Cantik Terlihat Jelek - Bab 321 Resiko Operasi

Rumah sakit yang tidak termasuk maju di sini saja bisa berhasil memeriksa kondisi mental Eren itu disebabkan oleh gumpulan darah di otaknya, kalau begitu mengapa begitu banyak rumah sakit di kota hans, semua dokter berkata mental Eren itu disebabkan oleh bisu berlebihan, kalau hanya satu rumah sakit yang salah memeriksa masih masuk akal, tidak mungkin setiap rumah sakit melakukan kesalahan yang sama.

Kalau begitu, alasan pemeriksaan tidak tepat ini hanya satu, ada yang merancan semua ini di belakang.

Suya memejamkan matanya kemudian membuka lagi, dia berusaha untuk menenangkan hatinya yang merasa emosional.

Siapa yang berani melakukan tindakan seperti ini terhadap Eren yang memiliki identitas seperti ini, bahkan orang itu masih bisa berhasil membohongi begitu banyak orang.

Berdasarkan kekuasaan keluarga Suya dan Eren, orang biasa pasti tidak berani melakukan hal seperti ini, bisa dilihat latar belakang orang itu pasti sangat kuat juga.

Berpikir sampai sini, tatapan Suya menggelap, hatinya mulai merasa ketakutan.

Kembali ke dalam ruangan, Eren masih belum sadar diri.

Suya duduk di samping Eren dan memegang tangannya, Suya benar-benar tidak bisa berpikir siapa yang begitu menginginkan Eren mati?

Kalau kemarin bukan Suya berpura-pura mati untuk menyelamati dia, kehidupan Eren akan hancur begitu saja, pria yang begitu luar biasa malah dijebak oleh orang.

Setelah masalah terjadi, orang tua Eren bahkan bisa membuang dia untuk melindungi diri mereka, hati Suya teras sangat sakit, air matanya terus mengalir seperti benang tertarik.

Tiba-tiba tangan yang Suya pegang bergerak.

Eren membuka matanya secara perlahan dan melihat ke Suya yang sedang menangis.

Eren mengerutkan alisnya, dia membuka mulutnya dan berkata setelah beberapa saat, "Jangan menangis"

Suya menjilat bibirnya, "Apakah kamu ada merasa dimana sakit?"

Eren mengedipkan matanya, kemudian mengangkat tangannya untuk menyeka air mata di wajah Suya. "Suya.... Jangan menangis"

Kalimat ini adalah kalimat terpanjang yang pernah diucapkan Eren setelah mengalami insiden, Suya mengangguk, "Baik, aku tidak menangis"

"Mo........Moe"

Suya menjawab, "Moe di kakek sana, kamu pingsan tadi jadi aku mengantar kamu ke rumah sakit, tidak ada yang menjaga dia" Berkata sampai sini, hati Suya terasa masam, dia tidak berani berpikir dia harus bagaimana kalau dia tidak bertemu dengan orang baik seperti kakek mereka.

Karena Moe masih terlalu kecil, tidak ada yang menjaga dia, sementara Suya juga merisau kepada Eren, setelah memastikan kepada dokter bahwa untuk sekarang Eren baik-baik saja, Suya pun langsung mengurus surat keluar dari rumah sakit.

Pada saat keluar, pria yang bernama dokter Nathan itu kebetulan masuk dari luar, "Masalah operasi, kamu harus mempertimbangkannya dengan baik, pasien masih begitu muda"

Suya melihat ke dokter itu kemudian melihat ke Eren, "Terima kasih, apakah kamu boleh memberikan nomor kontakmu kepadaku, kalau aku ada datang, aku akan menghubungi kamu, boleh?"

Dokter Nathan itu meragu sejenak sebelum mengeluarkan ponselnya dan memasukkan sekelompok angka.

Suya foto layar ponsel dokter itu kemudian menarik Eren mulai berjalan, setelah berjalan dua langkah, Suya menoleh ke dokter itu dan senyum sambil membungkuk kepadanya, "Terima kasih atas penyelamatan dokter terhadap suamiku"

Mendengar dia berkata suami, Dokter Nathan jelas merasa kaget, selanjutnya dia mengangguk dan berjalan melewati Suya.

Setelah tiba, Suya langsung pergi ke kakek sana dan menjemput Moe pulang.

Melihat kondisi Eren baik-baik saja, kakek juga tidak banyak bertanya, dia hanya memberi tahu Suya kalau butuh bantuan ingat membri tahu mereka, lagian kakek dan nenek juga tidak ada masalah bisa lakukan.

Suya mengangguk kepada mereka dengan tatapan berterima kasih.

Setelah sampai rumah, Suya berkata, "Kamu pergi mandi dulu, aku mau membuat susu unutk Moe, kemudian masak untuk kamu"

Erena menarik tangan Suya dan tidak bergerak.

"Kenapa?"

Eren tidak berbicara, dia hanya terus menatap Suya dengan tatapan takut, Suya yang melihatnya pun mengerti,

"Sudah, aku tidak marah, yang penting kamu baik-baik saja, cepat pergi mandi"

Setelah itu, Erena baru berputar balik badannya dan berjaln ke kamar mandi.

Malam hari, Suya berbaring di atas tempat tidur dan tidak bisa tidur.

Dia sedang memikirkan tetang gumpulan darah di otak Eren, setelah berpikir Suya mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan teks kepada dokter Nathan itu.

Di kota ini, internet hanya ada 2G, jadi aplikasi pengirim pesan di sini bisa dibilang hanya berupa pajangan saja, mau registrasi saja susah.

"Dokter Nathan, salam kenal, saya ingin bertanya, apakah operasi suamiku memiliki reasi?"

Pesan teks dibalas dengan cepat.

"Ada"

Satu kata yang sederhana mampu mengangkat seluruh hati Suya.

"Kalau begitu, seberapa besar resikonya?"

"Kalau itu tidak bisa menjamin, sebagai dokter aku hanya bisa berkata aku akan berusaha sebisa aku"

Jawaban seperti ini membuat Suya merasa ketakutan.

"Kalau operasi gagal, apa yang akan terjadi?" Setelah bertanya, jantung Suya pun ikut berdebar dengan cepat.

"Bisa jadi kondisinya lebih parah daripada sekarang"

Suya berputar balik badannya dan melihat ke Eren yang sedang tertidur nyeyak, berpikir tentang satu keputusan dari dia bisa jadi mengubah seluruh kehidupan Eren, Suya merasa sangat tertekan.

"Aku harus bagaimana? Eren?"

Karena masalah ini, ditambah harus menjaga Moe pada malam hari, Suya bisa di bilang tidak tidur selama satu malam, pada saat bangun pagi, kepala dia teras pusing dan berat, bahkan dia tidak memiliki tenaga untuk berjalan.

Kebetulan nenek datang, melihat wajah Suya yang pucat, nenek mengendong Moe dari tangan Suya, "Suya, apakah kamu tidak enak badan? Wajahmu agak pucat"

Suya mengerutkan alisnya, setelah membuat susu, dia memberikannya kepada nenek, "Aku tidak tidur dengan baik semalam"

"Apakah ada masalah apa?"

Mungkin karena perlu tanggapan dari orang lain, Suya akhirnya memberi tahu nenek tentang masalah Eren.

Setelah mendengar, nenek mengerutkan alisnya, dia melihat keluar pintu, "Suamiku, kamu masuk saja, berikan sedikit tanggapan kepada Suya"

Waktu itu Suya baru menyadari ternyata kakek juga datang, hanya saja tadi dia berada di luar pintu.

Suya berdiri dan berjalan ke pintu, "Kakek, silahkan masuk"

Kakek mengangguk, dia berjalan ke dalam rumah dan melihat ke Moe sebelum berkata : "Gadis, jalani operasi saja, tetapi fasilitas medis kami sini belum termasuk baik, kamu bisa membawa ayah Moe ke kota yang agak besar"

Sebenarnya Suya juga pernah memikirkan masalah ini, tetapi kalau kembali ke kota besar dengan kondisi sama sekali tidak tahu orang yang merancang semua ini siapa itu sangat membahayakan, orang itu bahkan bisa mengontrol begitu banyak orang, berarti latar belakang orang itu pasti sagnat hebat.

Suya tidak berani membawa Eren mengambil resiko.

"Kami tidak pergi ke kota besar" Setelah berpikir, Suya mengendong Moe dari pelukan nenek, Suya melihat ke Moe dengan nada suara seolah-olah sedang mengomel sendiri, "Bagaimana kalau operasi gagal?"

"Dia hidup seperti ini sekarang juga sangat susah untuk dirinya"

Nenek juga mendukung tanggapan kakek, "Benar, Suya, meskipun kata-kata kakek agak terus terang, tetapi kamu bisa berpikir ke arah yang positif, bagaimana kalau operasi sukses?"

Senyuman Suya sedikit tegang, dia menarik nafas dengan dalam dan kemudian dia pun menyadari Eren berdiri di dekat pintu dengan tangannya memegang perut, dia terlihat tidak senang.

Novel Terkait

Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu