Cantik Terlihat Jelek - Bab 249 Nasi Sudah Jadi Bubur

“Dari CCTV terlihat, wanita itu benar turun di sini dari mobil, tapi orang yang diutus untuk mencari sudah memeriksa semua hotel besar dan kecil serta tempat yang bisa dihuni, juga tidak ada orang yang melihat wanita itu.” Setelah mengatakan, Gary menghempaskan gempalan tangan menonjok dengan kuat pohon di sampingnya.

“Kak, ilmu bela diri kakak ipar sangat hebat, seharusnya dia bisa aman-aman saja, mungkin, masih ada beberapa tempat yang belum dicari?” Clover menghibur.

Mendengar ini Suya tersenyum dingin: “Hotel? Kamar kost? Gary, kamu ini sedang mengelabui diri sendiri dan juga orang lain yah? Orang dia 100 ribu saja tidak punya, mana bisa tinggal di hotel, menurutku, kamu bisa utus beberapa orang untuk mencari di bawah jembatan, mungkin peluangnya bisa lebih besar.”

Setelah mengatakan, Suya melototi Gary sejenak, sekarang ini dia benar-benar tidak senang terhadap Gary, jadi nada bicaranya juga sedikit mengejek, sebenarnya juga marah terhadap dirinya sendiri, Gary tidak tahu masalah ini, meski tidak seharusnya tidak tahu, tapi pria itu tidak tahu kondisi Mikasa, tapi dia sendiri mengira Gary bisa menjaga Mikasa dengan baik, akhir-akhir ini juga sudah terlalu banyak ikut campur urusan Mikasa, berpikir tentang ini, dia sangat menyalahkan diri sendiri.

Clover melihat Suya mengangguk, menoleh melihat Gary, “Kak, apa yang dikatakan Suya? Kakak ipar tidak membawa uang?”

Gary mengangguk, ada perasaan bersalah dalam matanya, “Ini semua salahku, aku yang tidak berhati-hati.”

“Dia tidak membawa uang, juga tidak ada uang di gopay, ovo?”

“Uang dia sebelumnya semua digunakan untuk mengobati ayah, awalnya bilang bisa ada uang ganti rugi rumah, terakhir semua uang itu oleh ayahnya diam-diam diberi ke adiknya untuk membayar hutang, sebelum hilang ingatan, dia masih memberitahuku mau menunggu gaji turun, uang di tangannya tinggal berapa ratus ribu rupiah, kalian sama sekali tidak bisa membayangkan, beberapa tahun ini bagaimana hidupnya…” Berkata sampai sini, Suya mengusap air mata, tersendat menahan tangis.

Saat ini, semua orang tidak berbicara lagi.

Hati sedikit bersedih…

Tiba-tiba ponsel Gary berdering, dalam keheningan malam, jelas saja bunyi ponselnya menusuk telinga sekali, menyambutnya, “Halo, Em… sudah diketemukan? Baik, kirim posisinya kemari, aku segara ke sana.”

Setelah beberapa menit….

“Mana orangnya?”

“Sudah tertidur di sana, di dalam ATM 24 jam.” Setelah mengatakan, orang itu menundukkan kepala.

Mendengarkan ini, Suya menutup mulut menangis kecil.

Mata Clover juga sudah agak memerah, masuk ke dalam pelukan Devan.

Gary hanya merasakan dalam hatinya seperti ada barang yang terkoyak, sakitnya sampai kesulitan bernafas.

Jelas-jelas berjarak sangat dekat, namun dia merasa telapak kakinya seperti ada magnet, susah untuk digerakkan.

Mikasa duduk di lantai, kedua tangan memeluk lutut, mukanya agak menyamping, di bawah sinar lampu, bisa terlihat jelas matanya merah dan bengkak.

Gary menjongkok di depannya, tangannya yang besar menyentuh wajah samping wanita itu, rasa lembab terasa di ujung jari, dia baru terkejut, ternyata wanita itu sedang menangis, meski dia sudah tertidur.

Tidak bisa menahan gemetaran di ujung jarinya, jakunnya bergerak dengan cepat, dia mengeluarkan suara, suara yang gemetaran: “Mikasa…..”

Mikasa menarik ingus, alisnya mengerut, namun belum juga sadar.

“Mikasa, ayo kita pulang.” Gary berkata lalu membongkok, merangkul pinggang, mengangkat dan menggendong Mikasa.

“Ting…” Bunyi beberapa uang koin terjatuh ke lantai, sangat gaduh.

Di sini, di rumah Gary

Gisel setegah terbaring di sofa, kedua tangan di bawah telinga, tertidur dengan sangat tidak tenang.

Ketika mendengar bunyi pintu terbuka, bisa dibilang dia dengan sekejap terduduk lurus, di bawah sinar lampu yang redup, dia kelihatan Gary menggendong seorang wanita berjalan masuk dari luar sana.

Gendongan yang sama, namun Gisel merasakan dengan jelas perbedaannya.

“Kak”, Dia mengeluarkan suara berkata.

Ekspresi wajah Gary sangat murung, ketika berjalan ke depannya, berhenti sebenar, “Tidurlah awal!”

Setelah mengatakan, menggendong Mikasa masuk ke kamar, kemudian pintu kamar tertutup rapat, Gisel hanya merasa pintu di hatinya seakan tertutup juga.

Wanita biasa seperti itu, bagaimana bisa menikah dengan Kakak Garynya?

Ketika Mikasa sadar, berpapasan dengan sepasang mata penuh dengan untaian garis berwarna merah darah.

Dia mengira dirinya sedang bermimpi, menjulurkan tangan menyentuh wajah yang dikenal baik itu, namun tangan itu digenggam oleh sepasang tangan besar, suhu dari telapak tangan, memanggil kembali kesadaran Mikasa, dan juga ingatan sebelum tertidur.

Suhu di matanya dengan cepat menurun, dingin seperti es….

Dia secara reflek ingin menarik tangan, namun ditarik Gary masuk ke dalam pelukkan, suara serak terdengar di telinganya: “Gadis bodoh, itu adalah putri paman, sepasang kakinya lumpuh, kebetulan mau magang di Perusahaan Panama, ketika dia kemari, duduk mobil terlalu lama, pergi ke kamarku untuk istirahat sebentar, jadi yang kelihatan olehmu itu hanya aku menggendongnya ke meja makan untuk makan, di mataku dia itu hanya seorang anak kecil.”

Mikasa mendongak, melihat Gary, matanya berkabut, “Kamu tidak membohongi aku?”

Gary mengangguk, kemudian, menyondongkan badan ke belakang mengambil sebuah dompet kartu keluar, menarik keluar satu kartu, diberikan ke Mikasa, “Istriku, ini adalah semua harta simpananku, semua kuserahkan padamu.”

Mikasa mengerutkan alis, “Semua harta simpanan?”

“Karena saham perusahaan, semua itu bisa kembali atas bantuan suami Clover, jadi, mungkin dua tahun ini, keuntungan perusahaan akan digunakan untuk membayarnya dulu, kartu ini adalah semua hartaku yang bisa dipakai saat ini.”

Mikasa tahu, Gary pasti tahu bahwa dia sudah tidak ada uang, seketika merasa sedikit kikuk, merasa sebelumnya dia harusnya bertanya jelas dulu, baru memutuskan mau marah atau tidak.

Yang lebih shock lagi saham perusahaan Gary itu ternyata Devan yang membantunya.

Mendorong lepas dari tangan pria itu, “Aku tidak mau, belasan hari lagi juga sudah gajian…”

“Ambil saja, ini kartu kedua, kartu utama di tanganku, walau uang ini tidak banyak, tapi, juga cukup untuk keperluan sehari-hari kita berdua…”

Perkataan pria itu membuat Mikasa mau menangis, dia selalu merasa dirinya sangat menyukai Gary, saat ini dia baru merasakan bahwa sebenarnya dia juga hidup dengan sangat egois.

Dia selalu berpikir lazim saja, perusahaan Panama milik keluarga Gary, milik Gary juga, sama sekali tidak pernah berpikir, beberapa tahun ini bisa tidak terjadi sesuatu?

Gary tidak mengatakan apa-apa, dia juga tidak bertanya, saat ini dia baru mengerti, terhadap pria yang dipanggil suami ini, dia sebenarnya tidak paham, tidak tahu apa-apa.

“Suamiku, aku tidak tahu ternyata kamu ada begitu banyak kesulitan, kalau perlu, kita ganti jadi rumah yang lebih kecil, juga tidak perlu ada pelayan, gimana? Aku tidak keberatan, asalkan bisa bersama denganmu, tinggal dimana saja juga boleh, pakaian, pekerjaan rumah biar aku yang mengerjakan, seperti ini, bebanmu bisa sedikit lebih ringan, gimana?”

Gary menariknya masuk ke dalam pelukkan, “Bodoh, aku kasih tahu kamu ini semua, itu karena aku tidak mau menutupi apa-apa darimu, kemarin aku pergi menjemput gadis kecil itu, aku menyuruh Dono untuk memberitahumu, dia kelupaan, saat itu ponselku kehabisan baterai, tidak disangka membuatmu jadi salah paham.” Menyempalkan kartu itu kembali ke dalam tangan wanita itu, “Maaf, sudah membuatmu bersedih! Besok-besok, aku pasti bisa memperhatikan, ini kamu ambil, mau beli apa, beli saja, untuk membiayai hidupmu sekarang ini, aku masih mampu….”

Setelah mengatakan, Gary berkata lagi: “Besok-besok kalau kamu ada apa-apa, kamu juga harus memberitahuku, kita ini suami istri, susah senang bersama, istri sendiri tidur terlantar di jalan, istriku saat itu,aku merasa diriku ini begitu tidak berguna, tidak menjagamu dengan baik.”

Mikasa ingin menangis, memukul dada Gary, “Berkata sembarangan, itu karena salah aku sendiri, kalau saat itu aku membuka pintu tanya dengan jelas, hal ini juga tidak akan ada.” Mengatakan sampai di sini, Mikasa menunduk, seperti anak kecil yang melakukan kesalahan saja, melintirkan jari.

“Kalau tidak, anggap saja nasi sudah jadi bubur? Kamu tidak percaya sekali sama aku.” Tiba-tiba, seorang pria berbisik di samping telinga Mikasa.

Novel Terkait

Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu