Cantik Terlihat Jelek - Bab 245 Salah Paham Di Dalam Hotel

"Eren?" Ini.........

"Mikasa, buat apa kamu melamun di sana, ayo cepat masuk?" Suya tidak menyadari ada sesuatu yang salah di ekspresi Mikasa, Suya pun menariknya, "Sini, kamu duduk sini"

Pada saat Suya mengangkat kepalanya, dia baru menyadari tatapan pria itu tertuju kepada dia.

Suya pun merasa kaget, "Kalian kenal satu sama lain?"

Suya mengangguk dengan canggung, "Teman sebangku waktu SMA"

"Kita tidak berjumpa selama 10 tahun, semalam berjumpa lagi untuk pertama kali, tidak menyangka kita bertemu lagi dalam waktu begitu pendek" Wajah pria itu terdapat senyuman yang menunjukkan suasana hati yang bagus.

"Oh, ternyata begitu" Suya menoleh ke Mikasa, "Mengapa aku tidak pernah mendengar kamu menceritakan tentang pria ini selama beberapa tahun ini?"

Mikasa menjawab dengan suara kecil : "Tidak pernah cerita? Mungkin karena kami sudah banyak tahun tidak kontak, tidak ada keperluan membahas"

Suara Mikasa sangat kecil, tetapi karena suasana di dalam ruangan sangat sunyi, pria yang duduk di depan tetap mendengar kata-kata mereka.

Gerakan minum air pria itu pun berhenti sejenak.

"Kalian itu teman?"

"Teman kuliah" Suya menjelaskan.

"Sepertinya semua ini takdir, salam kenal, namaku Eren".

"Eren, Eren? Ternyata begitu" Suya meletakkan segelas teh di depan Mikasa, "Jangan melihat ponsel lagi, cepat minum air".

Mikasa mengangguk, sebenarnya dia tetap merasa sedikit canggung, tidak menyangka orang yang akan kencan buta dengan Suya adalah Eren.

Selanjutnya, mereka pun berbicara dengan santai dan sembarang, bisa dilihat kesan Suya terhadap Eren lumayan bagus, Suya terus berusaha mencari topik denganya.

Tetapi Eren hanya menjawab apa yang ditanyakan oleh Suya, jelas dia tidak memiliki perasaaan lain terhadap Suya.

Sejujurnya, Mikasa tidak termasuk sangat mengerti mereka berdua, meskipun Eren adalah teman sebangku SMA dia, hal itu sudah merupakan masalah sepuluh tahun lalu, dalam waktu sepuluh tahun, perubahan manusia itu bisa sangat mengagetkan, jadi, Mikasa tidak begitu mengerti.

Untuk Suya, pertemanan Mikasa bersamanya dibangun pada beberapa tahun ini, tetapi sekarang Mikasa amnesia, jadi bisa di bilang pengertian Mikasa terhadap Suya itu kosong.

Jadi, kalau bukan karena mereka mendekatinya, Mikasa tidak akan berbicara.

Melihat suasana yang semakin menekankan, Mikasa berdiri, "Kalian berbicara dulu, aku pergi ke kamar mandi sebentar"

Mikasa merasa kalau terus duduk di sini, dia akan menjadi gila karena suasana ini, meskipun mereka dua tidak apa-apa.

Mikasa berada di dalam kamar mandi beberapa saat, pada saat baru sampai di depan pintu, ada yang menariknya.

Secara reflek Mikasa mau melindungi dirinya, "Mikasa, ini aku"

Tangan Mikasa yang terangkat pun jatuh lagi, "Eren, mengapa kamu juga keluar?"

"Mikasa, apakah kamu ada pacar?"

Mikasa menggelengkan kepalanya, di dalam hati dia berkata 'aku ada suami’

Eren menghela sebuah nafas, "Aku tidak cocok dengan temanmu" Terus terang, Eren seperti sedang mengejeknya pada saat SMA, "Kamu lihat semua perempuan di kelas ada pacar, hanya kamu yang tidak ada, ini menjelaskan orang lain tidak menjadikan kamu sebagai perempuan"

Mikasa ingat, pada saat itu Mikasa menjawab Eren, "Kamu ada hak apa berkata tentangku, bukannya kamu sendiri juga tidak ada pacar?"

"Aku itu pilihan terlalu banyak, terlalu merepotkan".

Pada saat itu Eren tidak termasuk sangat ganteng, tetapi latar keluarga dia bagus, personalitas dia juga bagus, sehingga perempuan yang menyukainya tidak termasuk sedikit.

"Mengapa kamu tahu tidak cocok ketika kamu belum coba berinteraksi? Kamu lihat Suya, cantik, personalitasnya juga bagus, latar belakangnya juga bagus, semuanya bagus, kamu coba interaksi lagi bersama dia, bisa jadi......."

"Aku ingat kamu bukanlah perempuan yang pandai berpura-pura, mengapa dalam sepuluh tahun ini kamu berubah menjadi begitu?" Eren memotong kata-kata Mikasa.

Mikasa menundukkan kepalanya, jarinya memegang dahinya, tiba-tiba Mikasa tidak tahu harus berkata apa, berpura-pura? Mikasa hanya menganggap, kebohongan yang baik itu yang bisa menghibur orang lain dan diri sendiri.

"Semua orang bisa berubah" Setelah waktu yang lama, Mikasa baru berkata.

"Iyakah?"

"Iya, kamu lihat kamu sendiri, dulu begitu gendut dan pendek, sekarang? kamu tinggi dan ganteng" Mikasa mengganti topik.

"Iya, malahan kamu yang tidak berubah, tetap begitu pendek dan gendut".

Mikasa menghirup sebuah nafas dan memejamkan matanya, kemudian membuka matanya lagi dan berkata, "Eren, setelah sepuluh tahun berlalu, kamu masih minta dipukul? Kamu bilang siapa pendek dan gendut?"

Sambil berkata, Mikasa mengangkat tinjunya di depan Eren dengan mulut mengembang.

Sudut mulut Eren terangkat, "Iya... aku ingin dipukul, sampai sering kangen rasanya"

Mikasa, "Aku malas mau ribut dengan kamu, ayo kita masuk, Suya sendirian di dalam......."

Setelah berputar balik badan, Mikasa melihat Suya jalan keluar dari sudut dinding dengan ekspresi yang tidak enak, jelas, Suya mendengar percakapan mereka tadi, termasuk kata 'tidak cocok' tadi.

"Suya, mengapa kamu juga keluar?"

Suya melihat ke Mikasa sebelum melihat ke Eren, "Mikasa, aku sedikit tidak enak badan, aku mau pulang dulu, minta Tuan Eren antar kamu saja"

Setelah itu, Suya berputar balik badannya dan mulai jalan keluar.

Mikasa mengejar dia beberapa langkah, kemudian langkah kaki Mikasa berhenti, dia berputar balik badannya dan melihat ke Eren, "Waktu sudah berlalu sepuluh tahun, tetapi mulutmu tetap begitu beracun, kalau kamu begitu, gadis mana yang mau bersama denganmu?"

Menghadapi penghinaan Mikasa, Eren tidak marah, dia malah tertawa, "Bagus, kamu masih ingat begitu jelas"

"Tidak pintar berkomunikasi" Mikasa berputar balik badannya dan ingin meninggalkan tempat, tetapi Mikasa merasa kehangatan di lengannya.

"Makan dulu baru pergi?"

Mikasa menundukkan kepalanya dan melihat tangan Eren, dia merasa kaget, lengan Eren dipenuhi oleh bekas luka, Mikasa ingat tangan manusia ini bahkan lebih putih dan lembut dari dia, se...sepuluh tahun ini, dia pergi berbuat apa?

Setelah berpikir, Mikasa merasa dirinya tidak boleh memiliki pemikiran seperti itu terhadap orang lain, Mikasa pun menarik kembali dirinya, "Pemeran utama sudah pergi, buat apa aku makan di sini?"

"Mikasa... bagaimanapun kita sebangku begitu banyak tahun....."

"Lepas tangan dulu"

"Tidak mau, kamu janji dulu akan makan bersamaku, aku baru lepas tangan" Penampilan keras kepala Eren ini membuat Mikasa tidak tahu berkata apa, sepuluh tahun lalu, setelah Mikasa memukulnya, asal Eren ada masalah mau minta tolong, penampilannya akan seperti sekarang ini, benar-benar personalitas yang tidak berubah!

Eren melihat ke Mikasa, dia tidak akan memberi tahu Mikasa selama sepuluh tahun ini dirinya tidak pernah begitu dengan siapa pun selain dia.

"Sepertinya kalau hari ini aku tidak menunjukkan kehebatanku, kamu tidak tahu diri" Sambil berkata, Mikasa meletakkan tas yang berada di bahunya ke lantai, kemudian Mikasa mengangkat lengan Eren, pada saat Mikasa belum sempat beraksi.

"Mikasa?" Suara seorang wanita berdering dari arah kanan.

Mikasa menoleh ke samping dan melihat Clover yang berdiri di posisi Suya berdiri tadi sambil memegang lengan Devan, tatapan Clover tertuju kepada lengan Mikasa.

"Clover?" Adiknya Gary, matilah aku, seorang wanita yang sudah menikah, menarik sana sini dengan seorang pria di dalam hotel, Clover pasti sudah salam paham dengan Mikasa.

Novel Terkait

Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu