Cantik Terlihat Jelek - Bab 556 Saling Melengkapi, Cocok

Selesai mengatakan itu, Hutu menundukkan kepalanya, dan mengambil napas dalam-dalam, menatap Raven dan bersiap menghadapi omelan Raven.

Hanya saja ruang kerjanya begitu sunyi sehingga bisa mendengar suara orang yang berbicara ketika melewati rumahnya di luar.

Hutu pikir Raven akan marah lagi, dan mengangkat kepalanya perlahan,

kebetulan mata mereka beradu, tetapi tatapan mata Raven sangat dalam, Hutu tidak mengerti makna dari tatapan tersebut.

"Paman Muda, maksudku begini, jika kamu begitu perhatian padaku, itu akan membuat aku semakin suka dengan kamu, jika paman muda tidak suka aku, jangan perlakukan aku sebaik ini!"

Hutu mengatakannya semua sekaligus, lalu bangkit dan ingin pergi. Raven langsung menariknya kembali dengan keras, awalnya Hutu hanya merasakan sedikit sakit, tapi sekarang berubah menjadi kesakitan, Dia secara tidak sadar mengulurkan tangan untuk memegang perutnya, dan tidak bisa menahan diri untuk mendesis kesakitan.

Detik berikutnya, pergelangan tangannya digenggam oleh Raven. Kemudian, Hutu dengan lembut ditekan di sofa, pakaiannya diangkat lagi, dan cairan dingin disemprotkan ke kulitnya, seluruh tubuhnya langsung menggigil.

Kemudian, sebelum Hutu bereaksi, jari-jari ramping Raven dengan lembut menyentuh kulitnya, berputar-putar memijat perutnya.

Hutu merasa seluruh tubuhnya melayang.

Hutu memiringkan kepalanya menatap Raven,"Paman Muda…...." Suaranya sedikit bergetar.

Raven mengangkat kepalanya dan menatapnya, sedikit berbisik, "Ada apa? Bilang saja!"

Hutu mengerutkan bibirnya dan menggelengkan kepalanya. Saat ini, dia tidak ingin mengatakan apa-apa, Dia hanya ingin melakukan apa yang diajarkan Nini padanya.

Berpikir tentang itu, Hutu segera duduk, merangkul leher Raven, dan langsung menciumnya.

Bahkan jika itu sampai membuat Raven melemparnya, Hutu juga tidak peduli.

Sentuhan lembut, kenikmatan ciuman pertama, suhu tubuh yang menjadi panas, aroma wangi yang ringan, Hutu merasa dirinya mungkin tidak kuat menghadapi tekanan seperti ini.

Hanya saja, Hutu yang tidak pernah berciuman, hanya bisa menempelkan bibirnya ke bibir Raven, Hutu tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya?

Dan Raven, tidak tahu apakah dia sedang kaget atau marah.

Raven sedikit membungkuk, satu tangannya di sandaran tangan sofa, satu tangannya yang lain di sisi tubuhnya, tidak melakukan apapun, bibirnya juga tidak bergerak.

Hutu sangat malu, Rasa frustrasi ini membuatnya secara bertahap melepaskan dirinya, tangan dan bibirnya.

Hutu melangkah mundur, melihat ke atas, menatap Raven, menutupi mulutnya, dan bergegas keluar.

Hutu bergegas keluar dari villa dan tidak tahu sudah berapa lama dia berlari, Hutu berhenti sejenak karena rasa sakit di perutnya terasa semakin sakit, tetapi dia merasa sakit dihatinya lebih parah.

Di taman, Hutu menemukan bangku untuk duduk, lalu, memeluk lututnya dan menangis.

Menangis sampai air mata sudah tidak bisa keluar, masih terisak-isak.

Hutu menatap langit yang luas, Raven seperti bulan yang cerah, dia seperti salah satu bintang yang tak terhitung jumlahnya, begitu kecil, sangat tidak berarti.

Tapi, apakah salah menyukai seseorang?

Terpikir penampilan Raven yang acuh tak acuh itu, Hutu merasa hatinya terluka.

Ketika telepon di sakunya berdering, Hutu mengeluarkan ponselnya dan melihatnya, Dia melihat Raven yang meneleponnya, sempat terpikir untuk menolak, setelah memikirkannya sejenak, dia akhirnya memutuskan untuk menerima teleponnya. Sebelum Raven berbicara, Hutu langsung berkata:

"Paman Muda, aku tahu aku tidak menarik, aku mungkin aib bagi keluarga Ningga, kalau saja aku bukan anak dari kakak laki-laki kedua kamu, kamu mungkin tidak akan menganggap aku, aku mengerti dan tahu kalau aku memang tidak layak untukmu, tapi aku hanya mengkhayal saja, Aku sangat bodoh dan tak tahu diri. Kamu tenang saja, kelak aku tidak akan ...... "

"Kamu di mana? Katakan padaku." Raven memotongnya, sedikit cemas.

Hutu mendengus,"Tidak usah perduli padaku, kalau kamu tidak menyukaiku, Kenapa kamu tidak menyakitiku saja?"

Hutu berteriak padanya.

"Katakan dulu, kamu dimana sekarang? Jangan bandel, aku akan kesana sekarang."

Hutu menggelengkan kepalanya, Dia tidak ingin Raven bisa menemukannya begitu cepat, Dia menaruh ponselnya di bangku.

Sangat memalukan, Hutu pikir semua hal memalukan dalam hidupnya telah dia lakukan untuk Raven.

Terbayang kejadian tadi, berani mengambil inisiatif untuk menciumnya, melihat reaksinya, Hutu memukul kepalanya sendiri dengan keras, berharap menemukan lubang dan menguburkan dirinya ke dalam saking malunya.

Hutu sedang memikirkan apa yang harus dia lakukan nanti.

"Karena kamu memiliki keberanian untuk menyukai, aku harap kamu memiliki keberanian juga kelak, Jangan gentar." Suara serak magnetik terdengar pelan di belakangnya.

Hutu menoleh dan melihat Raven masih mengenakan piyama dan sandal, dahinya berkeringat dan sedikit terengah-engah.

Tunggu, apa yang baru saja Raven katakan?

Dia bilang kalau ada keberanian untuk menyukai, dan berharap dia kelak juga memiliki keberanian serta tidak gentar dan menyerah.

Ya benar.

Arti kalimat ini adalah……adalah……..

Ketika Hutu sedang bertanya-tanya apakah ada masalah dengan pemahaman dirinya ini, Raven sudah berada di depannya, menatap mata merahnya, menyipitkan matanya, dan menggelengkan kepalanya. "Kamu bodoh atau pura-pura bodoh?"

"Ah..."

"Aku sudah lama perhatian dan peduli dengan kamu, itu buat apa?"

"Aku anak ayahku."

"Apakah kamu melihat aku melakukan hal yang sama pada Tifa dan Gwen?"

Hutu menggelengkan kepalanya. Kemudian sadar, mendongak dan menatap Raven dengan tatapan tidak percaya. "Paman Muda, maksudmu, kamu….. kamu tidak membenciku, kamu…..kamu juga suka ……..."

Hutu tidak sempat menyelesaikan kata-katanya, karena Raven langsung mencium bibirnya.

Hutu merasa ada dua tangan besar memegang pinggangnya, menarik ke arahnya, dan desiran aneh langsung mengalir ke seluruh tubuhnya.

Jelas, Raven sangat terampil dalam berciuman.

Sebelum Hutu sempat bereaksi, dia sudah dicium sampai gelagapan.

Sampai Hutu merasa hampir kehabisan napas, Raven baru melepaskannya.

“Paman….Paman Muda.” Hutu tertegun dengan perubahan mendadak ini. Dia mengangkat tangannya dan mencubit wajah kanannya dengan keras. "Aduh."

Ketika rasa sakit itu terasa, Hutu merasa bingung,"Paman Muda, Aku tidak sedang bermimpi, kan?"

Raven tertawa lepas, Dia mengusap kepala Hutu , kemudian membelai pipinya dengan lembut ,"Ini sih belum apa-apa!"

Hutu menatap Raven. "Paman Muda, kamu jangan main-main denganku, jangan sampai besok pagi kamu sudah tidak perduli padaku lagi?"

Raven menatap Hutu , tersenyum nakal, tapi melihat tatapan matanya Hutu menunjukkan ketidakberdayaan, Dia meraih Hutu ke dalam pelukannya. "Kalau suka aku, mungkin akan sangat melelahkan." Juga mungkin akan banyak rintangan.

Kata-kata ini, Hutu tentu saja mengerti, dia mendorong raven dengan pelan, empat jari menghadap ke langit, "Paman Muda, aku bersumpah, aku tidak akan menyerah, tidak peduli betapa sulitnya kelak, selama kamu menginginkan aku, aku tidak akan mundur."

Beberapa tahun kemudian, ketika Hutu memikirkan adegan ini, diam-diam menghela napas, masa muda penuh kenangan, indah dan tidak ada rasa takut.

Raven kembali meraih Hutu ke pelukannya.

"Paman Muda, apakah kamu benar-benar menyukaiku?"

"Ya!"

"Kenapa? Aku tidak begitu menarik, bahkan suka membuat masalah untukmu, dan karakter aku juga tidak begitu baik." Mengapa kamu menyukaiku?

Raven menundukkan kepalanya dan mengangkat dagunya Hutu dengan jari-jarinya, dengan suara magnetik, santai dan optimis:

"Kita saling melengkapi, cocok."

Novel Terkait

Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu