Cantik Terlihat Jelek - Bab 707 Aderlan Yang Pemalu

ada revisi Selvi diubah menjadi Fisi tangal 05/08/20 dari bab 702

Aderlan batuk ringan sekilas, wajahnya sudah sedikit kemerahan.

Hutu dan Weni datang menghampiri, Hutu langsung menarik tangan Mimi.

“Aderlan sangat berniat sekali, dia bilang kalau kamu tidak ada orang rumah, kami semua akan menjadi saudara keluargamu, jadi minta kami semua datang menyaksikan adegan ini.”

“Ke depannya, kalau dia berani menyakitimu, kami semuanya tidak akan mengampuni dia.” Vema sambil berbicara dan sambil menunjuk ke arah belakang.

“Di sini usia kamu paling kecil, ke depannya kami semua adalah abang dan kakakmu, jadi abang ipar dan kakak ipar ini juga termasuk keluargamu.”

“Masalah mahar kamu juga tenang saja, kami semua sudah diskusi, kami yang akan mengumpulkan mahar untukmu, semua kakak ini mungkin saja tidak memiliki barang yang lain, tetapi banyak sekali kalau uang.”

Vema terus berkata dengan panjang lebar.

Setelah selesai bicara, keadaan di tempat menjadi hening dalam seketika.

Mimi terbengong sejenak, hidungnya terasa nyeri, air matanya terus bergenang di dalam mata.

Dia menatap orang di seluruh rumah, lalu menatap lagi pada wajah Aderlan, perasaan di dalam hatinya terus berdebar.

“Jangan menangis, CEO Mo, bukannya kamu ingin melamar pernikahan ya ?” Weni menyadari bahwa Mimi sudah hampir menangis, sehingga buru-buru mendesaknya.

Aderlan mengangguk, lalu mengeluarkan sebuah kotak hiasan, setelah itu langsung berlutut satu kaki terhadap Mimi, “Menikahlah denganku, biar aku yang melindungimu untuk selamanya.”

Mimi menarik nafas dalam, lalu membungkuk pinggang dan mendirikan tubuh Aderlan, “Cepat bangun, sudah registrasi pernikahan juga, buat apa melamar pernikahan lagi ?”

Setelah berbicara pada kata-kata terakhirnya, suaranya dirinya bahkan menjadi serak dan terpenuhi dengan nada tangisan.

“Maaf.”

Mimi pertama kalinya merasa bahwa sebenarnya dirinya adalah orang yang tidak berperasaan.

Begitu banyak orang yang mencintai dirinya, namun dia sama sekali tidak pernah masuk ke hati.

Apalagi dalam menghadapi beberapa temannya, dia merasa bersalah sekali.

Aderlan menghapus air mata yang mengalir pada wajahnya.

“Pakai cincin, pakai cincin…” Vema mendesak di samping.

Menyerahkan jari yang lentik dan membiarkan kekasih yang mengenakan cincin, sebuah cincin sudah cukup untuk menandakan kesetiaan hubungan.

Setelah cincin melingkar pada jari manisnya, air matanya terjatuh pada kedua tangan yang saling menggenggam.

Setelah itu, di antara suara meriah semua orang, Aderlan membungkuk badan dan mencium air mata pada wajah Aderlan.

Sebenarnya berencana bahwa malam ini mereka akan kumpul bersama.

Namun cairan ketuban Vema justru pecah.

Semua orang menjadi sangat panik.

Setelah mengantar Vema ke rumah sakit, Vema sudah melahirkan anaknya satu jam kemudian.

Akan tetapi, dikarenakan suntikan untuk melahirkan tanpa rasa sakit, sehingga Vema menetap beberapa saat lagi dalam ruang operasi.

Pada saat Mimi dan Aderlan tiba di rumah keluarga Mo, waktunya telah jam sebelas ke atas.

“Aderlan, kalian sudah pulang ya.”Tangan Velve sedang memegang sebuah botol susu, kelihatannya baru selesai menyusui budak kecil itu.

“Kakak.” Mimi menyapanya.

Dikarenakan istirahat sejenak pada barusan, saat ini seluruh pemikiran Mimi masih sedikit bengong.

Velve meletakkan botol susu pada tempat samping, lalu menarik tangan Mimi dan duduk di samping meja makan.

Ada sebuah cake besar yang terletak di atas meja makan, kelihatannya sudah sedikit meleleh.

“Sebenarnya kami semua ingin merayakan untuk kalian, tetapi malah menerima telepon dari Aderlan, katanya temanmu akan melahirkan ya.”

Mimi menatap cake di atas meja, lalu balik menatap Aderlan lagi.

Awalnya dia mengira bahwa registrasi pernikahan di hari ini hanya sekedar keputusan mendadak dari Aderlan.

Namun ternyata semua orang telah mengetahuinya.

Oleh sebab itu hatinya terasa semakin hangat dan tersentuh.

“Maaf ya kakak, menyia-nyiakan niat baik kalian.”

“Tidak bermasalah, ke depannya kita sudah sekeluarga, kelihatannya kamu sudah lumayan lelah, jangan mengobrol lagi, cepat istirahat saja.”

Mimi mengangguk, lalu berdiri.

Namun Velve malah menarik tangannya lagi, akhirnya membuka mulut setelah keraguan sejenak, “Kakek besok akan mencari kalian untuk bahas masalah pernikahan, maksud ibu adalah ingin bertunangan dulu, tetapi kakek sepertinya sudah ingin memeluk cucu, katanya kalian sudah registrasi pernikahan juga, mendingan langsung menikah saja, sekarang mereka berdua malah bertengkar, kalian berdua bahas saja harus bagaimana, harus ada persiapan sendiri ya !”

Ini…

Mimi baru saja pulang dua hari ke tempat ini, namun dia merasa semua masalahnya malah langsung muncul dalam sekaligus.

“Biarkan dia istirahat dulu.” Aderlan menyadari kelelahan Mimi, sehingga buka mulut terlebih dahulu.

Velve mengangguk.

Setelah itu mereka naik ke lantai atas dan masuk ke kamar.

Aderlan berjalan di belakang Mimi, setelah masuk kamar, dia melepaskan jaket Mimi dan berkata, “Cepat mandi.”

Mimi terbengong sejenak, dia menoleh dan menatap Aderlan.

“Kamu juga pulang ke kamar saja.”

Aderlan berdiri di tempat, lalu menatap Mimi dengan tatapan ragu, beberapa saat kemudian, dia baru melontarkan niatnya, “Aku… boleh tidur di sini ?”

Mimi menatapnya sejenak, dalam menghadapi Aderlan yang begitu pemalu, rasanya sedikit tidak tega untuk menolaknya.

Meskipun mereka berdua sudah pernah terjadi hubungan seperti itu, namun pertama kalinya dikarenakan tidak sadar, kedua kalinya dikarenakan membawa niat balas dendam.

Mimi mengerti dengan jelas bahwa Aderlan yang berada di saat itu bukan Aderlan yang sebenarnya.

Setelah berpikir sejenak, dia juga tidak banyak banyak berpikir lagi dan mengangguk kepalanya, “Boleh, tetapi hari ini aku lumayan lelah, jadi tidak terlalu ingin melakukan hal itu, kalau kamu tidak merasa tersiksa, tidur saja di sini.”

Setelah selesai berkata, dia malah merasa kata-kata dirinya terlalu terus terang, sehingga batuk ringan dengan reaksi canggung, lalu berbalik badan dan masuk ke dalam kamar mandi.

Pada sepanjang malam ini, Aderlan tidur sambil memeluk Mimi, dikarenakan kekurangan istirahat pada dua malam sebelumnya, sehingga Mimi sudah langsung ketiduran setelah berbaring di atas kasur.

Namun Aderlan sangat kasihan sekali, kadang kalanya harus bangun untuk mandi, kadang kalanya harus bangun untuk minum air dingin, sehingga terus saja tersiksa hingga tengah malam.

Pada keesokan harinya adalah tanggal dua puluh enam, beberapa hari sebelum hari raya, pada saat Mimi bangun tidur, Aderlan sudah tidak berada di sampingnya.

Mimi melihat waktu dan bangun untuk mandi, namun ketika dia masih belum selesai mandi, Jina sudah memanggilnya.

“Mimi, turun sarapan.”

Pada saat mendengar sebutan yang terkesan dekat, Mimi merasa sedikit tidak terbiasa, setelah terbengong sejenak, dia mengangguk dan menjawab, “Baik, tante, aku sebentar lagi akan turun.”

Namun Jina malah berdiri di tempat dan terus menatapnya, “Kamu sama Aderlan sudah registrasi pernikahan ya ?”

Mimi berdiri tegap, sudut bibirnya masih ada sedikit busa pasta gigi, setelah itu dia mengangguk kepalanya.

Jina tidak berekspresi setelah mendengar demikian, malahan hanya maju dua langkah untuk menghampirinya.

“Seandainya kalian sudah menikah, aku ingin diskusi sesuatu denganmu.”

“Tante, tante bilang saja.”Mimi berkata, lalu mengambil handuk untuk membersihkan busa di sudut bibir, setelah itu justru melihat Jina yang sedang mengerutkan alis dan bereaksi merasa menjijikkan.

“Hari raya di tahun ini, aku ingin pulang ke kampung dan merayakannya bersama Keluarga Yeslin, begini lebih ramai, kamu tidak ada komentar kan ?”

Mimi sedikit memejamkan matanya, meskipun tidak mengetahui tentang Keluarga Yeslin, namun pastinya juga harus menuruti saja apabila dia telah menikah bersama Aderlan.

Oleh sebab itu dia mengangguk, “Aku tidak ada komentar, semua ikut saja sama tante.”

Jina mengangguk, reaksi wajahnya sedikit membaik, namun tidak ada maksud untuk pergi.

Mimi sedang mengenakan baju tidur, awalnya dia ingin mengganti baju, namun dikarenakan Jina yang masih berada di tempat, sehingga dia juga segan untuk bergerak.

Meskipun dia tidak peduli dengan cara pandang Jina, namun dia juga tidak boleh bertindak keterlaluan, dia tidak ingin membuat Aderlan merasa kesusahan.

“Tante masih ada perlu ?”

“Aderlan tidak ingin pergi, kamu boleh bantu menasihati dia ?”

Aderlan tidak ingin pergi ?

Jina menyuruhnya menasihati Aderlan ?

Nalurinya mengatakan bahwa pasti ada kejadian dibalik semua ini, pada saat dia sedang berpikir untuk menjawabnya, pintu kamarnya terdorong dari luar, setelah itu Aderlan berjalan masuk ke dalam.

Novel Terkait

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu