Cantik Terlihat Jelek - Bab 466 Halaman Tambahan 2

“Bukankah kita mengatakan akan tetap menjadi teman di saat bercerai? Karena kita adalah teman, maka harus saling menolong.”

Nada suaranya agak nakal, dia mengatakan kata-kata yang sama sekali tidak bisa ditolak Weni.

Dia mengangkat kepala menatapnya, tetapi beberapa detik kemudian, dia menyerah.

Dia menundukkan kepalanya, merasa ragu, lalu berkata dengan lembut, “Yah, hanya sekali ini.”

Dia bisa menganggapnya sebagai teman tanpa beban, namun…... dia tidak bisa.

“Kalau begitu kamu makan pelan-pelan, aku akan datang menjemputmu di malam hari.”

Melihatnya keluar, dia berdiri di balkon, dan melihat mobilnya melaju pergi.

Weni memegang dadanya, hatinya berdebar kencang untuk waktu lumayan lama.

Dia pernah berpikir kalau kembali ke dalam negeri pasti akan bertemu dengannya, namun….. bagaimana bisa begitu?

Mengapa kembali bersama lagi?

Berpikir tentang wanita yang bernama Suya, dia menggelengkan kepalanya dengan kuat.

Suara panggilan video berdering, menarik kembali pikiran Weni.

“Kakak…...”

Suara yang lembut dan sosok seorang gadis kecil terlihat di dalam telepon.

Tatapan Weni yang sedih langsung menjadi lembut, “Kiki, apakah kamu rindu dengan kakak?”

Layar dibalikkan, wajah ibunya muncul di dalam video, “Wen Wen, bagaimana kabarmu setelah kembali ke sana?”

“Bu, aku baik-baik saja, itu…... kiki, harus merepotkanmu dan Ayah.”

Wajah Ibunya langsung menjadi tegang, dia bangkit, dan pindah posisi, “Lain kali jangan mengatakan perkataan seperti ini di depan anak-anak, meskipun Kiki masih kecil, namun dia sangat pintar.”

Selesai berkata, dia berhenti sejenak, “Aku dan Ayahmu sudah pasti akan kembali ke kota di akhir tahun.”

Weni tertegun duduk di sofa, dan mendengarkan Ibunya melanjutkan:

“Wen, Wen, kamu seharusnya mengerti mengapa Ibu menyuruhmu kembali dulu, kan? Di dalam negeri tidak seperti di luar negeri, gosip sangat mengerikan, kamu juga tidak ingin kiki menjadi topik pembicaraan orang lain, kan?”

Membicarakan ini, ibunya berhenti sejenak.

Weni mengambil bantal di sebelahnya dan memeluknya, memutar kepala melihat bubur yang masih hangat di atas meja.

Setelah terdiam sejenak, dia mengangguk, “Oke ibu, aku tahu.”

“Jangan hanya tahu, setelah kembali, dia sudah harus masuk ke taman kanak-kanak, apakah kamu ingin anak ini ditertawakan orang lain? Sebelum aku dan ayahmu kembali ke dalam negeri, aku berharap kamu bisa memberi kami sebuah jawaban, masih ada 11 bulan, waktu seharusnya cukup.”

Ibu berkata dengan nada serius.

Setelah menutup panggilan video, Weni berpikir.

Ya benar, kiki adalah putrinya bersama Bima.

Kedua tangannya mengepal, perkataan ibunya membuat seluruh tubuhnya bagaikan tersengat listrik, dia merasa lemah tak berdaya.

Dia terus menelan, kulit kepalanya terasa kebal, dan detak jantungnya semakin cepat.

Apa yang harus dia lakukan?

Bima, mereka seharusnya tidak mungkin bersama lagi?

Terpikir situasi pertama kali bertemu dengan Bima, dia kuliah di tahun pertama dan Bima di tahun ketiga.

Pada saat itu, sepertinya Bima terjadi sesuatu yang sangat mendesak, dia berlari melewatinya, setelah menabraknya, dia berbalik, mengangkatnya, dan meminta maaf lalu pergi.

Kartu pelajarnya jatuh di lantai.

Dia ingin mengembalikan kartu pelajarnya, jadi dia pergi mencarinya, mengikuti data di atas kartu, namun dia mendengar teman-teman sekelasnya mengatakan bahwa dia telah belajar ke luar negeri dan tidak akan kembali ke sekolah lagi.

Pepatah mengatakan, jodoh adalah benang merah dari dewa Yue Lau, setelah diikat, maka pasti akan bertemu.

Pada hari pertama dia bekerja di luar negeri, dia langsung bertemu dengan Bima.

Lingkungan baru membuatnya agak panik.

Bima menyangka dirinya adalah seorang murid dan memberitahunya laboratorium guru tidak ada di sini.

Pertemuan pertama kali setelah beberapa tahun, dia sangat sopan.

Namun bagi Weni, dia seperti orang yang sudah lama ditunggu-tunggu.

Dia sangat senang dan semangat ketika bertemu dengannya.

Mereka bertemu lagi, setelah setengah tahun kemudian, Bima bertanggung jawab atas penyesuaian instrumen di lembaga mereka, dan dia mengintipnya dengan detak jantung berdebar kencang, lalu tertangkap basah olehnya.

Sudut mulut Bima terangkat dan tiba-tiba bertanya padanya, “Apakah kamu menyukaiku?”

Weni seorang pemalu, namun hari itu, dia mengangguk tanpa merasa ragu, “Suka.”

“Lalu, bagaimana kalau menikah denganku?”

Perkataan ini membuat Weni tertegun lumayan lama, ketika dia kembali sadar, Bima sudah berbalik dan berjalan ke pintu laboratorium.

Dia datang untuk menyetel instrumen, setelah semuanya selesai, dia akan segera pergi.

Weni panik, dia berkata dengan tergesa-gesa, “Aku setuju.”

Dia berpikir, meskipun dipermainkan, dia juga ingin bersamanya.

Mereka tidak mengambil surat nikah, mereka hanya menandatangani sebuah perjanjian pernikahan.

Sama seperti ketika mereka bercerai, mereka hanya menandatangani perjanjian perceraian.

Pada hari-hari setelah pernikahan, Weni bagaikan hidup dalam mimpi, dia selalu merawat pernikahan kilat ini dengan hati-hati.

Setelah menikah, Bima benar-benar seperti seorang suami yang baik, dia merawatnya, dan menemaninya belanja di supermarket, dia juga menemaninya berjalan-jalan setelah makan malam, dan juga menemaninya menonton film…...

Namun, dia tidak pernah menyentuhnya.

Dia menjelaskan padanya karena dia adalah seorang gay, jadi dia tidak menyukai wanita, menikah dengannya hanya ingin mencoba apakah dia akan muak dengan pernikahan, kalau tidak, maka dia akan mencoba untuk hidup bersamanya selamanya.

Weni awalnya juga percaya.

Setelah berpikir lumayan lama kemudian, dia juga menyerah dan merasa meskipun tidak bisa menjadi suami istri yang sebenarnya, namun bisa hidup bersama orang yang dia sukai, itu juga merupakan suatu hal yang menyenangkan.

Hingga…. Suatu malam.

Pada hari itu, tidak tahu apa yang terjadi padanya, dia minum sangat banyak dan mabuk.

Dia memanggil Suya di mulutnya, namun melepaskan pakaiannya, sebenarnya dia bisa menolak, namun dia membiarkannya.

Pada pagi hari, dia terlihat seperti biasanya, tidur dengan mengenakan pakaian.....

Sedangkan dia, menahan rasa sakit di tubuhnya setelah malam pertamanya, dan perasaan kaget di dalam hatinya, dia membuat sarapan dengan tenang, dan pergi bekerja bagaikan tidak pernah terjadi apapun.

Dia harus menerima sebuah kenyataan bahwa suaminya bukan gay, dia hanya memiliki wanita lain di hatinya.

Bahkan demi wanita itu, dia memilih menjadi gay untuk selamanya.

Kebenaran dan cinta yang cacat seperti ini, membuatnya menderita.

Satu setengah bulan kemudian, dia mengetahui dirinya hamil, dia belum tahu apa yang seharusnya dia lakukan, Bima malah mengajukan perceraian dengannya pada hari berikutnya.

Orang tuanya tidak tahu tentang pernikahan mereka, dia tinggal bersamanya namun dia memberitahu orang tuanya, dia tinggal bersama seorang rekan kerja.

Jadi ketika dia bilang dirinya hamil.

Dia pertama kali ditampar oleh ayahnya.

Ibu mencoba berbicara dengannya dan memaksa bertanya padanya, anak siapa ini?

Dia sangat jelas, dia tidak pernah berpikir menggunakan anak ini untuk mempertahankan Bima, jadi dia diam saja.

Namun dia memutuskan untuk melahirkan anak ini.

Novel Terkait

Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu