Cantik Terlihat Jelek - Bab 614 Kedua Orang Yang Saling Kaget

Hanya saja, suasana hati Aderlan kurang baik, sehingga dia langsung mengabaikan Rozi dan mengganti pakaiannya kemudian naik ke atas panggung untuk melakukan pemanasan.

Ketua klub berlari kemari dan membungkuk kepada Aderlan sebelum menghampiri Rozi dan berbisik dengan suara kecil:

"Kamu harus memperhatikan tenaga kamu, hanya boleh mundur dan tidak boleh menyerang dia. Kalau dia merasa puas, aku akan memberikan hadiah kepadamu"

Hanya boleh mundur dan tidak boleh menyerang?

Rozi melirik ke Aderlan yang berdiri di hadapannya dan tertawa dengan dingin di dalam hati.

Padahal Rozi masih mengira dia adalah seorang raja yang hebat tadi.

Ternyata, semua ini hanya gaya saja!

Tetapi, yang paling penting adalah uang!

Jadi, Rozi tetap menghampiri Aderlan dengan senyuman, "Salam kenal, apakah sudah bisa mulai?"

Aderlan meliriknya.

Tanpa berkata apa pun, Aderlan langsung melakukan gerakan 'sapuan kaki rendah' kepada Rozi.

Rozi menghindarnya secara refleks, sialan, apaan ini? Dia sedang menyerang atau sedang mengetes?

Tetapi, dari gerakan sapuan Aderlan tadi sudah bisa dilihat bahwa dia memiliki kemampuan dasar yang bagus.

Setidaknya kedatangan dia hari ini tidak hanya untuk bergaya.

Berpikir sampai sini, Rozi pun merasa jauh lebih semangat.

Karena hanya mundur dan tidak menyerang orang yang berkemampuan agak susah.

Selanjutnya, setiap gerakan Aderlan menampilkan kemampuan hebatnya.

Pada awalnya Rozi masih bisa mempertahankan hanya mundur dan tidak menyerang.

Semakin ke belakang, Rozi tahu kalau begitu terus, Aderlan tidak akan bisa melampiaskan kemarahannya, bahkan bisa jadi kemarahannya akan menambah.

Berpikir sampai sini, Rozi mulai menyerang Aderlan secara maju mundur.

Dari kecil Rozi sudah berlatih seni bela diri, walaupun dia tidak berlatih tinju, orang biasa tidak bisa berbanding dengan fleksibilitas tubuhnya. Selain seni bela diri dan tinju memiliki beberapa kesamaan, Rozi juga telah berlatih diri sebelum datang bekerja di sini.

Jadi, pada saat ini, mau gerakan berkilauan, menghadap, menghalangi, atau apa pun, Rozi tetap bisa mengontrol diri dan bekerja sama dengan Aderlan dengan baik.

Kesan Aderlan terhadap pengganti pengemudi yang tadinya dia tidak berpandangan baik tiba-tiba mengalami perubahan.

30 menit kemudian.

Tubuh Aderlan dibasahi oleh keringat.

Aderlan menoleh ke Rozi yang duduk di atas lantai dengan sudut bibir terangkat, "Kemampuan kamu sangat bagus. Mengapa mau menjadi pengganti pengemudi? Kamu bisa berkarier di bidang ini"

Rozi tidak menyangka Aderlan akan berbicara dengannya duluan.

Rozi berdiri dari lantai dan menggelengkan kepalanya, "Keluarga saya tidak mengizinkan saya berkarier di bidang ini"

Sejak hari pertama mengajar Rozi melatih diri, kakek terus berkata bahwa teknik melatih diri ini hanya bisa Rozi gunakan sebagai cara melindungi diri.

Dia tidak diperbolehkan berjalan di karier bertanding di bidang ini.

Kalau kakek masih hidup, seharusnya dia juga tidak akan mengizinkan Rozi bekerja di sini.

Rozi mengerti, kakek takut Rozi membuat dirinya luka.

Melihat Aderlan masih ingin berkata sesuatu, Rozi pun mengangguk kepadanya dan berjalan ke arah luar.

Rozi tidak ingin berinteraksi terlalu banyak dengan Aderlan, karena mau bagaimanapun dia tidak bisa melupakan seberapa benci Aderlan kepadanya. Aderlan bisa datang ke sini untuk melampiaskan emosi pun karena dia juga.

Melihat bayangan belakang Rozi, sudur bibir Aderlan terangkat. Hati dia yang tadinya merasa emosional menjadi tenang tanpa alasan.

Tidak tahu karena sudah melampiaskan, atau karena bertemu dengan seorang pesaing yang berkemampuan.

Rozi mengira dia tidak akan bertemu dengan Aderlan lagi dalam waktu pendek setelah kejadian kemarin.

Tidak menyangka, besok harinya Tuman menelpon Rozi lagi dan berkata bagian klub sana meminta Rozi untuk pergi ke sana lagi karena ada pelanggan yang berkata mau sparing dengannya.

Secara refleks, Rozi pun teringat dengan Aderlan.

Tiba-tiba Rozi merasa agak menyesal dengan kelakuan dirinya pada semalam.

Tetapi, berpikir kembali, lagi pula Aderlan tidak mengenalnya dan Rozi bisa menggunakan kesempatan ini untuk menghasilkan uang dan melatih diri, mengapa tidak?

Setelah Rozi tiba di sana, dia melihat Aderlan yang mengenakan baju olahraga berwarna putih duduk di atas tangga. Melihat kedatangan Rozi, Aderlan menepuk tempat di sampingnya.

Meskipun merasa bingung, Rozi tetap duduk di sisi Aderlan.

"Kamu tidak sekolah?"

Rozi menatap ke Aderlan dengan mata menyipit, dia merasa Aderlan ini terlalu berbeda dengan Aderlan yang dia mengenal sebelumnya.

Aderlan yang dia kenal adalah orang yang sangat licik, sombong dan tidak memiliki kelebihan apa pun.

Tetapi Aderlan yang Rozi mengenal sangatlah berbeda, dia sangat lembut, ramah dan tidak begitu agresift.

"Iya!"

Rozi menjawab dan berdiri, "Salam kenal, tuan, apakah kita sudah bisa mulai?"

Berada di jarak yang dekat dengan Aderlan tetap membuat Rozi merasa agak bersalah.

Mungkin karena menyadari Rozi tidak ingin berbicara banyak, Aderlan pun tidak berkata apa pun lagi.

Aderlan mengangguk.

Dalam pelatihan kali ini, Aderlan jelas sudah mengontrol diri, dia menyerang dan mundur dengan lancar.

Hal ini juga membuat Rozi merasa kaget dan penasaran dengan kemampuan sebenarnya Aderlan.

Jelas, Aderlan bukan tiba-tiba mulai melatih bela diri, gerakan dia terlihat sangat unik dan tenaga dia terkontrol dengan baik.

Sementara, bisa memiliki fleksibilitas sebagus ini pada usia mereka sekarang berarti Aderlan pasti sering melatih diri secara rutin pada biasanya.

Aderlan juga merasa kaget dengan 'laki-laki' di hadapannya yang seumur dengannya.

Aderlan mengerti kemampuan dia sendiri, dalam beberapa tahun terakhir, Aderlan telah meraih juara pertama pada kompetisi tinju anak muda secara berturut-turut.

Aderlan sendiri mengaku, dalam negeri sudah susah mau bertemu saingannya.

Tetapi, orang di depannya ini memiliki kemampuan yang sama sekali tidak kalah darinya.

Bahkan bisa dibilang lebih hebat darinya.

Hal ini membuat Aderlan sangat penasaran, dia sudah melatih diri selama belasan tahun, setelah sekolah di luar negeri, Aderlan sering berkeliaran di klun-klub terkenal.

Di sana saja Aderlan jarang bertemu dengan saingannya, orang-orang yang Aderlan bertemu selalu di antara baru mulai melatih diri pada usia telat, atau tidak terlalu bertenaga atau memiliki kemampuan dasar yang tidak cukup.

Yang penting, Rozi adalah saingan terhebat yang Aderlan pernah bertemu dalam beberapa tahun ini.

Satu pertempuran ini membuat mereka berdua merasa sangat puas.

Rozi mengambil tasnya dan membungkuk kepada Aderlan, "Saya pergi ke kamar mandi sebentar"

Setelah tiba di kamar mandi.

Rozi menutup pintu kamar mandi dan menyandar di atas pintu, dia menarik perban ketat yang membungkus dadanya dan menghela nafas lega sebelum menoleh ke cermin untuk melihat dirinya.

Dia mengembangkan pipinya dan berusaha mengontrol kegembiaraan yang dia rasakan.

Selama bertahun-tahun, untuk pertama kali Rozi baru merasakan berperang melawan orang adalah perasaan seperti ini.

Hanya saja, betapa baiknya kalau orang itu bukan Aderlan.

Kalau bukan Aderlan, Rozi bisa menjadi teman baik dengannya.

Setelah berada di dalam kamar mandi beberapa saat dan menenangkan dirinya, Rozi baru keluar dari kamar mandi. Begitu Rozi keluar dari kamar mandi, Ketua klub dan manager klub pun sibuk menghampiri Rozi.

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu