Cantik Terlihat Jelek - Bab 574 Kejutan Yang Diberi Raven

Sampai mereka masuk ke dalam mobil, Raven tetap tidak mengatakan mereka mau pergi menjumpai siapa.

Hutu menatap ke Raven dengan bibir mengembang dan mengalihkan topik, "Paman muda, berangkat ke kota ciput sekarang, apakah waktu tiba kita nanti tidak terlalu malam ?"

Raven mengira Hutu merasa ngantuk, jadi dia pun berkata, "Pejamkan matamu sebentar"

"Aku tidak ngantuk, hanya takut kamu mengantuk saja waktu mengemudi. Aku temani kamu bicara saja!"

"Baik!"

Selanjutnya, mereka berdua berbicara di sepanjang jalan. Meskipun kebanyakan yang bersuara adalah Hutu, Raven tetap akan bereaksi tepat pada poin, suasana di dalam mobil sangat damai dan sama sekali tidak canggung.

Mereka tiba di daerah Ciput dan mobil Raven terus bergerak ke sebuah daerah, Hutu pernah berkunjung ke daerah itu waktu SMP. Daerah ini tidak besar, tetapi dipenuhi oleh bunga dan tumbuhan yang cantik, jadi semua orang menyebut daerah ini sebagai daerah bunga.

Malam hari di daerah bunga ini terasa agak sepi, lampu cahaya berkedip seperti bintang, tidak seperti daerah perkotaan, suasana di sini sangat hening dan damai.

Karena cahaya yang redup, lampu cahaya mobil terlihat sangat menonjol.

Setelah belok sana sini, akhirnya mobil Raven berhenti di depan sebuah mansion kecil.

Hutu duduk dengan tegak dan melihat ke arah luar, "Paman muda, buat apa datang ke sini?"

Setelah Hutu berbicara, pintu di mansion terbuka dan bisa dilihat seorang pria berdiri di gerbang pintu. Melihat mobil Raven, pria itu berteriak ke arah rumah, "Mereka sudah tiba, bu, cepat panaskan lauk, Raven sudah sampai"

Setelah itu, pria itu hanya berdiri di gerbang dan melihat ke mobil Raven melewati kaca. Pada saat melihat Hutu yang duduk di tempat penumpang, pria berusia tengah itu jelas terkaget.

Hutu juga merasa kaget dengan reaksi pria itu, dia menoleh ke Raven dengan wajah tidak tahu harus bagaimana.

Selanjutnya, jendela mobil diturunkan dan suara Raven berdering: "Dia adalah paman tertua"

Kemudian Raven menunjuk ke Hutu, "Paman, ini adalah Hutu "

Pria itu melamun sejenak, setelah itu senyuman di wajahnya pun melebar, dia bersuara dengan kaget dan gembira: "Dia... dia... dia adalah... pacar kamu?"

Mendengar kata 'pacar', wajah Hutu pun langsung memerah.

Tanpa menunggu Hutu bereaksi, pria itu langsung berkata: "Nenekmu pasti akan merasa sangat senang.

Hutu melamun sejenak sebelum menoleh ke Raven dengan alis mengerut: "Kamu... kenapa tidak memberi tahu aku lebih awal?"

Hutu sama sekali tidak ada persiapan, karena tadi baru mencuci baju dan membersihkan kamar, dia hanya mengenakan baju olahraga. Jangankan berdandan, bisa jadi di atas baju dia sekarang masih ada debu. Awalnya Hutu berpikir kalau mau bertemu dengan orang pun paling tidak besok pagi!

Ini....

Raven menepuk bahu Hutu dan memberi kode kepada Hutu agar dia menyapa orang.

Hutu melirik ke Raven sebelum menoleh ke pria itu dengan menurut, "Salam kenal paman!"

Pria itu tertawa dengan suara besar, bisa dilihat dia benar-benar senang dari dalam hati.

Hanya saja, Hutu merasa agak khawatir, apakah pria ini akan tetap bersikap seperti itu setelah mengetahui identitas Hutu ?

Berpikir sampai sini, hati Hutu terasa agak tertekan dan panik.

Pria itu menoleh ke arah dalam rumah sebelum berkata, "Kedua orang tua masih belum tidur, kalian turun dulu, aku pergi memanggil mereka"

Akhirnya, tanpa menunggu Raven dan Hutu bereaksi, paman sudah berputar balik badan dan masuk ke dalam rumah.

Pada saat dia keluar lagi, ada dua orang tua mengikuti di belakangnya.

Raven turun dari mobil dan Hutu mengikuti di belakangnya.

Kedua orang tua memakai kaca matanya, melihat situasi ini paman pun sibuk menyalakan lampu di pintu gerbang sebelum menjelaskan kepada Hutu, "Mata mereka sudah sedikit rabun, tidak bisa melihat jelas pada malam hari"

Setelah menumbuh begitu besar, ini adalah pertama kalinya Hutu merasa begitu 'dihargai'

Hatinya dipenuhi oleh suka dan duka yang kacau.

"Ini adalah kakek dan nenek" Raven berbisik di telinganya.

Sebenarnya kalau Raven tidak memperkenal pun, Hutu sudah menebaknya. Pada saat ini Hutu sudah berkeringat dingin, apakah hal ini berarti dia sedang menjumpai keluarga Raven?

Tuhan, Raven ini kurang IQ atau benar-benar menganggap remeh saja?

Dia membawa Hutu datang ke sini begitu saja?

Hutu menarik nafas dan mengangguk, "Kakek, nenek, salam kenal, nama saya adalah Hutu. Kalian bisa memanggil saya Tutu "

Hutu membuat dirinya terlihat tidak panik dan tidak kekanakan.

Tetapi suaranya tetap terdengar sangat gemetaran.

Berpikir tentang pembantahan Mei Yi terhadap hubungan dia dan Raven, Hutu merasa sangat gugup sampai kedua kakinya menegang menjadi satu garis lurus.

Yang bereaksi duluan adalah kakek, dia menarik tangan nenek dan menunjuk ke arah dalam rumah kepada Hutu.

"Cepat masuk dulu, kalian sudah lapar kan? Raven juga, malam-malam bawa kamu ke sini, tidak berpikir seberapa bahaya!"

Yang bersuara adalah nenek, sambil berkata dia pun memegang tangan Hutu dan berjalan ke arah dalam rumah.

Hutu menoleh ke Raven, tatapan dia saat ini sangat hangat dan tenang, sebuah senyuman menggantung di wajahnya. Selain itu, kakek dan paman berjalan di satu baris, mereka terlihat sangat santai juga.

Hutu jarang melihat ekpsresi Raven seperti ini.

Biasanya Raven selalu terlihat dingin, selain kadang-kadang dia akan terlihat normal ketika bersama Hutu.

Raven yang seperti ini sangat jarang.

Hal ini membuat Hutu menoleh ke belakang untuk melihat Raven lagi, siapa tahu dia malah tidak memperhatikan ambang di depannya.

Waktu Hutu terselip, sepasang tangan besar tiba-tiba memegang pinggangnya dan suara yang familier pun berdering, "Berjalan saja tidak bisa hati-hati"

Sambil berkata, Raven pun mencubit pipi Hutu dengan lembut, "Mau memberi salam tahun baru kepada kakek nenek juga harus tunggu tahun baru"

Hutu yang baru saja terasa agak santai pun merasa gugup lagi karena tingkah laku Raven ini, ditambah jarang-jarang mendengar Raven bercanda seperti ini, Hutu tidak tahu harus menangis atau tertawa.

Hutu mengangkat kepalanya dan sesuai dengan ekspektasi, semua orang tua menatap kepadanya dengan ekspresi humoris, wajah Hutu pun langsung memerah, "Aku... akan perhatikan selanjutnya"

"Aku pergi lihat apakah tantemu sudah siap memanaskan lauk" Paman berkata.

Selanjutnya kakek pun mendorong nenek, "Ayo ayo, cepat pergi kemas tempat tidur, agar mereka bisa tidur setelah makan"

Tidur... setelah... makan?

Hutu melihat ke kakek dan nenek yang tersenyum kepadanya.

Jantung Hutu pun berdetak dengan cepat, apakah dia berpikir yang tidak-tidak lagi?

Novel Terkait

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu