mereka berdua duduk di sofa dan setelah itu, ada orang yang membawa beberapa gelas teh kemari. Felice mencicipi tehnya dan melihat ke Devan, "Devan yang menyuruh aku jangan memberi tahunya. Alasannya apa, kamu tanya kepada dia sendiri"

Devan tidak bebicara. Sherin merasa sangat kaget, orang di sekelilingnya semua adalah orang yang memiliki identitas lain dari yang biasanya di lihat. Tetapi dia sendiri juga begitu.

"Tante, aku ingin membiarkan Sherin belajar di sini beberapa saat" Devan berkata

"Boleh. Anak ini sangat berbakat di bidang ini. Aku sangat senang jika dia mau"

Sherin melihat ke Devan, sejak kapan Devan membuat keputusan ini untuknya?

"kamu ingin cari kerja, tetapi Kamu harus terus belajar jika kamu ingin berkembang di bidang ini. Tanteku sangat profesional dalam bidang ini. Kamu harus berterima kasih kepada dia jika dia ingin mengajari kamu" Devan mengelus kepala Sherin. Wajah Sherin menjadi merah, pria ini benar benar sangat berani. Di luar pun dia bertindak sesuka hatinya.

Melihat Sherin tidak berbicara, Devan beridiri, "Kalau kamu tidak ingin belajar ini, besok pergi jadi asistenku saja"

Sherin mana mungkin tidak ingin belajar tentang menata rias. Pada saat bekerja di simba, Sherin sudah tahu kemampuan Felice yang luar biasa. Sherin selalu sangat menyukai Felice. Felice tidak sama dengan para penata rias lain yang terkenal. Dia menata rias kepada semua orang karena menata rias adalah hobi Felice sendiri. Sherin merasa wanita ini sangat keren.

Sherin berpikir, betapa baiknya jika dia bisa memiliki setengah dari kemampuan Felice

"Aku hanya terlalu bahagia untuk berkata apa pun. Aku tidak bilang aku tidak ingin belajar di sini" Sherin berkata. Dia berdiri dan membungkuk kepada Felice, "Tante... ah tidak, Guru Felice, saya akan merepotkan anda dalam beberapa saat ini"

Sikap Sherin yang serius membuat Devan dan Felice tertawa

"Kalau begitu, tante, aku akan pegi kantor dulu. Sherin..."

"Devan, apakah kamu takut aku akan memakan dia? Cepat pergi sana"

Devan menundukkan kepalanya dan menoleh ke Sherin, "Malam ini kita makan bersama" Setelah itu, Devan meninggalkan ruangan.

Ini merupakan pengumumkan hubungan dia bersama Devan pertama kali. Sherin merasa sedikit malu dan tidak tahu harus bagaimana menghadapi Felice setelah Devan pergi.

"Kamu ikut aku dulu" Felice tiba tiba berkata. Tidak tahu apakah itu khayalan, Sherin merasa nada suara Felice agak berbeda dengan tadi. Tetapi dia tidak berani banyak berkata dan mengikuti Felice masuk ke dalam ruang penata rias.

"Tutup pintu" Felice duduk di depan cermin dan melihat ke Sherin. Sherin merasa sedikit takut dengan tatapannya, Felice mengambil beberapa botol yang tertulis 'cairan penghapus make up' dan berkata dengan dingin, "Hapus riasanmu!"

Mendengar kata katanya, Sherin hampir jatuh ke lantai. Detik selanjutnya, wajah Sherin menjadi pucat dan bibirnya mulai bergetar.

Novel Terkait

Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu