Cantik Terlihat Jelek - Bab 486 Pacarnya Direktur Bima?

"Apakah kamu sedang melihat pemandangan? atau tidak ingin bekerja? Naik satu tangga pun bisa naik dua menit" Tiba-tiba, Weni mendengar suara Bima dari belakang yang menarik Weni kembali ke realitas.

Tubuh Weni bergetar dan langkah kakinya pun bergerak semakin cepat.

Setelah siap keramas, pembantu memberi tahu Weni Bima menunggu dia di mobil.

Karena tidak ingin Bima tunggu terlalu lama, Weni hanya minum sedikit soya dan mengambil sebatang jagung sebelum berlari keluar.

Bima mengendari sebuah mobil biasa yang menunjukkan rendah hatinya.

Melihat Weni keluar dengan jagung di tangannya, Bima menundukkan badannya dan membuka pintu mobil untuknya.

"Hanya makan ini?"

Weni tidak berani menatap ke matanya, dia mengangguk, "Cukup kok!"

"Mama merisau kamu bisa pikir terlalu banyak dan mempengaruhi suasana hati kalau di rumah, jadi dia menyarankan kamu pergi bekerja"

Melihat mobil yang bergerak sana sini melewati jendela, jagung yang berada di mulut Weni tiba-tiba terasa tawar.

Dia teringat dengan orang tuanya dan hidungnya terasa masam, tiga bulan ini, kalau bukan karena tinggal di rumah Bima, kalau bukan karena Kiki, walaupun masih hidup, Weni juga hanya sisa setengah nyawa.

Kepergian orang tuanya yang mendadak dan kekejaman kakek dan neneknya menghancuri seluruh dunianya.

Bahkan pada waktu itu, Weni merasa kehidupan dia sudah tidak memiliki arti untuk berlanjut lagi.

Setelah perjalanan belasan menit, mobil berhenti di depan sebuah perusahaan obat.

"Sudah sampai"

Weni menoleh ke Bima.

Bima melepaskan sabuk pengaman dan menoleh ke Weni, dia mengulurkan tangannya kepada Weni dengan natural.

"kamu... kamu mau melakukan apa?"

Sudut mulut Weni terasa hangat karena sentuhan Bima, hal ini membuat wajah Weni memerah sampai ke teinganya.

"Jagung kamu tertinggal di wajah"

Setelah berkata, Bima pun turun dari mobi.

Sementara Weni mengikuti di belakangnya dengan wajah memerah.

Di depan kantor, seorang atasan menghampiri Bima.

"Direktur Bima, anda sudah tiba"

Bima mengangguk dan menarik Weni ke depan, kemudian memperkenalkan kepada orang-orang itu:

"Ini adalah Weni, aku sudah pernah membahas bersama kalian kemarin, dia memiliki pengalaman meneliti obat selama 4 tahun di luar negeri, dia juga pernah pekerja di perusahaan manufaktur obat yang bernama DK.

Di luar maupun dalam negeri, tidak ada yang tidak mengenal perusahaan DK.

Jadi, setelah mendengar kata-kata Bima, beberapa orang yang bersikap sembarangan tadi tiba-tiba berdiri dengan tegak, tatapan mereka terhadap Weni pun menjadi semakin berat.

Bima mengeluarkan sebuah batuk ringan dan memperlembut ekspresinya sebelum berkata:

"Dia tidak hanya bisa menulis dokumen registrasi produk obat sendiri (pengisian dokumen CTD) bersama merekam semua proses penelitain sendiri, dia juga memiliki pengalaman di bagian pembuatan resep bahan kimia hasil penelitian, bahkan dia memiliki banyak pengalaman juga di bagian mendesain dan melakukan penelitian obat"

Bima memperkenalkan tanpa melebih-lebihkan, hal ini membuat Weni merasa kaget.

Ini adalah pertama kali dia mendengar Bima menceritakan dirinya dari sisi lain, sisi yang menunjukkan bahwa ternyata Weni juga pernah sangat berprestasi.

Yang semakin mengkagetkan adalah Bima juga mengetahui Weni pernah bekerja di DK, masalah ini merupakan masalah dua tahun lalu, apakah Bima pernah mencari tahu tentang Weni?

"Nona Wen bisa memilih perusahaan kami benar-benar merupakan keuntungan kami!"

"Benar-benar sangat luar biasa pada usia muda ini!"

Semua orang memuji dia, meskipun tidak seperti penghormatan secara sengaja yang dulu, Weni tetap merasa sangat tidak nyaman.

"Kamu mengenal pemilik perusahaan ini?" Weni bertanya kepada Bima dengan suara kecil.

Sudut mulut Bima terangkat dan dia pun mengangguk.

"Sebenarnya, aku bisa mencari kerja sendiri juga" Untuk kemampuan dirinya, Weni memiliki kepercayaan, hal ini juga merupakan satu-satu hal yang bisa dijadikan sebagai kelebihannya.

Dari mengganti seragam kerja sampai pergi ke ruang penelitian, Weni masih sedang memikirkan kata-kata Bima sebelum dia pergi tadi, "Aku sedang membantu mereka mencari pekerja genuis, berdasarkan kemampuan kamu yang luar biasa, aku juga merasa kamu bisa mencari kerja sendiri"

Bukan tidak ada yang pernah memuji dia seperti itu, tetapi semua ini menjadi berbeda ketika yang berkata seperti ini adalah Bima.

Perasaan pasrah yang dia rasakan dan perasaan tidak percaya diri yang dia rasakan tadi pagi langsung menjadi agak melega.

Semua orang tahu Bima yang memperkenalkan Weni ke sini, hal ini tentu saja mem buat semua rekan kerja melihat Weni dari sudut pandang berbeda.

Suasa di sini tidak seperti suasana tidak nyaman yang dia rasakan kemarin waktu pertama kali bekerja.

Beberapa rekan kerja yang seusia dengan Weni sibuk menariknya dan memperkenalkan dia suasana dan latar perusahaan.

Penampilan Weni terlihat sangat ramah dan damai, jadi, dia akna terus mengangguk dan mengucapakan terima kasih kepada setiap orang yang berbicara dan membantunya,

Di tambah baru saja mulai bekerja, Weni tidak mengerjakan pekerjaan yang realitas, dia harus mengenal sistem, alat dan ciri-ciri obat di sini dulu.

Di dalam kehidupan, dia akan bersikap agak ngaret, tetapi di dalam bidang pekerjaaan, dia sama sekali bukanlah orang yang lambat.

Jadi, dari pagi sampai malam,Weni bisa dibilang sama sekali tidak berisitirahat selain makan siang di kantin, dia juga hanya makan sedikit,

dan langsung kembali ke ruang penelitian.

Sikap ini membuat kesan semua orang terhadapnya lumayan bagus.

"Aku benar-benar terkejut, aku mengira yang datang adalah wanita jahat dan licik? Sekarang aku merasa dia lumayan mudah diajak bicara" Waktu pulang kerja, salah satu rekan kerja bercanda sama yang lain sampai mengemas barang.

"Apakah dia adalah pacar direktur Bima?"

"Tidak, tadi pagi aku ada pergi menyapanya, melihat dari cara mereka bersama dan berbicara, tidak mirip"

Pada saat Weni melepaskan seragamnya dan keluar dari kantor, hampir semua orang sudah pulang.

Pada saat jam makan siang, Bima mengirim pesan teks kepada Weni berkata nanti malam orang tuanya akan menjemput Kiki jadi tidak perlu risau dan tenang saja bekerja.

Weni merasa sangat terima kasih atas bantuan orang tua Bima, tetapi tidak bisa tidak peduli juga, jadi Weni pun naik bus pulang ke rumah Bima setelah memberes dengan buru-buru.

Sebelum tiba di depan pintu rumah, Weni sudah mendengar suara ketawa dari dalam.

Cahaya matahari yang mulai terbenam terpancar ke wajah Weni, meskipun dia terlihat agak kurus, sudut mulutnya terangkat dan dia menghela sebuah nafas berat, Weni merasa dirinya sudah mulai hidup kembali secara perlahan.

"Weni, bagaimana dengan pekerjaan hari ini?"

Pada saat makan malam, Ibu Bima bertanya sambil mendorong lauk kesukaan Weni ke depannya.

Weni menatap ke ibu Bima dengan tatapan terima kasih, "Terima kasih tante, iya, lumayan lancar"

Weni tidak bisa memanggil ibu Bima ibu atau ibu angkat.

Kehidupan selanjutnya kembali menjadi tenang, Kiki yang awalanya menangis ketika harus sekolah taman kanak-kanak pun menjadi menyukai sekolah.

Pekerjaan Weni juga menjadi semakin lancar, keraguan rekan kerja pada awalnya juga menjadi semakin percaya dan mengakui kemampuannya.

Penyayangan orang tua Bima terhadap Weni dan Kiki pun menjadi semakin banyak.

Semuanya terlihat sangat bagus!

Terkadang, Weni berpikir, kalau bisa begitu selamanya, juga lumayan bagus.

Tetapi, hidup ini tidak ada yang sempurna.

Bima menjadi semakin jarang pulang rumah dan jam dia pulang pun menjadi semakin telat.

Novel Terkait

Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
3 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu