Cantik Terlihat Jelek - Bab 534 Bertemu Raven yang Sedang Berkencan

Selanjutnya, Hutu akan mencari berbagai alasan untuk "mengganggu" Raven setiap hari, misalnya,

"Paman, aku ingin membeli beberapa buku khusus jurusan terlebih dahulu, untuk latihan, buku apa yang kamu rekomendasikan?"

"Paman, aku dengar harus belajar perangkat lunak? Tapi aku tidak bisa, bagaimana?"

"Paman, tombol fungsi itu, aku lupa lagi, bolehkah kamu menjelaskannya lagi."

“Paman… …”

Dengan “gangguan” tanpa henti pada setiap harinya, hubungan Hutu dan Raven menjadi lebih dekat, setidaknya, terkadang Hutu sudah berani mengirim beberapa ekspresi lucu dan menghibur kepada Raven.

Setidaknya, dia tidak lagi begitu takut padanya, meskipun dia tetap tidak berani berbicara keras ketika mereka bertemu.

Dalam keadaan seperti ini, Hutu menerima surat pemberitahuan telah diterima universitas.

Saat menerima surat pemberitahuan, dia segera mengambil foto dan mengirimkannya ke Raven, "Paman, kita akan segera menjadi teman seuniversitas, kedepannya, kamu juga merupakan kakak seniorku."

Dia sengaja mengacaukan hubungan mereka berdua.

Dalam hati merasa sangat bangga dengan perubahan kecil ini.

Namun, Hutu terus tidak mendapatkan balasan pesan ini dari pagi hingga malam.

Dia mengira ponsel Raven kehabisan baterai, jadi dia tidak tahan untuk meneleponnya dengan telepon rumah, panggilan malah menunjukkan dapat terhubung.

Dia agak kesal.

Kebetulan, Nini menelepon kemari, memintanya untuk menemani dia makan sebagai pesta perpisahan, dia akan pergi ke luar negeri besok.

Karena informasi ini, hati bagai ditekan batu besar, terasa semakin tertekan.

Hutu pergi ke tempat yang disepakati, itu adalah sebuah rumah teh, dari jauh sudah terlihat Nini dan seorang pria berdiri di samping meja, tampak senang dengan obrolan mereka, Nini tertawa lepas, sama sekali tidak menjaga citra diri.

Hutu jarang melihatnya begitu senang, lebih tepatnya jarang melihatnya tertawa dengan begitu lepas.

Dalam hati Hutu agaknya telah mengerti alasan mengapa Nini bersedia pergi ke luar negeri.

Bukankah kebahagiaan dan kegembiraanlah yang merupakan fondasi dari cinta?

Hutu berjalan lebih mendekat. Pacar Nini, tinggi dan kurus, mengenakan kacamata, tampak sangat lembut.

Sebelumnya, dia selalu mendengar Nini menyebutnya, ini adalah pertama kalinya dia bertemu orangnya.

Agak berbeda dengan yang dibayangkan. Namun, preferensi Nini memang selalu berubah-ubah. Semua mantan pacarnya memiliki penampilan berbeda-beda, jadi dia tidak terkejut.

" Tutu, aku perkenalkan dia padamu, namanya Ruli."

Karena namanya yang unik, Hutu menatapnya lebih lama, tetapi, melihat ke kiri dan ke kanan, selain penampilannya yang agak enak dipandang, tidak ditemukan sesuatu yang istimewa.

Hutu tersenyum, "Halo, namaku Hutu."

Sehabis itu, dia berjalan ke samping, dengan santai merangkul lengan Nini, tetapi Nini malah mendorongnya, melewatinya dan berjalan ke sisi Ruli, dengan murah hati meraih lengan pria, lalu menoleh dan mengangkat-angkat dagu ke belakang Hutu.

Hutu bingung, melihat ke belakang.

Agus?

Pertemuan terakhir mereka adalah di perjamuan. Kemudian, Agus mengirim banyak pesan padanya dan meneleponnya banyak kali, tapi dia berpura-pura bodoh.

“Kenapa abangmu bisa datang?”

Nini menatapnya dengan senyuman aneh di wajah, "Bagus ya kamu, diam-diam bersama abangku tanpa sepengetahuan aku, kamu benar-benar bisa saja, kalau bukan karena aku tidak sengaja melihat dia menulis namamu di bagian belakang buku, sampai kapan kamu mau merahasiakannya dari aku? "

Setelah berbicara, Nini menatap Agus yang mendekat, tersenyum dengan sangat ceria, "Abang, Tutu adalah sahabat terbaikku, kamu tidak boleh menggertaknya, dan, kamu tidak boleh mendua hati, aku telah mengakuinya sebagai kakak iparku."

Hutu terkejut dan marah hingga mulutnya menganga, apa-apaan ini?

Ketika dia hendak mengklarifikasi, dia tiba-tiba melihat Raven dan Kane masuk dari pintu sambil bercanda tawa.

Senyuman itu asing baginya.

Senyuman itu juga membuat hatinya seketika jatuh ke dasar.

Agus memandang ke arah pandangannya, ketika melihat Raven, dia mengulurkan tangan dan menarik-narik Hutu, "Kebetulan sekali, pamanmu juga datang untuk berkencan."

Berkencan? Sehingga, tidak membalas pesannya?

Dia menggigit bibir, kedua tangan perlahan mengepal erat, kuku mencengkeram daging telapak, rasa sakit membuat wajahnya pucat.

“ Tutu, duduk, kenapa terus berdiri?”

Nini tidak menemukan kejanggalan pada Hutu, mengulurkan tangan dan menariknya.

Hutu menenangkan emosi yang berfluktuasi, sebelum Raven menemukannya, dia segera melewati kursi dan duduk di sebelah Agus.

“Raven... … itu Tutu bukan?” Kane Vulton menunjuk ke arah Hutu.

Ketika melihat tangan Agus diletakkan di bahu Hutu, ekspresi wajah Raven berubah, wajahnya seketika memuram, alis agak bergerak, tiba-tiba dada terasa sesak.

Pesta makan kali ini ditakdirkan akan terasa hambar.

Namun, karena Nini besok sudah harus pergi, Hutu pun menyembunyikan emosinya ini.

Karena bagaimanapun, kedepannya Raven akan sering dijumpai, tapi Nini tidak lagi mudah untuk dijumpai.

Di akhir makan, Hutu mengambil gelas dan menuang alkohol untuk dirinya sendiri, mengangkat gelas dan berkata kepada Nini, "Semoga perjalananmu besok aman dan lancar sampai ke tujuan sesuai arah angin."

“Sesuai kepala otakmu, aku duduk pesawat, sesuai angin apaan?” Nini mendorong jauh gelas Hutu dan memelototinya.

Hutu ingin tertawa, tetapi begitu kedua bibir terpisah, air mata mengalir ke dalam mulutnya, pahit dan tidak enak.

Dia memang tidak punya teman, jika Nini pergi, dia akan lebih kesepian.

Dia memalingkan muka, tidak ingin ketahuan Nini bahwa dia menangis.

Tapi, tidak sangka, sebuah bayangan melintasinya, lalu dia pun dipeluk, "Woo… … Tutu, aku juga tidak rela berpisah denganmu."

Nini memeluk Hutu, menangis dengan sedih.

Agus menarik napas dalam-dalam, mengulurkan tangan dan menarik tirai di belakang mereka. Dalam sekejap, ruangan menjadi tertutup, ruang kecil terpisah dengan luar.

Perpisahan, selalu menyedihkan.

Baik Hutu yang tidak pandai berbicara, maupun Nini yang ceroboh dan tidak berperasaan.

“Sampai di sana, aku akan men-video call kamu setiap hari, kita tetap bisa bertemu setiap hari.” Nini menghibur Hutu.

Hutu mengisap-isap hidung, mendorong Nini menjauh, lalu mengambil gelas berisi alkohol di depannya, mendongak, menghabiskan semua alkohol di dalam gelas.

Ini adalah pertama kalinya dia minum alkohol, pertama kali… …

Benak berputar perihal kepergian Nini, perihal canda tawa antara Raven dan Kane.

Pertemanan, percintaan, apakah dia akan sekaligus kehilangan semua itu?

"Mana ada orang yang minum seperti kamu? Minumlah lebih sedikit." Agus menarik gelasnya.

Hutu tidak lagi bersikeras, karena, dia tahu bahwa dia tidak minum banyak, hanya segelas, tetapi penglihatannya telah kabur.

Orang yang tampak kurang jelas, perihal yang tampak kurang jelas, barang yang tampak kurang jelas, malahan…... lebih bagus!

Apakah inilah rasanya, memabukkan diri dengan alkohol?

Rasanya mabuk cukup bagus, tiada perpisahan, tiada kesedihan.

Ketika Hutu bangun, dia berada di lingkungan yang asing.

Novel Terkait

Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu