Cantik Terlihat Jelek - Bab 719 Misteri Hidup Mimi

Ada revisi nama di bab 718 Nama Kenbo di panti asuhan = Carles Stacy

Deco Hamdan terhadap desakan pernikahan dari ibunya, sedikit sakit kepala, berdiri, “Cukup, ibu, aku pergi tidur dulu.”

Selesai berkata, dia berdiri, naik keatas.

Dari belakangnya juga terdengar suara senyum rendah Ibu Hamdan sambil menguap dangkal.

Setelah kembali ke kamar, menunggu sampai pintu disebelahnya tertutup, setelah beberapa saat, Deco baru berjalan keluar.

Takut membangunkan Ibu Hamdan , langsung pergi menunggu diluar rumah.

Hanya saja, yang dia tidak ketahui adalah bahwa Ibu Hamdan tidak tidur.

Terus berbaring diatas ranjang, mendengarkan gerakan diluar rumah.

Ayah Hamdan saat pagi hari, baru kembali.

Melihat Deco berdiri diluar rumah, seluruh wajahnya memerah tertiup oleh angin yang dingin, dengan wajah dalam, “Kamu sudah tidak ingin hidup lagi, berdiri disini.”

Diantara alis dan mata Ayah Hamdan , terlihat kelelahan, baju yang ada ditubuhnya, juga terlihat sedikit kusut.

Deco tidak berbicara, mengikuti dia memasuki rumah, menuangkan secangkir air panas untuknya.

Sebelum bertemu dengan Ayah Hamdan , ingin langsung bertanya padanya dengan cepat.

Pada saat ini, malah merasa diri sendiri sedikit kejam.

Orangtua nya hanya ada dia seorang anak, selama bertahun-tahun, tidak peduli bagaimanapun itu, rasa sayang untuknya, dia tidak pernah mencurigainya.

“Katakan saja, sebenarnya ada masalah apa, pantas kamu yang selama tahun baru tidak pulang ke rumah, begitu kembali, malah menunggu aku disini. “Ayah Hamdan langsung meminum segelas air ke dalam perutnya, bersandar di sofa, menutup mata, menjepit batang hidung, berbicara pelan.

“Deco , malam ini ketua tidak tidur, dan naik pesawat lagi, naik mobil, karena mendengar kamu pulang, ada hal apa, bagaimana jika menunggu ketua bangun baru kita bahas lagi?”

Sekretaris yang ada disebelahnya, sedikit sakit hati untuk berbicara.

Jakun Deco bergulir, meskipun sedikit tidak sabar, akhirnya tidak tega, berbicara : “Kamu istirahat saja dulu, setelah bangun baru kita bicarakan lagi.”

“Ada apa langsung katakan, untuk apa berbelit-belit!”

Sebuah ledakan raungan datang dari belakang.

Deco tidak bisa menahan tubuhnya bergemetaran, sejak masih kecil dia takut pada ayahnya sendiri.

“Aku…”

“Katakan!”

Deco terkejut, langsung berbalik, berjalan ke hadapan Ayah Hamdan , menarik nafas, berkata: “Aku sudah menemukan kakek.”

“Pang” Suara cangkir jatuh ketanah.

Ayah Hamdan mengangkat kepala, menatap Deco , “Apa yang kamu katakan? “Suaranya bergetar hebat.

Deco ingin menjelaskan, tetapi kemudian merasa berkata seperti ini, tidak tahu harus dimulai darimana.

Mengeluarkan ponsel menyerahkan kepada Ayah Hamdan , disana ada foto yang diambilnya saat digunung, ada rumah, ada makam, dan masih ada…. sebuah foto Mimi bersama kakek, yang lainnya adalah foto Mimi sendiri.

Raut wajah Ayah Hamdan diikuti dengan foto yang ada ditangannya, sedikit demi sedikit tenggelam kedalam.

Melihat sampai yang terakhir, dalam matanya, mengalir air mata dari mata yang sudah tua.

Sepasang kaki terlekuk, berlutut di lantai.

Lutut itu langsung berlutut diatas pecahan kaca, Deco yang berdiri didekat, bahkan bisa mendengar suara pecahan kaca yang terjatuh.

Celana abu-abu muda, lutut, sebentar saja langsung diwarnai dengan kemerahan.

“Dongdongdong…”Terdengar suara turun dari tangga dengan cepat.

Ibu Hamdan bergegas kemari, memapah Ayah Hamdan , “Apa yang kamu lakukan, cepat berdiri.”

Ayah Hamdan menundukkan kepala, menggelengkan kepala, menyerahkan foto yang ada ditangannya ke Ibu Hamdan , ekspresi Deco langsung berubah, ,mencoba merebutnya, tetapi sudah terlambat.

Ibu Hamdan sudah mengambil ponselnya.

“Ma…”Ibu Hamdan sedikit khawatir.

Dia juga ingin tahu jawabannya, dia ingin tahu, kakek yang menyayangi dia, kenapa tiba-tiba menghilang.

Tetapi dia tidak ingin melukai orangtuanya, bahkan juga tidak ingin melukai ayahnya.

Tetapi, kematian kakek, keberadaan Mimi, jika tidak diperjelas, dia tidak bisa melewati rintangan dalam hatinya.

Menoleh, melihat Ayah Hamdan , dengan nada cemas, “Pa, kenapa kamu berikan ke mama untuk lihat?”

Maksudnya adalah, dalam foto itu ada Mimi.

Ayah Hamdan menoleh menatap putranya, sudah hidup sampai usia ini, berada diposisi penting lagi, masalah apa, tidak pernah bertemu, tidak pernah mendengar, jadi, dalam sekejap, dia memahami sesuatu, tersenyum pahit, “Anak, bukan seperti yang kamu pikirkan.”

Didetik berikutnya, Ibu Hamdan memilukan dan menangis.

Penampilan itu, sebelumnya Deco tidak pernah melihatnya.

Dalam hatinya ibunya selalu terlihat lemah lembut, bahkan sesedih apapun itu, juga diam-diam meneteskan air mata, tangisan besar yang seperti ini, benar-benar mengabaikan tampilan, membuat Deco sedikit terkejut.

“Ma…”Dia sedikit merasa bersalah dan berdiri, menjadi kebingungan.

Baru saja ingin menghibur, tiba-tiba kedua orang itu berlutut di lantai, saling berpelukan, Ibu Hamdan bergumam, “Tidak mati, dia tidak mati!”

Dia mendengar Ibu Hamdan berkata demikian, nada itu, meskipun sedih, juga sangat jelas penuh sukacita.

“Ayah terlalu pikun, jika aku benar-benar demi bekerja tidak menginginkan anak lagi, bagaimana aku bisa membiarkanmu mengandung dia? Aku hanya ingin menunggu anak bisa berjalan, baru mengundurkan diri.”

Ayah Hamdan melanjutkan, menutup mata, air mata membuat matanya samar-samar.

Dua puluh menit kemudian.

“Ma, kamu bilang Mimi adalah kamu yang lahirkan? “Deco terkejut tidak bisa menutup mulut.

Ibu Hamdan mengangguk, mengambil tisu dan mengusap air matanya, menangis dan tertawa, memegang tangan Deco , “Kamu beritahu mama, dia ada dimana? Dia sekarang bagaimana? Dia….Kamu sudah bertemu dengan dia? Apakah dia baik?”

Deco memegang tangan ibu, akhirnya menghela nafas lega.

Ternyata, masalah bukan seperti yang dia pikirkan, ternyata karena kebijakan nasional, pegawai negeri sipil tidak bisa memiliki dua anak.

Tetapi, ibu sangat ingin memiliki seorang putri, jadi menyembunyikan dari ayah, diam-diam mengandung, berencana menunggu anak itu lahir, menaruhnya di panti asuhan.

Malah tidak menyangka, secara tidak sengaja, membuat Ayah Hamdan tahu.

Karena itu, Ayah Hamdan berpikir dalam-dalam, memutuskan menunggu setelah anak itu lahir, baru mengundurkan diri dari pekerjaan, pergi ke laut untuk berbisnis.

Saat itu, karena Ayah Hamdan dipindahkan ke provinsi lain, dia mengikuti kakek tinggal di kota A, jadi, tidak pernah melihat ibu hamil, dihari dia melahirkan, kakek baru tahu, membuat dia sangat marah, merasa masa depan ayah akan dihancurkan oleh seorang anak.

Lagi pula, berdasarkan kemampuan ayah, memiliki masa depan yang cerah.

Setelah mempertimbangkan dengan cermat, kakek memblokir berita itu, sambil mengendong anak itu berjemur matahari, diam-diam mengendong anak itu pergi.

Hanya tertinggal satu lembar kertas, berisi bahwa saat dia mati, ayah harus melanjutkan bisnisnya.

Karena, masalah ini, semua terjadi ditempat lain.

Itu sebabnya Deco , terhadap adik perempuan ini sedikitpun tidak tahu apa-apa.

Selama bertahun-tahun, sepasang suami istri Hamdan tidak menyerah mencari kedua orang itu, tetapi terus tidak ada berita.

Seiring dengan waktu, mereka perlahan-lahan percaya pada kenyataan bahwa kedua orang itu mungkin sudah tidak ada didunia ini lagi.

Novel Terkait

After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu