Cantik Terlihat Jelek - Bab 548 Dua Sisi Ibu

"Iya" Hutu tidak begitu mengerti maksud kata-kata ibu, dia juga tidak berani sembarang menebak. Akhirnya dia hanya bisa mengangguk dengan tenang.

Jelas, mental ibu sudah pulih kembali dengan sehat.

Ibu berputar balik badannya untuk menghadap ke Hutu dan mengelus wajah Hutu dengan jarinya yang dingin, " Hutu, akirnya kamu sudah dewasa"

Hutu menjilat bibirnya dan ingin menjelaskan kepada ibu, tetapi dia melihat ayahnya sedang berjalan kemari, akhirnya dia pun menyimpan kembali kata-kata yang ingin dia katakan, "Ayah...."

Ibu menarik kembali tangannya dan ayah pun memeluk bahu ibu, "Tempat ini saling berhadapan dengan AC, jangan sampai kedinginan" Sambil berkata, ayah pun memakaikan selendang tipis di lengan ibu ke bahunya.

"Sako, kamu benar-benar sangat sayang aku" Tatapan ibu yang satu detik lalu masih terlihat tajam langsung menjadi lembut.

Ayah menoleh ke Hutu dan berkata, "Anak ini benar-benar sangat cantik, anak siapa dia?"

Hutu tidak memiliki reaksi yang sangat besar, dia mengambil satu langkah ke depan dan memegang tangan ibu, "Bu, aku adalah Hutu, aku adalah anak keluargamu"

Ibu mau menggunakan cara seperti ini untuk menjaga cinta ayah.

Yang bisa Hutu lakukan hanya kerja sama dengannya.

Ibu menepuk tangan Hutu dan tertawa, " Hutu .... sudah besar, benar-benar sangat cantik"

Sementara Sako melirik ke Hutu, "Iya, dia sudah dewasa. Tunggu beberapa tahun lagi kita sudah harus menyediakan hadiah pernikahan"

Hutu menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan rasa tidak enak di dalam hatinya, kemudiand dia pun berpura-pura malu, "Ayah, aku baru saja masuk kuliah!"

Setelah berkata, Hutu pun melepaskan tangan ibu, "Aku pergi ke sana dulu ya"

Hutu meninggal tempat pada waktu yang sesuai, dan meninggalkan tempat unutk ibu juga.

Pada saat berputar balik badan, Hutu kebetulan melihat Raven dan Elisa berjalan naik ke atas.

Hutu melarikan diri dan memutuskan untuk menjauhi dirinya dari Raven mulai sekarang.

Pada saat ini, Hutu ingin pergi jauh dan tidak bisa melihat semua ini, waktu seharusnya bisa memperbaiki semuanya, membuat Raven menjadi semakin buram di ingatan Hutu, kalau begitu jantung Hutu pun tidak akan berdetak dengan sembarang.

Karena kedatangan Elisa dan Simon, acara ulang tahun kakek pun menjadi semakin ramai.

Senyuman di wajah kakek tidak pernah berkurang dari awal sampai akhir.

Setelah makan siang, Hutu pun berkata kepada Sako bahwa dia sudah mau pulang ke kampus.

Sako meminta Hutu untuk menyapa kakek dan meminta supir untuk mengatar Hutu ke stasiun kereta api.

Awalnya Hutu mengira, setelah ini, semuanya tidak akan mengalami perubahan apa pun lagi.

Dia tidak akan memiliki hubungan apa pun lagi dengan Raven.

Tidak menyangka, bukan begitu.

Pada minggu kedua setelah pulang ke kampus, Hutu tiba-tiba mengalami radang usus buntu.

Sebelum tidur, Hutu merasa agak kesakitan, tetapi dia tidak berpikir banyak, siapa tahu dia malah sakit sampai berkeringat waktu tengah malam.

Sampai dia mulai berguling sana sini di atas tempat tidur.

" Hutu, kamu kenapa?"

Weni yang duluan menyadari keanehan Hutu, dia berdiri dari tempat tidur dan melihat ke Hutu dengan alis mengerut.

Hutu menunjuk ke arah bagian perut bagian kanan bawah, Weni memegang dahi Hutu dan menyadari Hutu sedikit demam.

"Sini sakit ya?"

Hutu menunjuk ke arah yang Hutu tunjuk.

Pada saat ini, Hutu sudah kesakitan sampai tidak memiliki tenaga. Kepala dia terasa pusing dan dia mulai tidak sadar diri.

Hutu memaksa dirinya untuk mengedipkan matanya.

Suara berbicara mereka berdua membangunkan Mimi Chen dan Vema.

"Sepertinya dia menderita radang usus buntu, ayo segera antar dia ke rumah sakit" Sambil berkata, Mimi Chen pun menelpon ke 120 dan mengatakan alamat mereka.

Setelah mematikan telpon, Mimi Chen pun mulai memberikan instruksi.

"Kita turunkan dia dari tempat tidur dulu, tunggu ambulan di lantai bawah"

Setelah berkata, Mimi Chen pun turun dari tempat tidurnya.

Hutu sudah merasa kesakitan sampai tidak bisa berjalan.

Akhirnya Mimi Chen mengendong dia ke bawah.

Setelah turun ke lantai bawah, ambulan tetap belum tiba.

Vema melihat ke sana sini dan melemparkan tas yang dia pegang ke Weni,"Kalian tunggu di sini, aku pergi ambil mobilku. Tunggu ambulan datang, Hutu sudah mati kesakitan"

Setelah Vema selesai berkata, Hutu mulai muntah dan kemudian pingsan.

Setelah Raven menerima telpon dan tiba di rumah sakit, Hutu sudah masuk ke ruang operasi.

Aura dan penampilan Raven yang berbeda dengan orang lain membuat beberapa gadis terasa agak kaget.

Wajah dia yang terlihat gelap dan bahaya.

Membuat orang-orang merasa takut kepadanya.

" Hutu sudah masuk ke dalam, dokter berkata harus operasi" Vema menghampiri Raven dan memberikan sedikit dokumen kepadanya.

Raven mengambil dokumen tersebut dan mengangguk, " Hutu telah merepotkan kamu"

Setelah Raven selesai berkata, dokter pun keluar dan mengangguk keapda mereka, "Pasien akan di antar ke kamar nanti"

Orang pertama yang Hutu lihat setelah sadar diri adalah Raven.

Weni, Vema dan Mimi Chen berdiri di samping.

Setelah melamun sejenak, Hutu baru teringat dengan masalah yang terjadi semalam.

Hutu mencoba untuk duduk, Raven sibuk melarangnya, "Baru saja operasi, baring saja dulu"

Operasi? Tubuh Hutu terasa tegang.

"Apakah aku menderita penyakit?" Mengapa harus operasi?

Hutu ingat sepertinya dia sakit perut, kemudian Vema bertanya dia kenapa?

Dan sepertinya... dia ada muntah juga.

"Radang usus buntu mendadak, temanmu yang mengantar kamu ke sini, harus mengucapkan terima kasih kepada mereka"

Setelah berkata, Raven pun mengambil termos yang terletak di samping dan keluar dari ruangan.

"Weni, Mimi Chen, Vema, benar-benar sangat terima kasih"

Mimi Chen menatapnya dengan ekspresi datar, "Karena kamu sudah sadar diri, seharusnya sudah tidak apa-apa lagi. Kalau begitu kami akan pulang dulu, besok masih ada kelas"

Sementara Weni memegang dahi Hutu, "Sudah tidak demam lagi, untungnya, Hutu, jaga dirimu baik-baik ya"

"Benar-benar sangat merepotkan kalian, di tengah malam lagi"

Weni menggelengkan kepalanya, "Aku tidak melakukan apa-apa, Mimi Chen yang mengendong kamu turun ke lantai bawah, Vema yang mengemudi mengantar kamu ke sini"

Vema menggerakkan rambut dan berkata, "Ingat berikan uang cuci mobil kepada aku saja, kamu muntah lumayan banyak di mobilku"

Setelah berkata, Vema pun berjalan ke arah luar.

Setelah berjalan dua langkah, dia menoleh ke Hutu lagi, "Kalau tidak, minta pria ganteng itu traktir kami makan saja, dia itu pacarmu?"

Hutu melamun sejenak dan menggelengkan kepalanya, "Dia adalah paman mudaku"

Vema memiringkan tubuhnya dengan gaya berlebihan sambil memegang pegangan pintu, "Paman kandung?"

Tidak, tetapi termasuk iya juga.

"Iya, kandung" Hutu menjawab Vema dan memotong pikirannya sendiri juga.

Weni menarik Vema dan tertawa kepada Hutu, "Dia hanya canda saja, kami pulang dulu"

Setelah teman-teman pulang beberapa saat, Raven baru masuk ke dalam ruangan dan melihat ke Hutu, "Pejamkan matamu dan tidur sebentar saja"

"paman muda, telah merepotkan kamu"

Kata-kata Hutu yang mengucapkan teirma kasih jelas menunjukkan keinginan dia menjauhi Raven.

Raven tidak berbicara, dia hanya berdiri di samping tempat tidur dan menatap ke Hutu . Pada saat itu Hutu baru menyadari bahwa Raven masih memakai baju tidur.

Sepertinya dia tiba-tiba dibangunkan pada tengah malam.

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu