Cantik Terlihat Jelek - Bab 655 Pertama Kali, Bersama

“Mimi, sebenarnya kamu menderita penyakit apa? Tiba-tiba menjadi sangat kurus, lemah dan pucat.”

Begitu Mimi pulang ke asrama, Vema langsung mengelilingi dia.

Mimi meraba-raba wajahnya, apakah bertambah kurus lagi? Dia tidak pernah bercermin ketika pulang.

Tertawa lagi, “Tidak ada masalah yang besar, cuman lambungku sedikit tidak nyaman, saat diet.”

Meskipun dia begitu menjelaskan, malam itu, ditarik oleh Vema pergi ke restoran belakang sekolah untuk mentraktirnya makan besar, mengatakan ingin membuat kurusnya tidak pernah kembali lagi.

Saat makan, meskipun tidak ada rasa, memaksakan dirinya untuk makan yang banyak.

Makan sampai muntah, makan sampai menangis…..

Dia memberitahu dirinya sendiri, berikutnya, kamu sudah sendirian, selama sisa hidup, harus menjaga diri sendiri dengan baik.

Hari kedua, dia bangun sangat pagi, membelikan sarapan untuk orang asrama, membereskan sebentar, lalu seperti biasanya, pergi belajar.

Dia belajar lebih serius dari sebelumnya.

Dalam ujian, dia mencapai hasil terbaik di kelas.

Hari, menjadi tenang lagi.

Awalnya dia berpikir, dalam kehidupan ini, tidak ada Aderlan, tidak ada keluarga Mo, seharusnya dia tidak perlu khawatir lagi apa akan ada kegelisahan yang besar.

Awalnya dia berpikir, dengan belajar seperti ini, lulus, mencari pekerjaan, mencari seorang pria yang sederhana, menikah, dan melahirkan anak.

Seumur hidup, berjalan seperti itu, meskipun ada penyesalan, itu juga baik.

Tetapi, dia tidak menyangka bisa bertemu Aderlan di sekolah, dan dalam waktu yang singkat.

Dia kesini sepertinya ada masalah, saat itu, ditemani oleh sekelompok pimpinan sekolah.

Dia dari kejauhan melihatnya dalam kerumunan kelompok, menjadi kelompok Mo yang berlevel tinggi, dilihat sekilas, perubahannya tidak sedikit.

Ada ketidak cocokkan antara umur dengan kesannya.

Namun cahayanya sangat silau membuat orang tidak berani memandang lurus.

Dipinggiran jalan, tidak sedikit siswa wanita, satu per satu menolehkan wajah, satu per satu berdiskusi.

Tidak ada yang berani melangkah maju.

“Kualitas terbaik, tetapi ternyata seorang gay, menurutmu bukankah sangat disayangkan?”

“Meskipun bukan gay, bagaimana bisa orang seperti kita ini, mengkhayalkan dia? Nikmati saja sudah cukup.”

Sebuah perkataan seorang pejalan kaki, tampaknya penuh dengan kebijaksaan berefek pada Mimi.

Iya, bagaimana bisa dikhayalkan olehnya?

Dia menundukkan kepalanya, menarik pandangannya, berjalan kearah perpustakaan.

Dia memperingatkan diri sendiri, mereka berdua, sudah menjadi orang asing.

Mentalitas yang seperti ini, akhirnya ulang tahun Vema tiba.

Dia bilang ingin pergi ke bar, atau pergi ke kota A yang tempat bar nya lebih mewah!

Itu adalah tempat yang membuat dia terluka, kesakitan, dan juga tempat yang sangat familiar.

Vema berkata, ingin dia berpakaian seperti pria.

Meskipun ada sedikit perasaan tidak nyaman, tetapi, demi membahagiakan Vema, dia tetap melakukannya.

Melihat cermin, perlahan lahan muncul sedikit bayangan Rozi, tiba-tiba dia memikirkan Aderlan, memikirkan Aderlan yang lembut terhadap Rozi.

Rindu seketika menjadi lautan!

Saat tiba di bar, dia diam-diam sudah banyak minum alkohol.

Dia hanya ingin mabuk, tidak ingin memikirkan pria itu.

Tetapi, kenapa pergi ke toilet, malah bertemu dengannya?

Dia berdiri disudut toilet wanita, melihat seorang wanita menarik lengannya, dihempaskan olehnya dengan kuat.

Ujung mulutnya perlahan terbuka, awalnya, Aderlan tidak hanya bersikap buruk padanya, awalnya, semua kelembutan Aderlan hanya diberikan kepada Rozi.

Aderlan muntah, berjalan keluar dari toilet, terhuyung-huyung ke lift bar berjalan keluar.

Disana, langsung ke kamar atas.

Mimi mencari seorang wanita cantik ditoilet untuk meminjam topi, menurunkan pinggang, dan melepaskan mantel luarnya.

Dengan diam-diam mengikutinya keatas.

Dia pasti minum alkohol yang tidak sedikit, terhuyung-huyung saat berjalan, beberapa kali terjatuh, memegang dinding untuk berusaha berdiri.

Mimi mengikuti dari kejauhan.

Dia tidak mengerti mengapa dirinya begitu gigih, sekali dan sekali lagi disakiti olehnya, tapi dia selalu menghibur diri sendiri, yang terluka adalah Mimi, dan bukan Rozi.

Dia melihatnya menggesek kartu dan masuk ke kamar, tetapi malah tidak menutup pintu kamar.

Dia berdiri didepan pintu, setelah ragu-ragu sebentar, akhirnya dia juga ikut masuk.

Kamar yang gelap, penuh dengan aroma alkohol.

Aderlan merangkak ke tempat tidur besar, dan tampaknya tertidur.

Mimi menyalakan lampu di lorong kamar, berdiri disamping ranjang, menatapnya.

Hatinya berdebar-debar.

Aderlan, benar-benar sangat merindukanmu!

Meskipun, kamu sangat brengsek terhadap Mimi, seharusnya dalam hati sangat membencimu.

Tetapi, sebagai Rozi, dia memiliki, bahkan penuh dengan kerinduan.

Dia tidak bisa menahan dan mengulurkan tangan, menyentuh wajahnya.

Aderlan acuh tak acuh.

Setelah beberapa saat, Mimi berdiri, pergi membasahi handuk, mengusap wajahnya.

Membantunya melepaskan mantel, sepatu, dan membaringkannya.

Melihat dia lagi, dia menggunakan suara Rozi menatapnya dengan lembut berkata: “Aderlan, aku sangat merindukanmu!”

Tetapi tetap tidak ada reaksi, dia tersenyum menangis, merasa dirinya sangat konyol , berdiri, bersiap-siap untuk pergi.

Baru saja tubuhnya berdiri, pergelangan tangannya erat, ditarik dengan kuat, dia jatuh kepelukan pria itu.

“Aderlan!”

Dia mendorongnya!

Pria itu tidak memberikan dia kesempatan untuk pergi, satu balikan tubuh, menggunakan tangan kaki, menekan dia dibawah tubuhnya.

“Kamu akhirnya bersedia untuk keluar….”

Dia mendengar Aderlan ditelinganya, membisikkan kata-kata itu.

Hatinya terkejut, mengira, dia sama sekali tidak mabuk.

Memikirkan penampilan diri sendiri saat ini, dapat terlihat dengan jelas, dia adalah Mimi.

Tidak bisa tidak panik.

“Aku merindukan kamu, jika ini adalah mimpi, jangan biarkan dia terbangun, bisakah?”

Tiba-tiba, dia terus lanjut berbicara ditelinganya, suara yang dalam, membawa aroma mabuk, juga sedikit bergetar, dia memegang tangannya, dengan erat, sangat jelas sedikit gugup.

Kali ini Mimi merasa lega.

Kejadian yang terjadi setelah itu, adalah hal yang tidak akan dilupakan oleh Mimi.

Manis, mimpi, sakit, kepuasan, kehilangan….semua jenis emosi bergabung.

Dia juga berkhayal, jika itu benaran mimpi, alangkah baik.

Sepanjang malam ini, dia menyerahkan dirinya pada Aderlan, menggunakan identitas Rozi.

Aderlan mabuk, jadi semua yang terjadi, hanyalah respon yang alami, tetapi dia sadar, dia bisa dengan jelas merasakan, Aderlan belum dewasa dalam hal itu.

Jadi, setelah kesakitan, maka akan menjadi suka!

Perasaan itu sangat kacau, dia tidak tidur sepanjang malam.

Hingga Aderlan sudah tertidur.

Dia baru berusaha berdiri, memakai baju, melarikan diri dari jendela belakang hotel.

Novel Terkait

His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu