Cantik Terlihat Jelek - Bab 282 Perubahan Karena Cinta

Eren datang 10 menit kemudian.

Seperti dahulu tetap mengenakan baju tentara, bisa terlihat, kira-kira sih ia langsung datang dari kamp tentara.

“Pa, Ma, Kak, kamu pasti Kakak Kedua kan? Senang bertemu dengan Anda.”

Pandangan Kakak Kedua Suya memperhatikan Eren sekilas, mengangguk, “Senang bertemu denganmu juga.”

“Eren sini, ayo sini, duduk, sudah kami tunggu.” Ayah Suya mendekat, tangannya yang besar ia letakkan di pundak Eren

Perbedaan antara menantu dan putra, membuat Mikasa anggap saja sudah menyadarinya.

“Maaf ya, ada urusan dadakan, jadi, agak telat datangnya dan membuat kalian semua menunggu lama.”

Mikasa melihat Eren, entah kenapa merasa kalau kali ini, aura dingin Eren berkurang cukup banyak.

Hanya saja, pandangannya malah tidak berhenti di dirinya dan Suya, ia sih tidak peduli, tapi, Suya……

Ia menoleh, tanpa sadar memperhatikannya, raut wajahnya sama seperti biasa, tapi, Mikasa tahu, biasanya saat Suya menunjukkan ekspresi seperti ini, artinya ia sedang menahan emosi.

“Baiklah, ayo makan, ini Suya lagi hamil, tidak boleh kelaparan.” kata Ibu Suya, maksudnya sebenarnya mengingatkan Eren.

Mikasa melihat bola mata Eren seperti ada sesuatu, melihat ke Suya “aku suruh orang bawa suplemen ya, pulang saja, aku suruh orang antar”

Suya mengangkat kepalanya, melihat Eren, terlihat jelas terkejut, “baik.”

“Soal foto pernikahan, kamu sekarang kan hamil, tidak baik kalau terlalu kerja keras, dua hari ini, aku akan atur waktunya, pergi ambil beberapa foto dulu indoor, untuk digunakan saat pernikahan, tunggu nanti anakmu lahir, kalau kamu masih ingin foto lagi, kita baru tambahkan.”

Kecepatan bicaranya tidak cepat, Mikasa bisa melihat dengan jelas kalau ia terpaksa dari matanya, teringat kembali Gary pernah bilang soal “kompromi”, sesaat, yang dirasakan bukan bahagia, tapi khawatir akan Suya.

Suya menjawab “ya”, ia mendekat dan menarik Mikasa, “Mikasa, yuk, makan.”

Saat ia memanggil “Mikasa” itu, nadanya secara jelas lebih tinggi, segera setelahnya, pandangan Eren tertuju pada Mikasa, “meski dalam waktu pendek, orang bisa berubah dan harus dipandang secara baru.”

Mikasa tertawa hehe, “bukannya teman lama sama saja?”

Ayah Suya terlihat jelas sangat mengagumi Eren, selama makan, hampir terus terdengar obrolannya dengan Eren.

Setelah makan, mereka lanjut berbicara, Suya menarik Mikasa masuk ke kamarnya sendiri.

Saat pintu tertutup, Mikasa melihat Suya secara tegas mengutarakan fakta.

“Belum menikah, sudah merasa setertekan ini sama Eren, Suya, kamu menyesal?”

Suya tiba-tiba menoleh, melihat Mikasa, cukup lama, mendengus, tertawa, kata-katanya malah terdengar pasrah, “mungkin kamu saja yang bisa lihat kalau aku tertekan, bukan gugup.”

Mikasa menghela nafas, menggenggam tangan Suya, “Suya, kamu akan segera menikah, sebenarnya aku tak ingin ini kamu diamkan, tapi apa kamu lihat ekspresi Eren? Ia itu, kompromi sama kamu, bukan cinta……apa kalian seperti ini……akan bahagia?”

Suya balik menggenggam tangan Mikasa, memeluk pinggangnya, “tapi, menikahi orang lain, aku tak rela.”

Mikasa mengambil nafas, “kapan sifat kamu ini bisa diubah? Pernikahan itu bukan mainan anak-anak, kamu tidak bisa bergantung pada sifatmu sendiri, tunggu sampai kamu menemukan penolakan, anakmu sudah besar, kamu lihat kembali, seumur hidupmu sudah hancur.”

Suya mengangkat kepalanya, sedikit memonyongkan bibirnya, “ya bagus kalau begitu, kita berdua bisa hidup bersama deh.”

“Kamu……” Mikasa sekejap kehabisan kata-kata. “Mikasa, anu, nanti, kamu jauhan dari, Kakak Kedua.”

Mikasa mengernyitkan alisnya, “jauhan dari Kakak Keduamu? Apa maksudnya? Aku lagi mau bicara sama kamu loh? Kakak Keduamu baru berapa lama, kenapa perubahannya sebesar ini? Apa dia terpicu sesuatu?”

“Sama denganmu, pacaran, putus, kemudian berubah seutuhnya.”

Alasan ini malah membuat Mikasa agak kaget, orang seperti Kakak Kedua Suya, ternyata juga orang yang bisa tergila-gila.

“Oh, tapi, kenapa suruh aku jauhan dari dia?”

Suya menarik bangku dan duduk di depannya, menatap wajahnya untuk waktu yang cukup lama, segera setelahnya, mencubit “aku itu khawatir, ia menjadikanmu, sebagai pengganti.”

Ekspresi di wajah Suya sangat serius, Mikasa menghilangkan senyuman di wajahnya, hari ini Kakak Kedua Suya memang memperlakukannya lebih ramah.

“Aku……memangnya mirip sama pacarnya?”

“Ya, aku rasa tidak mirip, tapi, kamu juga tahu kadangkala, pria melihat wanita, kadang-kadang, berbeda dengan kita melihat wanita, aku merasa, sorot matanya hari ini sudah seperti pemburu yang menemukan mangsa baru.” sambil Suya bicara, ia menarik tangan Mikasa.

“Sifat Kakak Keduaku, aku paham jelas, Mikasa, nantinya, saat ada Kakak Keduaku, kamu sebisa mungkin hindari dia, langsung saja kasih tahu aku, ia ada maksud tertentu sama kamu.” selesai bicara, ia bergumam: “tahu dari awal, aku hari ini tak akan menyuruhmu niat dandan.”

Mikasa tahu Suya membelanya, mengenai orang yang ia cintai, ia selalu percaya tanpa syarat, Kakak Kedua suya adalah Kakak Keduanya, ia tak mungkin bicara tanpa dasar.

Berpikir seperti itu, tidak hanya ada rasa seperti sangat ketakutan, kelihatannya, nasib percintaannya, tidak selalu baik.

Di sisi lain

“Kak, aku tadi dengar, kamu dan istrimu.....bercerai?” Gisel kemarin keluar dari rumah sakit, kemudian langsung ke rumah Gary, tidak bertemu Mikasa, ia langsung bertanya pada bibi, baru tahu ternyata Gary dan Mikasa bercerai.

Tubuh Gary agak kaku, mengubah topiknya, “sudah sarapan?”

Gisel bergerak dengan kursibrodanya, ke sisi Gary, “Kak, apa karena aku?”

“Jangan berpikir sembarangan, oh ya, itu, aku hari ini pindah dan tinggal di hotel, rumah ini, sementara kamu tinggal di sini saja, tante akan mengurusmu di sini, kalau ada masalah, telepon aku.”

Tangan Gisel yang menggenggam roda kursi rodanya jadi semakin erat, “pindah tinggal di hotel? Kenapa? Kamarnya banyak......” sisa kalimatnya, tidak dilanjutkan Gisel.

“Kak, apakah kamu masih tidak bisa merelakan mantan istrimu?” saat Gisel bertanya kalimat itu, jantungnya tambah kencang berdegup, melihat sorot mata Gary, gugup dan takut.

Gary membuka kulkas, mengeluarkan sebotol air dingin, mengangkat kepalanya dan meneguk habis semuanya, saat menelan, Gary memutar botol plastic sampai berubah bentuk.

“Aku melukai hatinya, aku harus bertanggung jawab sampai akhir.” kalimat singkat itu, membuat hati Gisel seperti terkena ombak.

Bertanggung jawab sampai akhir? Jadi maksudnya itu, seumur hidup?

Ia awalnya mengira, setelah mereka bercerai, sudah sewajarnya, sudah waktunya lagipula Gary bisa begitu mempercayainya, ia tak percaya, Gary sama sekali tidak ada perasaan terhadapnya, tapi pada saat itu juga, ia mengerti, Gary ada perasaan padanya, tapi hanya sebatas keluarga, hanya.....itu saja!

Saat ini, telepon genggam di kantongnya bergetar, Gary mengeluarkannya dan melihat sekilas, ternyata Dono, ia menerimanya, “ada apa?”

“Levi ribut di kantor, bagaimana kalau kamu datang dan lihat?”

Gary bilang “ya”, menutup telepon.

Novel Terkait

Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu