Cantik Terlihat Jelek - Bab 501 Dia Berbeda Dari Keluarga Ningga

Kemarin ada yang salah dengan Shang, dia langsung pergi begitu selesai makan, sehingga ia sama sekali memperhatikan apa yang dikatakan ibunya.

"Ma, tolong beri tahu paman untuk membantuku mengerjakan PR," katanya. Kemudian ia langsung pergi bersandar di atas meja dan menghembuskan nafas panjang, seakan-akan dia tidak punya tujuan hidup.

Mata Shang mulai terasa berat, kemudian ia melirik ke adik perempuannya.

Rambut panjangnya menjuntai di sepanjang bahu, lalu karena tubuhnya berbaring di atas meja, beberapa helai rambut tergantung di depan dadanya. Keluarga Ningga diketahui akan penampilan luarnya yang menarik. Walau dia tidak begitu cantik, namun sangat jarang dapat menjumpai gadis yang begitu ramah dan cinta hewan dalam keluarga Ningga. Karena sifat itulah, ia menjadi aib dalam keluarga Ningga.

Sambil mengerutkan kening, "Benar hanya segini nilaimu? Paman bukanlah peri, kalau begini aku pun juga tidak bisa menolongmu."

Sambil berbicara, ia mengeluarkan buku Hutu dan membolak-balik beberapa halamannya. Keluhnya, "Hei lihat, dia menulis seperti ini, paham tidak? Kamu...."

"Shang, jangan berkata seperti itu kepada adikmu."

Dengan satu teguran, keduanya berdiri secara bersamaan.

Melihat ibu yang datang dengan memegang segelas susu, sambil meletakannya di atas meja, ibu berkata, "Meskipun belajar itu penting, kalian juga harus menjaga kesehatan tubuh dengan baik."

Hutu mengangguk dengan patuh, "Terima kasih Ma."

Ibu Ningga mengangguk, lalu mengambil buku yang Shang baru saja baca dari meja, "Tutu, kamu harus belajar dari pamanmu. Lihatlah, tulisannya sangat bagus."

Shang mendekat, "Ma, bagaimana jika aku yang mengajari Tutu?Raven sangat sibuk, mana punya waktu?"

”Kamu atur saja sendiri!", Ibu Ningga memotong kalimatnya dengan tajam.

Hutu diam-diam menghela nafas, berdiri di samping tanpa berani berkata-kata. Ibu selalu membicarakan hal yang penting dengan Shang. Dulu ia bisa membantu berdebat dengan baik, tetapi sekarang setiap kali dia berbicara, hanya membuat ibu Ningga semakin marah, lambat laun dia menjadi pendiam.

"Tutu, kesehatan ibu tidak begitu baik. Apa yang sudah dipelajari di masa lalu tidak ada gunanya selama beberapa dekade ini. Kedepannya, ibu akan membayar lebih untuk pamanmu saat mengajarimu.

Setelah Ibu Ningga selesai berbicara, tanpa menunggu Hutu menjawab, ia langsung mendorong Shang keluar, "Baiklah baiklah, kamu jangan mengganggu adikmu belajar."

Hutu mengangguk, "Terima kasih ma, aku akan berusaha keras."

Pintu sudah tertutup, tetapi benaknya masih dipenuhi pikiran, bahkan dia sangat iri pada kakak laki-lakinya yang bisa sangat akrab dengan ibunya.

Anehnya, di hari ketiga tahun baru itu, ditunggu sampai malam hari pun Raven tidak muncul.

Hutu berpikir, dia seharusnya melakukan atau menyadari sesuatu, namun dirinya tidak bisa membantu persoalan kecil seperti ini, rasanya sudah ingin menyerah.

Singkatnya, ketidakhadirannya membuat Hutu benar-benar lega.

Karena selanjutnya sudah semester kedua sekolah menengah atas, maka sekolah mengatur untuk memulai pelajaran pada hari keempat di tahun baru.

Mendadak bangun pagi terasa sangat tidak nyaman. Jam alarm sudah berbunyi berkali-kali, dan itu juga tidak bisa membuatnya terjaga.

Dia pun mengenakan seragam sekolah, cuci muka dan dengan santai turun ke bawah.

Tapi ketika dia melihat Raven di meja sarapan, rasa kantuknya langsung hilang.

"Pa....man...."

Raven mengangkat kepala dan menatapnya dengan kalem.

"Kemarin aku pulang larut malam, dan apakah kamu melakukan semua yang aku katakan?"

Nilai-nilainya turun drastis sejak dia duduk di bangku SMA. Demi berbisnis, dalam sebulan ayahnya bisa tidak pulang selama beberapa hari. Awalnya, ibu merawatnya dengan baik, tetapi karena melihat dia tidak menjadi lebih baik, maka ibu kian lama mengacuhkannya.

Sudah lama tidak ada orang yang bertanya mengenai studinya.

Tapi bagaimanapun juga dalam keluarga Ning, semua orang tahu bahwa dia kurang pintar, bahkan PR-nya saja tidak terlalu bagus, gagal juga sudah biasa.

"Sudah selesai."

Pria itu meminum sup yang ada di dalam mangkuk dengan sangat elegan. Setelah beberapa tegukan, dia berhenti dan menatap ibu Ning, suaranya dingin.

"Kakak ipar, aku akan pergi ke perusahaan kakak tertua sebentar, Tutu sekalian saja aku antar."

Ibu Ningga dengan cepat mengangguk, "Baiklah kalau begitu, maaf merepotkanmu Raven."

"Searah juga."

Sejak awal Hutu sudah tidak nafsu makan, roti yang digigitnya kali ini terasa semakin hambar.

Dia duduk di kursi belakang sederhana tersebut.

Laki-laki itu dengan serius membaca buku yang dipegangnya, pena di tangannya dipakai untuk menulis di buku tersebut dari waktu ke waktu, sekitar 30 menit lamanya.

Hutu merasa seperti duduk di atas tumpukan jarum, matanya tertuju pada mobil yang berhenti di luar, sontak tubuhnya menjadi kaku.

"Dasarmu tidak terlalu buruk, hanya saja materi yang lebih spesifik sangat kacau!", lalu ia menutup buku di tangannya dan melanjutkan:

"Bagian buku yang digarisbawahi dapat kamu pelajari kembali ketika ada waktu luang. Fokus pada area yang dilingkari, aku akan datang ke sini setiap sabtu pagi untuk membantu mengerjakan PR."

Ketika dia menyerahkan buku itu, Raven juga menyerahkan selembar catatan.

"Paman, sejauh yang aku ketahui, tidak peduli seberapa keras aku mencoba, aku tidak bisa mendapat hasil ujian di atas nilai C."

Sadar akan sikapnya yang seperti ini, Hutu menjadi takut, lubuk hatinya terasa mengganjal, dan dengan seketika perlahan menundukan tanpa berani menatap Raven.

Raven mengerutkan kening, menatapnya dengan ringan, dan berkata dengan suara rendah.

"Tidak bisa mendapat nilai di atas C? Bagaimana dengan masuk universitas? Atau, apakah kamu berencana untuk langsung bekerja setelah lulus SMA? Lalu menikah dengan seorang lelaki?"

Nada berbicaranya sangat tenang sehingga tidak bisa dihitung sebagai memarahi, tetapi Hutu tidak bisa menahan perasaan malunya.

Dia benar-benar aneh. Raven hanya tiga tahun lebih tua dari Shang dan lima tahun lebih tua darinya, tapi mengapa dia merasa takut sama seperti menghadapi kakeknya?

"Oh, baiklah", pergi bekerja? Lalu menikah? Tentu saja tidak.

Saat ini, dia sudah sampai gerbang sekolah, dia pun memasukkan buku itu ke dalam tas sekolah dan menoleh, mengangguk pada Raven, "Sampai jumpa paman."

Setelah keluar dari mobil, dia berbalik. Kedua bahunya terasa berat, mengingat setiap minggu harus bertemu dengan pamannya. Sarafnya menjadi tegang dan kepalanya sakit seakan mau meledak.

"Tutu, siapa yang mengantarmu ke sini? Mobilnya bagus!", Nini Chen, teman sebangkunya menyapa.

Karena Hutu bermarga Hu, dia biasa diacuhkan. Ketika sekolah, dia tidak pernah mengijinkan supirnya mengantar sampai depan gerbang, untuk itu tidak ada yang tahu jika dia adalah anggota dari keluarga Ningga.

Keluarga Ningga yang sangat terkenal.

"Ah..... saudaraku, sekalian mengantarku karena searah", dia menjelaskan dengan santai.

Novel Terkait

Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu