Cantik Terlihat Jelek - Bab 603 Kecupan Maut

Hutu memejamkan mata dan menarik napas. Dia ingin memberitahu Raven bahwa dirinya hamil, mereka sudah memiliki anak, tetapi saat ingin memberitahu padanya, Hutu merasa ragu-ragu lagi.

"Paman muda, aku sudah terlewat dan aku bahkan tidak tahu sekarang ada di mana!"

Hutu mengubah topik pembicaraannya.

Mendengarkan suaranya, Raven menghela napas dengan lega, "Kirimkan lokasimu padaku, aku akan pergi menjemputmu."

Hutu menggelengkan kepalanya, "Tidak perlu, paman muda, aku bisa sendiri pulang sendiri, hanya saja tadi sedikit linglung."

"Apakah kamu tidak bekerja hari ini?"

"Um, tadi aku sakit perut. Jadi, aku pergi ke rumah sakit."

"Apa yang dikatakan dokter?"

"Tidak apa-apa, mungkin karena hot pot kemarin, memakan makanan yang terlalu pedas."

"Baiklah, kalau begitu kamu harus memperhatikan keselamatan. Telepon aku saat kamu sudah sampai di rumah. Aku akan kembali sore nanti lebih awal."

"Baik!"

Setelah berbincang beberapa saat, telepon ditutup.

Tidak lama setelah Hutu tiba di rumah, Raven juga kembali sambil membawa makanan di tangannya.

"Aku membelikanmu bubur, kemarilah dan makan."

Hutu mengangguk, Raven memperlakukan dirinya dengan sangat baik. Dalam beberapa tahun terakhir, meskipun sangat sibuk, Raven tetap peduli padanya.

Hutu duduk di meja makan, melihat Raven yang sedang sibuk untuknya.

Kepanikan di dalam hati Hutu menjadi sedikit lebih baik.

Mungkin, Raven juga menyukai anak ini.

Hutu berpikir secara diam-diam.

Saat mangkuk bubur terbuka, langsung menebarkan aroma harum.

Hutu hanya merasa mual dan bergejolak.

Hutu menekan dadanya dan memaksakan diri untuk menahannya, tetapi saat sendok itu bergerak maju dan mundur, aroma itu semakin kuat. Hutu berdiri dan bergegas ke toilet, dia muntah hingga kesusahan berdiri.

Raven mengusap punggungnya, "Jika kamu tidak bisa makan makanan pedas, kedepannya jangan memakannya lagi."

Hutu mengusap mulutnya dan menarik napas dalam-dalam, kemudian berbalik memandang Raven, Hutu tampak sangat serius, "Paman muda, ada suatu hal, setelah dipikir-pikir, aku harus memberitahumu."

Raven mengangguk, kemudian membawanya keluar ke ruang tamu dan duduk di sofa, Raven menuangkan segelas air dan memberikan padanya.

"Jangan terburu-buru, katakan perlahan."

Hutu memegang tangan Raven dan menatapnya. Dia terdiam sejenak. Dia sangat jelas, setelah mengetahui dirinya hamil, dia sangat menginginkan anak itu.

Tidak peduli apakah itu takdir atau nasib.

Hutu menginginkan anak itu.

Namun, Hutu tidak tahu bagaimana pemikiran Raven. Hutu sedikit takut, takut apa yang akan dikatakan oleh Raven akan melukai dirinya, lalu apa yang harus dia lakukan?

"Paman muda, aku hamil."

Menarik napas dan akhirnya, Hutu mengatakannya secara langsung.

Hutu tidak pandai membolak-balik perkataan.

Hutu juga tidak ingin menyembunyikan perasaannya.

Raven menatapnya, tatapan matanya perlahan bergerak turun dari wajahnya hingga ke perutnya dan terdiam sejenak.

Setelah beberapa saat, Raven meletakkan tangannya di perut Hutu, "Kesalahan duduk bus hari ini, karena pergi ke rumah sakit?"

Hutu mengangguk, "Um!"

Hutu tidak berani menatap ekspresi wajah Raven.

Hutu takut melihat ekspresi yang tidak ingin dilihatnya.

Tiba-tiba, Raven memeluknya, "Apa kata dokter?"

Suara Raven sedikit gemetar.

Setelah Hutu menjawab, "Um", beberapa saat kemudian, Hutu melanjutkan, "Saat tes darah, semuanya normal, hanya saja, anak ini masih terlalu kecil dan harus menunggu untuk melakukan b-ultrasound."

Tangan Raven berpindah ke perut bagian bawah dan tertawa ringan, "Lain kali, aku akan pergi denganmu."

Tanpa menunggu reaksi dari Hutu, Raven berkata lagi, "Aku akan menjadi ayah, sangat bahagia."

Sama seperti Hutu, Raven juga mengungkapkan perasaannya dengan apa adanya.

Jika mencintai, maka mencintai, jika suka, maka suka, dan jika bahagia, maka bahagia.

Hutu berada di dalam pelukannya, setelah beberapa saat barulah dia menatap Raven, kegembiraan di wajahnya terlihat sangat jelas.

“Paman muda, anak ini, apakah kita menginginkannya?” Hutu bertanya dengan sangat hati-hati.

Wajah Raven berubah menjadi serius, "Apakah kamu tidak menginginkannya?"

Hutu mengerutkan bibirnya, bangkit dan berjalan ke ruang makan, kemudian duduk lagi dan mulai memakan bubur.

Mungkin karena perutnya kosong, pada saat Hutu makan lagi, mualnya sudah jauh lebih baik.

Hutu memakan beberapa sendok berturut-turut, lalu berbalik melihat Raven, "Paman muda, aku menginginkan anak ini, aku khawatir kamu tidak menginginkannya."

Raven menghela napas dengan pelan, kemudian bangkit dan berjalan ke arahnya, lalu menggosok kepalanya dengan ringan, "Aku juga menginginkannya, jadi selanjutnya, jaga dirimu baik-baik, jaga baik-baik anak ini dan jangan terlalu banyak berpikir."

Hutu tidak mengangkat kepalanya. Setelah memasukkan beberapa sendok bubur ke dalam mulutnya, Hutu berbicara lagi, "Apakah mereka akan membiarkan aku melahirkan anak ini?"

Hutu menyebut mereka, Hutu bahkan tidak ingin menyebutkan nama lagi.

Saat berpikir anak ini mungkin tidak bisa dilahirkan, sekujur tubuh Hutu gemetar.

Raven memegang tangannya, "Di sana, biarkan aku yang bernegosiasi, kamu jangan merasa ada tekanan."

Bagaimana mungkin tidak ada tekanan, kata-kata kakek hari itu masih terdengar di telinga, kata kakek, dirinya dilarang untuk memiliki anak Raven.

Hutu tidak bisa memberitahu Raven tentang hal ini, tetapi hatinya sangat gelisah.

Kehadiran anak ini menyebabkan hidup mereka yang damai kembali terganggu.

Karena mual yang sangat parah di pagi hari dan suka mengantuk, Hutu tidak bisa pergi bekerja, jadi dia meminta cuti sakit pada perusahaan. Raven sangat mengkhawatirkannya. Jadi, setiap pagi sebelum pergi bekerja, Raven mengawasinya hingga selesai sarapan. Saat siang, Raven kembali ke rumah dan menyiapkan makanan untukknya, Raven juga tidak lembur lagi di malam hari, dia kembali ke rumah menemani Hutu.

Dalam sekejap, sudah sampai akhir bulan.

Pada hari pemeriksaan kandungan, Raven bangun sangat pagi, tampaknya dia jauh lebih bersemangat daripada Hutu.

"Anak itu masih kecil dan bahkan tidak bisa melihat apa-apa. Meskipun kamu tidak pergi, itu juga tidak masalah."

Hutu merasa kasihan pada Raven yang akhir-akhir ini sering bolak-balik.

"Aku ingin menyaksikan semua pertama kali tentang kamu dan anak."

Sambil berkata, Raven mengambil tas Hutu dan membawa Hutu keluar.

Di rumah sakit sangat ramai.

Kehadiran mereka berdua sangat menarik perhatian.

Selama bertahun-tahun, ini adalah pertama kalinya Raven memegang tangan Hutu di tempat umum.

Bukan karena Raven menolak, tapi karena Hutu tidak mau.

Tetapi karena mereka sudah memiliki anak dan ada beberapa hal yang mungkin ingin mereka sembunyikan, tetapi tidak bisa.

Kalau begitu, lebih baik mempublikasikannya secara perlahan.

Keduanya saling memahami perasaan masing-masing.

"Anak sangat sehat dan perkembangannya juga sangat baik."

Dokter menunjuk ke blok hitam pada monitor mode-b dan berkata kepada mereka.

Setelah keluar dari rumah sakit, Hutu mengajak Raven pergi ke toko bayi.

Yang mengejutkan Hutu adalah orang elit seperti Raven, juga memegang pakaian kecil dan sepatu kecil dan bersikap tidak tenang.

Pada akhirnya, keduanya hampir membeli semua barang anak yang berumur satu tahun.

Hanya saja, keesokan harinya, foto-foto tersebar dengan cepat di lingkaran IT, kecepatannya sangat cepat, membuat mereka berdua kewalahan.

Di pagi hari, langit baru saja mulai cerah, Altius menelepon kemari.

Dalam kondisi setengah sadar, Hutu mendengar apa yang dikatakan Raven. Setelah sadar, Raven bangkit dan berjalan keluar.

"Baik, kamu selesaikan dulu, aku disini akan menghubungi orang, dan sembunyikan hal ini dari Tutu."

Setelah selesai berbicara, Raven berbalik, masuk ke dalam kamar dan mengecup dahi Hutu, "Ada hal yang mendesak di kantor, aku pergi dulu, aku akan meminta orang untuk mengantar sarapan untukmu nanti."

Hutu mengangguk.

Tetapi Hutu tidak menyangka bahwa ini, hampir menjadi kecupan maut mereka.

Novel Terkait

Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu