Cantik Terlihat Jelek - Bab 489 Bertemu Dengan Orang Familiar

Weni menatap ke mata Altius tanpa menghindar.

Tetapi Altius tidak bereaksi kaget, kecewa atau frustrasi seperti ekspektasinya, malahan dia berkata dengan nada suara jujur:

"Hutu sudah memberi tahu aku, aku tidak peduli, kalau kamu mau memberikan aku kesempatan, aku pasti akan menjadikan dia sebagai anakku sendiri, kalau untuk keluarga aku, kamu tenang saja, aku pasti akan berkomunikasi dengan mereka"

Altius berkata dengan cemas, tetapi jelas kata-kata ini tidak terlihat seperti kata-kata mendadak, sepertinya dia sudah berpikir tentang ini sangat lama.

Hutu berkata Altius adalah pria IT terus terang, kecepatan dalam mendengar dan melakukan pekerjaan dia sangat cepat dan kuat.

Pria yang baru pernah bertemu dengan Weni sekali bisa mengatakan kata seperti ini, hal ini membuat Weni merasa sangat kaget dan terharu.

Weni menundukkan kepalanya dan tidak berbicara, kedua tangannya terus membentuk tinju yang erat sebelum melega kemudian menjadi erat lagi.

Kalau Weni dan Bima benar-benar tidak mungkin bisa bersama lagi, kalau kehidupan Weni ingin berubah, hal ini bisa merupakan sebuah kesempatan.

Mungkin orang lain tidak percaya pada hal seperti jatuh cinta pada pandangan pertama, tetapi Weni percaya, karena Weni jatuh cinta kepada Bima pada pandangan pertama.

Jadi, meskipun merasa kaget dengan kata-kata Altius, Weni tetap percaya kepadanya.

Kalau mau melepaskan, maka Weni harus memenuhi tempat kosong di dalam hatinya.

"Apakah kamu ada waktu malam ini? Bolehkah temani aku pergi makan?"

Mendengar kata-kata Weni, Altius jelas merasa sangat kaget.

Karena merasa malu dengan penatapan Altius, Weni menarik nafas, "Aku... apakah terlalu mendadak? Kalau tidak bisa tidak apa-apa, jadikan aku tidak pernah mengajak"

Sambil berkata, Weni mengambil tasnya dan turun dari mobil.

"Malam ini aku datang menjemput kamu"

Pada saat pintu mobil hampir tertutup, Altius menjawab dengan cemas.

Pada saat Weni baru saja masuk ke dalam kantor, notifikasi penambahan teman pun muncul lagi di layar ponsel Weni.

Sesuai dengan ekspektasi, Altius mencoba untuk menambah Weni sebagai teman di media sosial lagi, Weni menghela sebuah nafas dan menekan tombol menerima.

Weni memiliki sebuah kelebihan, mau bertemu dengan masalah apa pun, dia tidak akan membawa perasaan pribadi ke dalam pekerjaan.

Jadi, walaupun tadi malam Weni barusan menangis dengan sakit hati, walaupun nanti malam masih ada satu pertemuan canggung sedang menunggunya, Weni tetap meletakkan semua focus ke dalam pekerjaannya.

"Weni, di luar ada yang mencari kamu"

Rekan kerja Weni berdiri di depan ruang penelitian dan memanggilnya.

Weni melamun sejanak dan melihat ke jam, ternyata sudah melewati jam pulang kerja.

Weni mengganti baju sebelum mengambil ponselnya, pada saat itu Weni baru menyadari ada banyak telpon yang tidak terima dan pesan teks.

Yang dikirim oleh Bima adalah sebuah alamat dan pesan berkata agar dia datang lebih awal.

Pesan teks dari Ibu Bima mengatakan dia sudah membawa Kiki ke sana, karena Weni tidak mengangkat telponnya, Ibu Bima mengirim satu pesan teks lagi menyuruh Weni langsung pergi ke lokasi makan malam setelah pulang kerja.

Kemudian pesan teks dari Altius, dia berkata dirinya sudah di bawah dan menyuruh Weni untuk keluar setelah pulang kerja, Weni melihat ke jam pengiriman pesan, sore jam 4.50, sementara sekarang sudah jam 5.40

Weni mengerutkan alisnya dan segera turun ke lantai bawah.

Pada saat melihat mobil yang parkir di depan kantor, Weni menarik rambutnya dengan frustrasi.

"Maaf ya, aku tidak melihat ponsel tadi, benar-benar sangat maaf" Weni berkata sambil membuka pintu mobil.

Melihat Weni masuk ke dalam mobil, Altius yang sedang menelpon sibuk mematikan telponnya, "Tidak apa-apa, kebetulan aku juga sedang menyelesaikan pekerjaan"

Setelah itu, Altius berputar badannya dan mengambil sebuah tanaman kaktus dari belakang.

"Tadi melewati toko, aku sekalian membeli satu pot, katanya ini bisa menghalang cahaya UV"

Melihat ekspresi Altius yang serius, kemudian menatap ke tanaman kaktus itu, Weni mulai tertawa dengan suara.

"Apakah... aku membuat sesuatu yang lucu?" Wajah Altius memerah.

Altius tidak pernah mengejar wanita, tetapi dia juga bukan tidak tahu seharusnya memberikan bunga, hanya saja Altius merasa bunga adalah barang yang mewah tetapi tidak realitas.

Weni terus tertawa sampai air matanya mengalir.

Tiba-tiba Weni teringat, tahun itu, Bima ulang tahun, Weni berpikir keras selama setengah bulan mau memberikan Bima apa sebagai kado, setelah itu, mendengar Bima harus sering menghadapi komputer dan mesin besar, Weni pun memberikan sebuah kaktus kepadanya.

Reaksi Bima juga tertawa dan berkata, "Terima kasih, sangat unik"

Weni ingat, ekspresi dirinya sama persis dengan ekspresi Altius sekarang.

"Terima kasih, aku sangat menyukainya" Weni mengambil kaktus tersebut dari tangan Altius dan mengendong kaktus tersebut.

"Hati-hati nanti tertusuk" Altius sibuk berkata.

Weni mengangguk sebelum memberikan ponselnya kepada Altius, "Kita pergi ke alamat ini saja, apakah kamu mengenal tempat ini?"

Weni melihat tangan Altius bergetar setelah membaca alamatnya, setelah itu dia berkata, "Tahu"

Kemudian Altius menyalakan mobilnya.

Di sepanjang jalan, suasana menjadi sunyi lagi.

Weni dan Altius berdua adalah tipe orang yang tidak pandai mencari topik.

Tetapi lagu di dalam radio sangat enak didengar, Weni memejamkan matanya dan malahan tidak merasa canggung.

Hanya saja, seandainya kalau Weni tahu hal yang harus dia hadapi nanti itu bagaimana, dia pasti akan berbicara bersama Altius dulu, mobil berhenti di depan sebuah hotel mewah.

Altius turun dari mobil, satpam menghampirinya dan mengambil kunci mobil Altius sebelum membungkukkan badannya kepada Altius.

Weni mengira hal ini adalah bagian sopan santun pelayan hotel.

Mereka berdua naik ke lantai atas, setelah tiba di lantai tujuan, Weni baru berpikir mau menjelaskan kondisi nanti kepada Altius.

"Hari ini adalah acara abangku bertemuan dengan orang tua pacarnya, nanti kita tinggal menemani mereka saja, tidak perlu terlalu bagaimana"

"Abang... kamu?" Altius menghentikan langkahnya dan menoleh ke Weni, "Aku ingat Hutu berkata kamu adalah anak satu-satunya dari orang tua kamu?"

"Itu, aku.... abang yang aku maksud adalah anak putra dari tante yang aku tinggal bareng dengannya sekarang, setelah orang tuaku meninggal, aku kehilangan rumah, tante itu merasa aku kasihan dan menyuruh aku dan anakku tinggal di rumahnya, sekarang kami masih tinggal di rumah mereka" Weni merasa dia perlu menjelaskan kondisinya secara sederhana kepada Altius.

Altius berhenti beberapa saat sebelum berkata : "Kamu takut nanti pacar abangmu salah paham dengan hubungan kamu dan abangmu, makanya meminta aku datang?"

"Aku..." Weni merasa sangat canggung ketika Altius mengetahui tujuan sebenarnya.

"Tidak apa-apa, aku sangat senang " Setelah berkata, Altius mengelus kepala Weni, "Ayo!"

Ruangan makan bersama sangat besar, dekorasi ruangan adalah gaya cina, semua meja dan kursi menggunakan kayu merah gaya cina.

Melihat Altius dan Weni masuk ke dalam, semua orang pun merasa agak kaget.

Ibu Bima bereaksi duluan, dia berdiri dan menarik Weni, "Weni, ini adalah......."

Weni menundukkan kepalanya dan menjawab dengan suara kecil, "Teman"

"Teman?" Ibu Bima menatap Altius dari atas sampai bawah, kemeja putih, jaket olahraga berwarna hitam dengan celana denim, penampilannya lumayan bagus, sangat tinggi dan gagah, bahkan Weni terlihat sangat kecil ketika berdiri di sampingnya.

"Salam kenal tante, saya....."

"Altius, bukannya malam ini kamu ada urusan tidak bisa datang?" Dari belakang, terdengar sebuah suara pria.

Novel Terkait

Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu