Cantik Terlihat Jelek - Bab 467 Halaman Tambahan 3

Di usia kehamilan 3 bulan, dia menerima pesan teks dari Bima yang mengatakan bahwa dia telah kembali ke dalam negeri dan tidak akan ke sini lagi, dia memintanya menjaga baik dirinya sendiri.

Dia menangis sepanjang malam, namun merasa lega.

Di usia kehamilan tujuh setengah bulan, tiba-tiba di suatu malam, cairan ketubannya pecah. Untungnya, ibunya segera mengantarnya ke rumah sakit, dia dan anaknya hampir meninggal.

Anaknya tinggal di inkubator selama dua bulan, dan dia juga menangis selama dua bulan.

Kiki sekarang berusia 3 setengah tahun, namun mereka berpisah selama 4 tahun.

Dia merasa Bima tidak akan tahu Kiki adalah anak mereka, karena waktu mereka berpisah tidak tepat, dan ingatannya pada malam itu tidak jelas.

Karena datanya tidak terdaftar di luar negeri, jadi agar dapat merawat Kiki, ayah dan ibunya menjadi wali Kiki.

Dan dia mengaku sebagai kakaknya.

Namun, karena orang tuanya sudah tua, daun yang jatuh memang seharusnya kembali ke akarnya, dalam dua tahun ini, kakek dan neneknya juga kurang sehat, jadi ayah ingin kembali ke dalam negeri.

Sebenarnya beberapa tahun yang lalu dia sudah ingin kembali, namun karena Kiki, dia menundanya bertahun-tahun.

Dia tidak boleh begitu egois karena menjaga perasaan Kiki, membuat beberapa orang tua menjadi sedih, jadi dia memutuskan untuk kembali ke dalam negeri.

Dia mengirim Wechat kepada Hutu. Ketika mereka membantu Vema Munir mempersiapkan pernikahan, dia bilang akan memperkenalkan seorang pria untuknya, seorang rekan kerja Raven Ningga, dalam industri teknologi.

Namun setelah mengirimnya dan menunggu selama satu jam, tidak mendapat balasan.

Dia berpikir dan meneleponnya.

Tak terduga, yang menjawab telepon adalah Raven.

“Paman.... Paman muda.” Weni agak gugup menghadapi pria yang lebih tua beberapa tahun daripada dirinya dan dia juga sebagai Pamannya Hutu.

“Nona Wen, apakah ada sesuatu?” Nada suaranya sangat tenang.

“Aku...... aku ada sedikit urusan ingin mencari Hutu.” Weni menarik nafas.

Pria itu batuk pelan dan tertegun sejenak, lalu berkata, “Sekarang dia tidak terlalu nyaman.”

Weni menyipitkan matanya, “Apakah dirinya kurang sehat?”

Tiba-tiba terdengar suara samar dari dalam telepon, “Raven, kemanakah kamu meletakkan bajuku setelah kamu melepaskannya semalam?”

Sebenarnya, sejak awal Weni sudah tahu bahwa hubungan antara Hutu dan pamannya agak tidak normal, namun tidak peduli seberapa dekat hubungan mereka, setiap orang memiliki suatu sisi yang tidak boleh disentuh.

Pasti ada sesuatu yang ingin disembunyikan.

Misalnya, dia dan Bima, begitu juga Hutu dan pamannya.

Dia agak segan, “Itu..... Aku akan meneleponnya nanti.”

Setelah menutup telepon, dia menarik napas.

Melepaskan..... Melepaskan bajunya?

Apakah dia terlalu banyak berpikir?

Namun...... bukankah mereka adalah hubungan paman dan keponakan?

Dia pergi ke balkon dan merasakan hembusan angin, untuk menenangkan kejutan dalam hatinya.

Kembali ke ruang makan, dan membersihkan peralatan makan, dia langsung pergi ke ruang kerja, meskipun hal utama adalah mencarikan seorang ayah untuk Kiki, namun dia juga tidak ingin menghabiskan waktu dengan sia-sia, dia harus mencari pekerjaan.

Ketika membuka komputer, dia tiba-tiba teringat sesuatu, mengapa Bima tahu di mana dia tinggal? Dan bahkan masuk ke rumahnya?

Rumah ini dibeli oleh orang tuanya sebelum mereka pergi ke luar negeri, dia tidak pernah membawa siapa pun ke sini.

Apakah dia mengikutinya tadi malam? Dan dia lupa mengunci pintu?

Memikirkan ini, dia menarik napas dan memperingatkan dirinya sendiri, lain kali jangan menyentuh alkohol lagi.

Dia mengirim surat lamaran kerja ke beberapa perusahaan terkait.

Setelah lulus dari universitas, dia langsung pergi ke luar negeri untuk melanjutkan perguruan tinggi, dan ayahnya juga meminta orang mencarikan pekerjaan untuknya, karena yang dia lakukan adalah penelitian obat-obatan.

Lowongan kerja di bidang ini sangat terbatas di dalam negeri.

Mungkin karena semalam minum terlalu banyak, dia merasa tidak semangat, setelah melihat sekitar setengah jam, dia membungkuk tertidur di meja.

Ketika dia bangun, sudah jam satu siang.

Di layar ponsel, menunjukkan tiga panggilan tidak terjawab dari nomor yang tidak dikenal.

Dia mengerutkan kening dan menelepon kembali.

Setelah panggilan terhubung, langsung diangkat.

“Mengapa tidak menjawab telepon?” Nada suaranya terdengar sedikit marah dan khawatir.

Weni menelan ludah dan berkata, “Aku...... aku tertidur.”

“Tidak makan siang?”

“Ti......dak, ada.” Karena dia tahu Bima sangat membenci orang yang tidak memiliki disiplin diri dan kehidupan yang tidak teratur, jadi Weni berbohong.

Bima batuk pelan, “Apa yang kamu makan?”

“Makan..... makan..... makan......” Kalau dia berbohong, dia akan tergagap.

Weni menggigit bibir bawahnya, mengerutkan kening, menundukkan kepala, dan mengeluh, “Kamu sebenarnya tahu, aku tidak makan.”

Pada saat ini, dari dalam telepon terdengar langkah kaki seperti suara sepatu hak tinggi, “Bima.....”

Panggilan telepon diputuskan.

Juga memutuskan lamunan Weni.

Setelah beberapa saat kemudian, dia menerima Wechat, itu adalah sebuah lokasi, dan kemudian berkata, “Kamu pergi dengan naik taksi, aku ada urusan, tidak dapat menjemputmu.”

Weni mengerutkan kening, ada urusan? Apakah menemani wanita cantik?”

Dia ingin membalas, bolehkah dia tidak pergi?

Tetapi, setelah tangannya menyentuh ponselnya lumayan lama kemudian, dia mengirim kata “oke”.

Weni awalnya berpikir menyangka, makan malam keluarga seharusnya hanya mereka beberapa orang.

Weni awalnya berpikir bahwa jamuan keluarga seharusnya seperti Malam Tahun Baru keluarganya, beberapa saudara berkumpul untuk makan malam bersama.

Tanpa terduga, jumlah orang tua dan anak muda, kelihatannya ada sekitar enam puluh atau tujuh puluh orang.

Dan, keluarga Bima terlihat kaya, sangat kaya.

Vila sebesar ribuan meter persegi, dan ada taman besar di bagian depan dan belakang vila.

Salah satu kakinya yang melangkah masuk, mundur dengan kaku, dia ingin melarikan diri.

Namun......

“Apakah ini adalah Nona Wen?” Seorang wanita setengah baya menyapanya, dia belum sempat menjawab, ya atau tidak.

Langsung mendengarnya berteriak, “Nyonya, dia sudah datang.”

Kemudian.......

“Wen Wen, aku adalah bibinya Bima.”

“Aku adalah Tante kedua…..”

“Aku adalah bibi muda……”

“Aku adalah kakak sepupu…….”

……

Wajah Weni menjadi pucat, dia merasa dirinya masih belum pernah dikelilingi begitu banyak orang.

Dia memegang tas ransel di kedua tangan, dan bahkan lupa untuk merespons.

Lebih tepatnya, dia terkejut dan menjadi bingung.

Dia hanya bisa menaikkan sudut mulutnya dengan tegang dan tersenyum.

Hingga sebuah tangan jatuh di pinggangnya, dia secara alami ingin melawan, namun mendengar suara yang dikenalnya, “Ini aku.”

Dia menghela nafas dan mengerutkan kening, “Mengapa kamu baru datang? Aku...... aku tidak bisa mengatasinya.”

Pria menjawab “ya”, kemudian merangkulnya dan melangkah maju.

Kemudian, Weni sendiri pun tidak tahu bagaimana jamuan ini dimulai dan selesai.

Dia sangat bingung, dia hanya tahu menarik ujung baju Bima, dan tidak melepaskannya.

Kemudian mendengar kata-katanya, Bima menyuruhnya memanggil orang, dia langsung memanggil.

Hingga mendengar Ibunya Bima berkata, Weni baru kembali sadar, dia membuka mulutnya, menatap Ibunya Bima, telapak tangannya mulai keringatan.

Mereka sudah bercerai......

Novel Terkait

Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu