Cantik Terlihat Jelek - Bab 293 Wanita Yang Luar Biasa

"Kamu ..." Melihat wanita di depannya yang mengenakan cheongsam, tetapi dengan gaya elegan dan menawan, Mikasa terkejut dan tidak dapat berbicara.

"Kita naik dulu baru bicara aja." Gary akhirnya bersuara.

Di Kantor Gary

"Kalian ngobrol saja. Aku akan pergi ke pertemuan dulu." Kata Gary, mengangguk hormat kearah Ibu Mikasa.

"Hati-hati dan jaga diri." Mikasa meraih tangannya Gary dan berpesan.

Gary memegang wajahnya Mikasa dan menjawab. "Hmm."

Ibu Mikasa berhadapan dengan Mikasa dan saling bertatapan mata, terlihat keceriaan dan kegembiraan dalam sinar mata mereka.

"Kamu ... tidak apa-apa kan? Mikasa meletakkan secangkir teh di depan Ibu dan bertanya dengan suara khawatir.

Ibu Mikasa mengangkat gelas teh, menyesap seteguk, meletakkan cangkirnya di atas meja teh, dan diam lama sebelum perlahan membuka mulutnya. " Mikasa, apakah kamu marah dengan ibumu?"

Dalam kesannya Mikasa, ini adalah pertama kalinya ibunya berbicara dengan nada seperti itu, dan untuk sesaat, dia benar-benar tidak terbiasa. Karena sejak dia dewasa sampai sekarang, ibunya pada dasarnya tidak pernah menghadapinya dengan wajah yang enak saat berbicara dengannya.

Ekspresi Ibu yang menyenangkan dan damai ini membuatnya merasa tersanjung dan terharu.

Masalahnya, bisa dijelaskan dengan baik, sekarang dia sudah tidak ada masalah, telah kembali normal.

Mikasa duduk di seberang Ibu, menundukkan kepalanya, memutar jari-jarinya, marah? Bagaimana tidak marah?

Namun, dia hampir 30 tahun, kesan terhadap ibunya sudah tidak sama dengan dulu lagi, dia mengangkat bibirnya, tersenyum sedikit, "Kalau mama bisa kembali normal, aku sudah sangat bahagia."

Ibu Mikasa meletakkan tangannya di lutut. "Aku mendengar dari kalau kamu menikah dengan bos di sini. Aku sudah menunggu di sini selama beberapa hari."

"Tunggu aku?" Mikasa mengerutkan kening. "Kamu bisa meneleponku, Levi punya nomorku."

"Kata Levi, kamu sudah bercerai dengannya, tapi aku lihat kalian tadi... baik-baik saja."

Lalu rambut Mikasa jatuh ke telinganya, menutupi telinganya dan kemudian dia mengangkat cangkir the dan minum seteguk. "Mama kesini seharusnya bukan untuk melihat apakah pernikahanku bahagia atau tidak,dan perhatian padaku?"

Sifat dan kebiasaan biasanya susah diubah, Ibunya dari dulu tidak senang dengannya. Karena itu, dia tidak akan sentimental. Dia tidak akan pikir Ibu mencarinya untuk peduli dengan status perkawinannya.

Pikirkan ini, Mikasa tidak bisa menahan perasaan sedih dan perih dihatinya.

Mata Ibu sedikit tenggelam. " Mikasa, dalam hatimu, apakah ibu adalah orang seperti itu?"

Orang seperti itu? Orang macam apa? Orang yang tidak realistis, tidak tahu malu, lebih sayang anak pria dibanding anak wanita, setelah bercerai, meninggalkan semua utangnya kepada dia dan ayahnya, setelah tahu ayahnya sakit keras, beberapa tahun bahkan tidak datang menjenguk.

Dia menyeka bibirnya dan memandang ke tempat lain. "Jika mama ada perlu apa, katakan saja." Untuk wanita ini, Mikasa telah lama menganggapnya sebagai orang asing.

Ini mungkin karena Mikasa yang begitu terus terang tanpa basa basi atau mungkin ibunya merasakan kekurangannya saat ini,mulutnya sedikit bergetar.

"Adik laki-lakimu sudah mau menjadi ayah."

Mikasa tertegun dan mengangguk, "Yah, aku tahu."

Ibu menggeser posisi duduknya dan batuk pelan sebelum dia berkata, " Mikasa, ibu ada di sini karena ingin kamu membantu adikmu."

Akhirnya terjawab sudah dan matanya Mikasa terlihat dingin. Dia sudah tahu itu, dan tahu itu akan terjadi.

Berbalik, dia menatap Ibu, "Bantu dia? Apa yang bisa aku bantu?

"Aku ingin kamu meminjam uang untuknya agar dia bisa membeli rumah. Keluarga pihak wanita mengatakan bahwa jika adikmu tidak memiliki rumah, mereka tidak bisa menikah. Dia juga mengatakan bahwa dia akan menggugurkan kandungannya, Mikasa, Sekarang hanya kamulah satu-satunya orang yang bisa membantunya ... "

Tiba-tiba Mikasa bangkit dari sofa. Dia pergi ke jendela dan melihat ke bawah. Dia menjawab dengan suara pelan: "harga rumah di kota Ciput, 40 juta per meter persegi, membeli rumah? Apakah mama pikir membeli kubis?”

Ibu Mikasa juga berdiri, dengan panik berkata: " Mikasa, adikmu sekarang bekerja sebagai photographer, pendapatannya juga lumayan, ada banyak penghasilan, kamu cukup meminjamkan uang muka, selebihnya biarkan dia yang urus sendiri, kamu juga tahu, dia dengan tidak mudah bisa menikah dan memulai sebuah keluarga, menurutmu... "

"Aku tidak punya uang." Mikasa memotongnya tanpa menunggu Ibu selesai berbicara.

Uang muka, rumah yang terburuk di kota Ciput, minimal 100 meter persegi, juga membutuhkan 4 miliar rupiah, uang muka 20 sampai 30% dan uang muka juga harus siapkan beberapa ratus juta, kalau menghitung uang dalam kantongnya, empat atau enam ratus ribu rupiah sih ada.

Mama Mikasa mendengar penolakannya yang begitu kejam dan wajahnya berubah menjadi kaku. Dia pergi ke depan Mikasa. " Mikasa, ketika kamu masih kecil, aku memang tidak sayang padamu, aku minta maaf, tapi Levi adalah adikmu, apakah kamu ingin melihatnya batal menikah?"

Suaranya terdengar serak, Mikasa sedikit kesal. "Uang pembongkaran rumah ayah, ada miliaran, jika tidak dihilangkan oleh adik, apakah ayah akan mati?" Mikasa bahkan sampai tidak punya rumah? Sekarang adiknya menginginkan rumah, ingin menikah?

"Siapa yang tidak membuat kesalahan waktu muda? Mikasa, kamu tolong bantu adikmu, ibu mohon padamu ..." kata mama Mikasa sambil berlutut.

Meskipun Mikasa tidak melihatnya sebagai seorang ibu lagi, dia juga dilahirkan oleh ibunya dan melihatnya berlutut. Mikasa marah dan cemas. Mengulurkan tangannya untuk menarik Ibu. "Apa yang mama lakukan? Bangun dulu ."

Dalam hatinya, Mikasa memang menyalahkan ibunya yang memanjakan adiknya, muda dan bodoh? Pria yang sudah berusia dua puluhan masih muda dan tidak tahu apa-apa? Terpikir hal ini, Mikasa merasa tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.

Ibu Mikasa menggelengkan kepalanya. "Jika kamu tidak menyanggupi, aku tidak akan bangun."

Apakah ini yang disebut pemaksaan?

"Tidak peduli bagaimana mama berlutut, aku tidak punya apa-apa. Aku tidak punya pekerjaan sekarang. Aku hanya memiliki lebih dari 400 ribu di tubuhku saat ini. Jika mama tetap mau, aku bisa kasih, tapi di mana aku bisa mendapatkan ratusan juta rupiah uang muka untukmu?"

Mama Mikasa mendengar itu, tetapi wajahnya malah terlihat bersemangat. " Mikasa, Mama tahu kamu tidak ada, tapi suamimu kan ada?"Gary, perusahaannya sebesar ini, ratusan juta, bagi dia seharusnya hanya uang kecil? "

Mendengar ini, Mikasa sepertinya mengerti sesuatu. Dia menarik napas dan berbalik dan menatap ibunya. "Oh, mama menunggu di sini selama beberapa hari, bukan untuk menungguku, tetapi untuk menunggu Gary?"

Pikirkan tentang itu, Mikasa mengerutkan kening lagi. "Tapi Levi mengatakan kita sudah bercerai. Mengapa mama masih datang untuk mencari Gary?"

"Dia ... walau dia sudah menceraikan putriku dan minta uang ratusan juta darinya seharusnya tidak masalah kan?” Ibu Mikasa menjawab tanpa ragu.

Mikasa menatap wanita di depannya dengan perasaan tidak percaya, dan mata Ibu yang serakah membuat hatinya jadi takut. "Putrimu?" Siapa yang mengatakan pada hari perceraian dengan ayah bahwa dia hanya memiliki seorang putra dan tanpa putri?

Ibu Mikasa menarik napas dan melihat ke atas, dan berdiri perlahan. Mulutnya terangkat dan suaranya dingin. "Jadi maksudmu, apakah kamu memutuskan untuk tidak membantu?"

Novel Terkait

Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu