Cantik Terlihat Jelek - Bab 438 Situasi Berubah

Kemudian, barang-barang yang dikembalikan itu, tentu saja Mohan tidak menerimanya, dia menyuruh Mia menyelesaikannya sendiri, Mia tahu Mohan bukan sedang berbicara bahasa sopan dengannya, Mohan bisa menghasilkan uang, tapi bagi Mohan dia lebih berharap Mia menukarkan semua barang ini menjadi uang dan menyimpannya di kartu yang diberikan Mohan untuk berbelanja.

Sejak hari itu, karena sikap baik Mohan, secara bertahap orang tua Mia sudah mulai bisa menerimanya dan rasio menyebutkan namanya semakin lama semakin banyak.

“Mia, coba lihat, ini yang dibelikan Mohan untukku dan ayahmu.”

“Mia, kamu sibuk setiap hari, apakah kamu lebih sibuk dari Mohan? Dia bahkan bisa mengingat tanggal pemeriksaan ayahmu, memperat hubungan, lari kesana kemari, dan kamu? Untung saja mempunyai menantu yang baik, kamu dan adikmu sama-sama tidak bisa diandalkan.”

“Mia, pangsit ini khusus dibuat untuk Mohan, aku lihat dia akhir-akhir ini semakin kurus.”

“Mia, kamu jangan memerintahkan Mohan melakukan sesuatu, dia sudah terlalu lelah, kamu lakukan sendiri……”

……

Singkatnya, posisinya di keluarga Munir mulai menurun secara bertahap, tapi dia sangat senang.

Ketika bertemu dengan Nyonya Mo kembali, itu terjadi dua bulan setelah pertemuan malam itu.

Hari ini, dia baru saja pulang bekerja dan turun dari bus, ada sebuah mobil mewah berhenti di pinggir jalan, seorang wanita berpakaian modis berjalan turun dari mobil, mengenakan kacamata hitam, setelah berdiri sesaat didepan Mia, dia baru bisa mengenalinya.

Mengerutkan kening: “Ada masalah?”

Semenjak kejadian itu, Mia tidak memiliki image baik pada Nyonya Mo, jika bukan karena dia adalah ibu Mohan, Mia tidak akan mempedulikannya.

Dia memberi isyarat melalui kepalanya, “Bicarakan di mobil.”

Mia tidak ingin masuk, tapi karena dandanannya terlalu mencolok, setelah dipikir-pikir, dia hanya bisa nurut.

Setelah pintu mobil ditutup, wanita itu melepaskan kacamata hitamnya, Mia baru melihat matanya merah dan bengkak, sepertinya dia sudah lama menangis.

Dia berpikir sejenak, lalu mengajukan pertanyaan: “Kamu baik-baik saja kan?”

Nyonya Mo melihat ke depan dan sesaat kemudian dia berkata, “Mia, selama kamu bisa membujuk Mohan menghadiri acara pemakaman ayahnya, aku akan merestui kalian berdua hidup bersama.”

Jelas alasan seperti itu membuat Mia merasa konyol.

Hanya karena pemakaman? Dia tiba-tiba menatap Nyonya Mo, “Dia……sudah meninggal?”

Tapi ketika mereka berbicara di telepon sore hari, dia tidak mendengar sesuatu yang aneh dari Mohan?

Masalah yang begitu penting, dia bahkan tidak mengatakannya padaku.

Nyonya Mo mendengus, dan kemudian mengalihkan pandangannya ke Mia, “Sebagai istrinya, apakah menurutmu kamu sudah memenuhi kriteria?”

“Apakah kamu sudah mengakui aku sebagai istrinya?”tanya balik Mia.

Tidak disangka diriku mengali jebakan untuknya, wajah Nyonya Mo sedikit gelisah, dan matanya menjadi tidak sabar, “Intinya, jika kamu ingin bersama dengannya, kamu bujuk dia besok datang ke pemakaman ayahnya.”

Mia tidak tahan dengan nada bicaranya, lalu mengerutkan bibir, “Apa yang tidak ingin dia lakukan, aku tidak ingin memaksanya, maaf, aku tidak bisa membantumu.”setelah itu, Mia membuka pintu, keluar turun dari mobil, pergi meninggalkan tempat itu tanpa menoleh kebelakang.

Dia bisa membayangkan ekspresi kesal Nyonya Mo, tapi dia juga mempunyai harga diri, dia bukan seekor kucing atau anjing, Mia tidak peduli keluarga Mo mengakuinya sebagai menantu atau tidak, selama Mohan mengakuinya saja itu sudah cukup.

Selain itu, dia tidak ingin membuat Mohan sedih karena dirinya.

Mohan baru kembali jam sembilan malam, setelah Mia berhasil menidurkan Rena, dia pergi melihatnya.

Ketika sedang melihatnya membuka pintu, mendengar suara pintu, dia berbalik memandang Mia, tatapan matanya penuh dengan senyuman dan kelelahan, Mia berjalan kedepan memeluk pinggangnya dari belakang, ingin mengatakan sesuatu, tapi pada akhirnya dia hanya berkata: “Jangan terlalu lelah, sangat mudah untuk menghidupiku.”

Sudut mulut Mohan terangkat, “Iya sangat mudah.”

Ketika memasuki kamar, Mia bertanya pada Mohan, “Apakah kamu mau aku masakkan pangsit, hari ini ibuku baru membuatnya.”

Mohan bangkit dari sofa, berjalan kedapur, “Kamu pergi mandi sana, aku bisa sendiri, kamu juga sudah lelah seharian.”

Selanjutnya, Mia melihat Mohan yang sangat terampil dalam mencuci panci, memasak air panas lalu mengukus pangsit.

Kemeja bertekstur abu-abu itu dilipat sampai ke lengan, kerahnya dibuka dua kancing, wajahnya yang tampan, ditambah dengan pesona yang menawan, Mohan yang begini membuat Mia sedikit mabuk kepayang.

Mohan tampaknya sangat menikmati tatapan daya tarik Mia, hatinya yang lelah berangsur-angsur menjadi panas, dia menangkap Mia yang tidak siap, menundukkan kepala lalu menciumnya, sampai busa di panci meluap.

Dua orang ini baru lepas.

“Ini untukmu.”Mohan meletakkan salah satu mangkuk didepan Mia.

Mia ingin mengatakan tidak, tapi pangsit ini dimasak sendiri oleh Mohan, dia tidak tega menolaknya, dia memakannya dengan terpaksa.

“Pangsit buatan ibu sangat enak.”puji Mohan setelah makan dua suap.

“Lain kali minta ibu buatkan lebih banyak.”

“Tidak perlu, sungguh merepotkan.”

“Jika ibu tahu kamu sangat menyukainya, dia pasti tidak merasa lelah.”Ibu mertua semakin lama semakin menyukai menantunya, sekarang posisi Mohan dimata mereka lebih tinggi dari dirinya.

Tatapan Mohan memancarkan senyuman, tapi dia tidak mengatakan apa-apa.

Mia merasa Mohan yang hari ini sedikit tertekan, mengingat Nyonya Mo yang datang mencarinya, setelah dipikir-pikir, akhirnya Mia berkata, “Mohan, dia sudah meninggal ya?”

Sebenarnya akhir cerita ini sama sekali diluar dugaan mereka, seorang pria yang tidak bisa hidup seumur hidup dan hanya ingin bekerja, pergi meninggalkan dunia tanpa suara.

Perilaku mengunyah Mohan berubah, dia memandang Mia, “Bagaimana kamu tahu?”

“Nenek Rena datang mencariku, dia menyuruhku untuk membujukmu menghadiri acara pemakaman besok.”Mia merasa mereka berdua yang sudah begini, masih memanggil ibumu, sangat aneh, tapi memanggil ibu, dia tidak mengucapkannya.

Mohan menelan seluruh pangsit, jelas-jelas dimakan dengan sangat jantan, tapi ketika sampai di Mohan menjadi sangat elegan.

“Bagaimana menurutmu?”

“Tentu saja aku mendukung keputusan yang kamu buat.”

Mohan menundukkan kepalanya sampai perutnya terisi lebih dari sepuluh pangsit, lalu berkata: “Tidak pergi.”

“Baik.”ucap Mia berdiri membereskan mangkuk dan sumpit.

Mohan menahan tangannya, “Biarkan aku saja.”

Mia mengatakan “aah”, menatap Mohan dengan heran, “Bisakah kamu mencucinya?”

Mia yang mengajari Mohan cara memasak pangsit, setelah melihat sekali dia sudah bisa memasaknya dengan baik.

Mohan meliriknya.

Keesokan harinya, Mohan benar-benar tidak pergi, Mia tidak banyak bicara.

Mia tidak memberitahu Mohan, apa yang dikatakan Nyonya Mo, dia tidak ingin Mohan memiliki tekanan apapun.

Karena hari libur, Mia membawa Rena belajar menggambar dirumah Mohan, setelah makan Mohan kembali ke ruang kerja.

Sampai sekitar jam tiga sore.

Mia mendengar telepon Mohan berdering.

Selang sesaat, Mohan keluar dari kamar.

“Ada masalah apa?”tanya Mia padanya.

“Ibu ditangkap, aku harus pulang kerumah Mo.”

Pena yang ada ditangan Mia dalam sekejap jatuh ke garis yang baru saja ditarik Rena.

“Kamu naik taksi kesana, jangan bawa mobil.”dia menginstruksikan Mohan yang sedang mengganti sepatu, dan tidak menanyakan bagaimana Nyonya Mo bisa tertangkap.

Mia tidak menyangka, ketika melihat Mohan lagi, dia sudah berada di pusat penahanan, alasannya adalah Mohan membunuh orang, membunuh ayahnya.

Novel Terkait

My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu