Cantik Terlihat Jelek - Bab 308 Alat Peretas Suara

Bima menyalakan mesin mobil, "Aku tidak kenal."

Lalu bagaimana Kamu tahu namanya? Dan bagaimana Kamu tahu aku di supermarket? "

"kalau aku jawab, jangan marah ya."

"Kamu jawab saja...Tidak akan marah."

"Aku menaruh alat peretas suara di dalam HP mu."

Suya mengangkat kepalan tangannya dan menjitak kepala Bima, "Bima, kamu...bagaimana bisa bertindak tidak punya etika?"

Terhadap kemarahan Suya, Bima diam saja tidak bicara, sampai suasana hati Suya cukup tenang, dia baru membuka mulut, "waktu itu, sehabis makan, aku takut dia di rumah berbuat tidak baik padamu, kupikir-pikir, aku di HP mu harus menaruh alat ini, mendengar masalah kalian dulu, aku tidak tenang, hari ini memutuskan untuk melihat kamu。“

Api amarah Suya, melihat ekspresi hati Bima yang mempedulikannya, menjadi tenang sejenak, kemarahannya padam, melihat kembali Bima sejenak, membuka casing HP-nya.

Benar saja ada benda kecil yang ditempel di HP-nya, karena sangat tipis, jadi tidak tersentuh tangan.

Dia menariknya keluar dan ingin membuangnya keluar dari jendela, tetapi berpikir kembali, menempelnya kembali, “Apakah ada saklarnya?”

Bima mengangguk, “Ya, ada saklar di sebelahnya, tekan saja.”

Suya menekannya, mendengar suara “ctak” dan memasng casing HPnya kembali, “simpan untuk jaga-jaga. Penerima suara punyamu, nanti tempelkan di HP ku。“

”Kamu tidak menggunakan ini untuk mengawasi suamimukan? Aku mau mengingatkanmu, kamu jangan macam-macam dengan hal ini, kamu bisa mengawasi seorang tentara, tetapi konsekuensinya sangat serius.” Bima memahami Suya dengan sangat baik, dia bisa membaca pikiran Suya hanya dengan melihatnya.

Suya terbatuk kecil, “aku…aku simpan untuk pemakaian pribadi”

Dia sangat keras kepala, Bima tahu banyakk bicara lagi juga tidak akan berguna, jadi dia diam.

Saat menyetir sampai ke tempat parkir Asura, mobil hijau militer tersebut sudah menghilang,”kelihatannya dia sudah pulang, antarkan aku ke tempat militer.”

Berpikir tentang ini, Eren pasti tahu Suya ditinggal seorang diri, Suya menghela nafas tidak berdaya.

Di gerbang tempat militer, Bima membantu membawa barang dan menaruhnya sampai di depan kamar penjaga, “kamu tidak boleh angkat terlalu berat, masih dalam masa awal kehamilan, kamu dengar aku?”

Suya mengangguk, “Pulanglah, hati-hati menyetir.”, mengatakan ini, membantunya merapikan syal di leher Bima, “kalau kamu ada masalah telepon aku.”

Bima mengusap kepala Suya, “sister-ku sudah jadi wanita yang lembut”

“Sial, cepat pergi sana.”

Walaupun tahu, perpisahan ini tidak akan lama, hati Suya terasa seperti berpisah beda Negara.

Membalikkan badan, sampai suara mesin mobil tidak terdengar, dia baru memutarkan kepala, mulutnya bergetar dan matanya memerah.

“Kenapa tidak bisa berpisah, haruskah kembali?” suara pria dibelakangnya.

Suya memutarkan kepalanya, mereka melihat satu sama lain. Satu dengan air mata menetes, satu lagi dengan kemarahan di matanya.

“Kamu...kenapa kamu disini?”

Pria itu melihat empat plastik besar di tanah, dan suaranya dingin, “kamu pikir ini tur travelling?”

“Kamu sih tidak, aku iya.” Berbicara, Suya ingin membawa barang-barang tersebut, lalu tangan pria yang besar, menangkapnya dan berdiri di depannya, menarik tangannya dan melihat ke matanya.

Karena jalan yang harus dilewati masih harus ditempuh beberapa saat, jadi, saat di jalan, mereka menjadi objek fokus para semua orang disana, sampai ke pintu asrama.

Setelah Eren meletakkan barang-barang tersebut, langsung pergi keluar pintu, mengatakan ada urusan.

Suya berbahagia memakan snack, kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan lain, hatinya yang memikirkan banyak hal, akhirnya tenang tidak akan mati kelaparan.

Mungkin karena banyak masalah di pagi hari, setelah dia selesai, dia merasa lelah dan mengantuk. Dia terbaring di kasur dan tertidur.

Saat dia terbangun kembali, ini sudah hampir gelap, Dia bangun dan duduk, “Mampus, waktu makan malam sudah lewat.”

“Tidur selama lebih dari 4 jam, benar-benar membuat iri!” suara Eren, yang ringan dan mengandung sindiran.

Kemudian, Suya melihat Eren berdiri di dekat ujung meja, memegang pulpen dan melihat sebuah gambar di meja.

Suya berkata, “kamu..kamu kenapa tidak panggil aku?”

“tok tok”

“masuk”

“Lapor komkamun, makanan yang kamu suruh hangatkan sudah siap.”

“bawa kesini”

Melihat makanan itu, Suya baru ingat, kotak makan yang dulu terjatuh di mobil Bima.

Saat dia bangun dan melihat ke Eren, dia berkata dengan pelan, “terimakasih”

Setelah makan, Suya melihat ke Eren, “Aku beli beberapa makanan dan alat kebutuhan sehari-hari, semua ada di dalam lemari di bawah meja. Kamu bisa ambil kalau perlu.”

Eren menjawab “Ehn”

Hari berikutnya, kedamaian kembali. Eren sibuk, dia berangkat sangat pagi dan pulang sangat malam. Suya hidup seperti babi, makan, menonton sinetron TV, dan tidur setiap harinya.

Pertama kalinya mereka bertemu, mereka sangat ribut. Mereka tidak pernah berdamai seperti ini, Suya tidak terbiasa dengan ini. Kemudian, saat dia melihat Eren, Eren tidak mengurusnya. Perlahan mereka saling terpisah, kamu tidak ganggu aku, aku tidak ganggu kamu.

Cuaca berubah menjadi dingin, sesaat saja, ini sudah masuk musim dingin dan masa kehamilan bulan ke 3. Dokter berkata tiap 3 bulan harus cek kehamilan.

Walaupun hubungannya dengan Eren sangat damai, namun tidak ada perkembangan.

Dia tidak tahu setelah berbicara dengan Eren, apa yang harus dia lakukan, jadi dia mencari Mikasa.

“Eren, Mikasa mau melihatku besok.”

Eren yang sedang mempelajari sesuatu, mengerutkan kening, mendengar ini, membalikan kepalanya dan menatapnya penuh arti,”pokoknya, mau Mikasa atau idiot itu, kamu lebih baik jujur.”

Suya tidak mengira Eren akan berkata seperti ini.

Dia berpikir, bahkan jika mereka tidak bisa saling mencintai, mereka dapat hidup normal, tanpa diduga, Eren masih tidak mempercayainya.

Dengan nada yang sangat marah,”Kamu percaya atau tidak, aku cuma kasih tau.”

Eren meletakkan pulpennya dan melihat ke Suya, “Suya, ada sesuatu yang aku tidak katakan, bukan berarti aku tidak tahu. Kamu dan idiot itu selingkuh di belakangku, apa kamu pikir aku tidak tahu?”

Suya mengerutkan kening dan mendengus, “kita bukannya sama. Kamu ketemu juniormu itu tiap malam, kamu kira aku tidak tahu?”

Eren mendengus, “Junior level 3 itu?tidak masuk akal.”

“kalau begitu jangan khawatir tentang satu sama lain. Aku membuat janji dengan siapapun yang aku mau, Kamu mau buat janji dengan junior level 3, level 4, bebas, aku juga tidak urus kamu.” Selesai mengatakan, berbaring dengan selimut terbungkus di tubuhnya dengan erat, tetapi merasa sangat bergejolak di hatinya, Suya juga tidak tahu bagaimana membangun hubungan antara mereka berdua yang seperti ini.

Berpikir sampai sini, jika seperti ini selamanya, hatinya juga sangat sulit menerima ini.

Dia membayangkan kehidupan suami dan istri, anggap saja tidak ada romantisme, tapi paling tidak, hormati satu sama lain sebagai tamu? Dengan cara begini, tanpa bicara, seperti menanam bom waktu, yang akan membuat semuanya lelah.

“Kamu pikir ini lelucon?” Suara dingin datang dari atas kepalanya tanpa emosi.

Novel Terkait

You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu