Cantik Terlihat Jelek - Bab 589 Akhir Cerita Yang Romantis

“Apa? Direktur Revan …… aku sendiri?”asisten panik.

“Seharusnya kamu tidak ingin aku meragukan kemampuanmu, kan?”

Selesai mengatakan, Revan tidak peduli reaksi apa yang diberikan asisten, dan langsung menutup telepon.

Dia jarang emosi, tapi ketika menemukan sesuatu yang tidak masuk akal, dia tidak akan tenang.

Mengikuti mereka sampai ke bioskop, menyaksikan Hutu sangat alami menggandeng lengan Saki, dia baru menyerah.

Ketika film diputar sampai setengah, Hutu menerima telepon Nini.

Mengatakan Revan tiba-tiba pergi ke bandara, ingin pulang.

Dia menjawab “Ehn”, lalu mematikan telepon, matanya menatap layar bioskop tidak berkedip, dan air matanya mulai mengalir.

Saki mengira dia tersentuh karena film ini, lalu menyerahkan jus di tangannya, dan tertawa bercanda, “Adik kelas, ini semua palsu, kenapa kamu menangis beneran?”

Ketika dia bertanya, Hutu menangis lebih sedih lagi.

Kali ini, dirinya yang kembali memutuskan hubungan mereka.

Setelah menonton, dia menolak ajakan makan malam Saki, dan kembali ke rumah kontrakan.

Tidak murah menyewa rumah di negera d, tapi agar berakting lebih bagus kepada Saki, dan tidak ingin orang lain melihat perasaannya yang sebenarnya, dia memilih tinggal sendiri.

Jadi begitu membuka pintu, dia sama sekali tidak menyangka di dalam rumah ada orang.

Dia langsung melepas pakaian, ketika bersiap-siap mandi, dia mendengar hp-nya berdering, dia buru-buru membungkus dirinya dengan handuk, berlari keluar kamar mandi menjawab telepon, ternyata dari Nini, setelah mengangkat telepon, dia menekan tombol speaker.

“Halo, Nini.”

“Apakah sudah sampai di rumah?”

“Ehn, baru sampai!”

“Saki mengatakan, kamu memintanya agar tidak mencarimu lagi, apa yang terjadi?”

Hutu tertegun, tatapan matanya murung, “Dia sudah kembali ke China, seharusnya tidak akan muncul dalam hidupku lagi, jadi tidak perlu berakting lagi.”

“ Tutu , sebenarnya Saki selain sedikit lebih mencintai uang, orangnya juga baik, aku dengar dari Ruli, profesionalitas kerjanya juga bagus dan juga ada kemajuan, apakah kamu ingin mempertimbangkannya? Aku lihat dia tidak seperti sedang berakting denganmu.”

Hutu membalut handuk di dadanya, melihat keluar jendela, menghitung bintang dan merindukan Revan, “Nini, seumur hidup ini, aku tidak akan mencintai siapa pun lagi, selain dia.”

Tidak ingin mencintai, dan tidak bisa mencintai.

“Tapi, bukankah kamu dan dia sama sekali tidak ada harapan lagi? Kamu tidak mungkin single seumur hidup demi dia?”

Hutu tidak mengatakan apa-apa, dia menghela nafas, ketika hendak menjawab, lampu di kamarnya menyala, seluruh ruangan menjadi terang.

“Aah!” Hutu berteriak ketakutan, dia menoleh, ketika melihat ada orang berdiri di depan pintu, tatapan matanya terkejut.

“ Tutu , ada apa? Apakah terjadi sesuatu?”

Di ujung telepon, Nini yang mendengar teriakannya, nada bicaranya menjadi khawatir.

Hutu menoleh, suaranya kaget dan gagap, “Ti……dak……apa-apa……hanya air mendidih, aku …… matikan dulu!”

Dia tidak ingin Nini khawatir, lalu berbohong dan menutup telepon, dia tidak menoleh ke belakang, tidak bertanya kepada Revan bagaimana cara dia masuk ke dalam, tidak bertanya apa yang dia dengar? Bahkan tidak bertanya, kenapa dia pulang ke China tapi malah muncul di dalam rumahnya?

Dia hanya tahu, semua usahanya sia-sia.

Revan menaruh kedua tangannya di dalam saku, wajahnya kusam, menatap bagian belakang handuk mandi yang terbungkus di depannya.

Rindu setiap saat ya!

Kalau bukan dirinya sudah sampai ke bandara, memikirkannya dirinya sampai hampir gila, dan tidak bisa menahan diri untuk kembali, dia ingin bertanya dimana dirinya tidak sebanding dengan pria yang mengendarai sepeda itu?

Mungkin seumur hidup ini Revan akan melewatkannya.

Dia menyalahkan dirinya sendiri, kenapa begitu mudah percaya pada Hutu .

Kenapa bisa dia membiarkan Hutu menderita demi dirinya.

Selama setengah tahun ini, dia tahu Hutu memberikan semua uang kepada keluarga Ning, dia juga tahu betapa sulit finansialnya di sekolah.

Dia marah Hutu menyerah, marah Hutu mencampakkan dirinya.

Jelas-jelas sakit hati, tapi memilih untuk mengabaikannya.

Sampai sekarang, dia baru menyadari yang tidak berperasaan bukan Hutu , melainkan dirinya.

Hutu mendengar langkah kaki di belakang perlahan mendekat, dia tidak menoleh, sampai kedua pinggangnya dipegang oleh dua tangan, lalu punggungnya dipeluk dengan erat.

Dia baru menangis keras.

Pria itu memeluknya dengan erat, tidak mengatakan apa-apa.

Nafas yang familiar, aroma tubuh yang familiar, semua sangat familiar, Hutu dengan rakus menarik nafas dalam-dalam.

Menangis diam-diam.

Rasa rindu ratusan hari membuatnya saat ini merasa seperti bermimpi.

“Paman……”

Pria itu tidak menjawab, tapi berbalik, mencium bibirnya.

Sama seperti ketika dia pergi, ciuman ini sangat bersemangat membuat Hutu tidak bisa menahan air matanya mengalir ke sudut mulutnya, dia ingin mengulurkan tangan memeluk Revan, menyadari jika tangannya melonggar, handuknya akan lepas, dia hanya bisa meletakkan tangannya di dadanya.

Semua keluhan, semua ketakutan, kerinduan, bercampur aduk.

“Beritahu aku, apa yang terjadi?”

Akhirnya, Revan berhenti menciumnya, mundur selangkah, dan menatap Hutu .

Hutu sedang berpikir apakah perlu memberitahu Revan, perkataan yang dikatakan tuan kepadanya.

Melihat dia ragu, Revan tidak mendesak, tiba-tiba menundukkan kepala, melepaskan handuk yang ada di tubuhnya.

Hutu berteriak “Aah”, tangannya sibuk menutupi.

“Paman……”

“Kalau tidak ingin mengatakannya, jangan terburu-buru, setelah melakukan satu hal, baru mengatakannya.”

Dua jam kemudian.

“Kamu tidak percaya padaku? Atau merasa aku tidak bisa?”

Kepala Hutu masuk dalam pelukan Revan, “Paman, aku hanya tidak ingin menjadi batu sandunganmu, aku juga tidak ingin kamu tidak bahagia sepanjang hidupmu.”

Revan tidak mengatakan apa-apa, dia membungkuk, mencium keningnya, berkata dengan pelan: “Orang yang pintar, terkadang kenapa menjadi begitu bodoh.”

Hutu tidak mengerti, mengangkat kepalanya memandang Revan, “Apa maksudmu?”

Revan memeluk Hutu dan duduk, lalu menarik selimut menutupi tubuh keduanya.

“Tuan mengatakan padamu, akan menghentikanku melakukan hal yang aku sukai?”

“ Ehn!”

Novel Terkait

Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu