Cantik Terlihat Jelek - Bab 36 Rencana Pertama

Bab 36 Rencana Pertama 


Dylan sudah mengerti semuanya ketika dia melihat kecemburuan yang jelas di mata Devan. “Aku tidak tahu apakah aku menyukainya tetapi….” Tatapan Dylan bergesar ke tali pinggang Devan, dia menyipitkan matanya dan terus berkata “Sepertinya ada yang mengerakkan hatimu…”


Devan melemparkan bantal yang berada di belakangnya ke Dylan “Aku belum sampai titik seperti itu…” Setelah itu, Devan berjalan keluar seolah olah lagi menutupi rasa malunya. Mengerakkan hatiku? Tidak mungkin. Aku tidak mungkin suka kepada seorang wanita yang tua, jelek dan tidak menarik sama sekali. Devan berpikir. 


“Memang belum sampai titik seperti itu, hanya ada reaksi tertentu” Langkah Devan berhenti mendengar kata kata Dylan. Dylan merasa bahagia untuk Devan, walaupun Devan terlihat sangat dingin dan sombong pada penampilannya, Dylan tahu Devan itu bukan sifat sebenarnya Devan. Dylan juga tahu, Devan tidak pernah mencintai Gabriel. Devan mau menikahi Gabriel karena Devan ingin membalas budi keluarga Gabriel terhadapnya. Selain itu, Devan juga merasa semua wanita di dunia ini itu sama.  Dari sekian banyak jenis wanita yang pernah Devan jumpai, tidak ada yang satu pun yang mampu membuat Devan tersentuh di hatinya. Makanya menikah dengan Gabriel menjadi pilihan terbaik untuk Devan. Pikir sampai sini, Devan tertawa sendiri. Mungkin semuanya adalah takdir. 


Setelah meninggalkan kamar hotel, Sherin bertanya kepada pelayan dimana aula acara berada. Dia tidak lupa bahwa dirinya datang untuk bekerja hari ini. Setelah sampai di tempat acara, Sherin melihat Gabriel sedang berbicara dengan beberapa tamu. Manajer Lupus berkata jika Gabriel ingin mencari Sherin, dia akan menelponnya sendiri. Karena itu, Sherin kembali ke belakang aula dan duduk di sudut.


Tiba tiba ponsel Sherin berdering, Andrew menelpon dia. Sherin mengerutkan alisnya, dulu dia merasa Andrew adalah orang yang sangat hangat dan baik. Tetapi sekarang, Sherin malah berharap Andrew adalah orang yang dingin seperti Devan. Berbicara tentang Devan, Sherin teringat kejadian di kamar hotel tadi. Mengapa Devan mau mengatakan kata kata seperti itu kepada Andrew? Memang Sherin adalah karyawannya. Tetapi dia tidak ada hak sampai bisa mengatur kehidupan pribadi Sherin. Ponsel Sherin masih berdering, Sherin mengangkatnya dan berkata : “Halo, Andrew. Aku sudah pulang. Iya. Terima kasih. Aku berharap kita tidak ketemu lagi”


“Sherin---” Sebelum Andrew sempat mengatakan apa pun, Sherin mematikan telponnya. Sherin mengerti sebaik gimana pun, Andrew tetap tidak akan mejadi miliknya. Yang paling penting, menurut Sherin, orang yang tidak pernah berpikir untuk pihak Sherin bukanlah orang yang benar benar mencintainya. Walaupun Sherin tahu begini akan melukai hati Andrew, dia tetap lebih memilih untuk melepaskan. Pada saat itu, Sherin tiba tiba mengerti mengapa ibunya tidak mengizinkan dia bersama Andrew. Karena ibunya tahu perbedaan Andrew dengan orang lain dan ibunya juga tidak ingin Sherin berhubungan dengan orang kaya. Tetapi, apakah ini juga alasan mengapa ibu Sherin tidak mau Sherin mengumumkan penampilan aslinya? Sherin terharu, walaupun ibunya selalu memandang rendah Sherin, tetapi ibu Sherin tetap menyayangi anaknya.


Acara pesta masih berlanjut, tetapi Gabriel tidak menelpon Sherin untuk menata riasannya. Sherin merasa aneh dan sambil duduk di sudut, dia tertidur. Ketika dia terbangun, sekelilingnya sudah menjadi sangat sunyi. Sherin menoleh ke aula depan dan melihat aula di mana pesta dilaksanakan sudah sekosong kosongnya. Sherin terkejut dan segera berjalan menuju gerbang hotel. Sudah tidak ada tamu maupun mobil tamu di depan hotel. Sherin berjalan ke pelabuhan dan menyadari bahwa kapal kapal yang parkir di tepi pelabuhan juga sudah tidak ada disana.


“Nona, apakah kamu sedang mencari seseorang?” Seorang wanita yang memakai baju pembersih bertanya. Sherin mengangguk dan bertanya : “Bu, kapal kapal yang parkir di sini sebelumnya kemana ya?


Tante itu menunjuk ke sebuah kapal yang jaraknya sudah sangat jauh dengan pelabuhan “Itu. Kapalnya udh pergi lumayan lama”


“Apa..? sudah pergi?” Sherin melihat ke ponselnya. Selain beberapa pesan dan telpon dari Andrew, tidak ada telpon dari Gabriel. Tetapi mengapa Gabriel tidak memberi tahu dia kalau mereka sudah mau pulang? Sherin bingung. Dia menelpon ke Gabriel dan bertanya : “Halo? GM Gabriel, apakah kalian sudah pulang?”


“Iya. Apakah kamu sudah sampai?” Gabriel bertanya. Sherin mengerutkan alisnya, dia masih berada di pulau, mana mungkin sudah sampai? 


“Kamu masih berada di pulau? Tetapi tadi Dylan bilang kamu sudah pulang” Setelah itu, jaringan telpon terputus karena tidak ada koneksi. Sherin menjadi cemas.


“Nona, apakah kamu ingin pulang ke kota?” Ibu pembersih tadi bertanya lagi. Sherin mengangguk kepadanya.


“Kalau gitu kamu cepat jalan ke arah sana. Di sana ada kapal, jika kamu pergi sekarang masih sempat untuk naik kapal jadwal terakhir yang pergi ke kota”

 

Sherin tidak sempat berpikir terlalu banyak. Dia mengucapkan terima kasih kepada ibu pembersih dan segera berjalan ke arah yang di tunjukkan ibu itu.


Melihat Sherin yang sudah pergi, ibu pembersih itu melepaskan topi dan baju yang dipakainya dan membuangnya ke dalam tong sampah. Dia mengirimkan sebuah pesan teks yang berisi : “Saya sudah melaksanakan perintah anda. Ingat perjanjian kita”


Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu