Cantik Terlihat Jelek - Bab 356 Mohan Pingsan

Karena harus pergi ke Jerman selam satu minggu, Mia takut Mohan akan melarangnya kalau dia tahu, sehingga dia tidak memberi tahu keluarga Mohan bahwa dia mau pergi ke Jerman, Mia hanya berkata dia harus keluar negeri karena masalah pekerjaan.

Mia duduk tempat kelas ekonomi, sedangkan Mohan duduk tempat kelas bisnis.

Sampai setelah turun dari pesawat, Mia baru menerima telpon dari Misao, Misao memberi tahu Mia untuk mulai menemani Mohan.

Hanya saja, pada saat melihat wanita yang berada di depannya, Misao sudah tahu dirinya membuat kesalahan.

Rambut yang panjang, alat indera yang unik, bentuk wajah yang tajam, dia mengenakan jaket kulit berwarna hitam dengan dasar atasan berwarna putih, kemudian celana warna jeans dan sepasang sepatu olahraga berwarna abu-abu beserta tas ransel, pakaian yang sederhana malah berhasil menampilkan bentuk tubuhnya yang sempurna, kalau bukan karena merasa familier dengan alat inderanya, Misao benar-benar tidak bisa percaya wanita cantik di depannya adalah wanita gendut yang dia berjumpa di rumah sakit kemarin.

Mia berdiri di depan Misao dan merasa sangat puas dengan kekagetannya, kemudian Mia menyapa Misao dengan senyuman, "Salam kenal, asisten Misao, nama saya adalah Mia, penerjemah dari perusahaan penerjemah cy, untuk jadwal selanjutnya, saya akan melakukan semua penerjemahan untuk direktur Mo" Suara Mia tidak termasuk manis, tetapi suaranya memiliki keunikan yang membuat orang yang mendengar tidak bisa melupakan, sedikit serak dan jelas, sangat enak di dengar.

Misao menarik nafas dan menjilat bibirnya, kemudian dia mengosok kedua tanganya dan menghampiri Mia dengan suara kecil, "Nona muda, anda begitu akan membuat saya sangat kesusahan"

Mia mengerutkan alisnya dan berpura-pura bodoh, "Mengapa? Asisten Misao tidak percaya dengan profesionaltias saya? Atau tidak percaya dengan kemampuan saya?"

Misao sibuk menggelengkan kepalanya, "Direktur Mo seharusnya tidak tahu anda adalah penerjemah kali ini kan?"

Mia mengangguk, "Semua ini demi pekerjaan, aku merasa tidak ada keperluan memberi tahu dia, kamu tenang saja, aku tidak akan membawa perasaan pribadi ke dalam pekerjaan, aku akan menyelesaikan pekerjaanku dengan serius"

Misao menoleh ke ruang istirahat, dia ingin berkata, kamu tidak akan membawa perasaan pribadi ke dalam pekerjaan, tetapi Mohan akan begitu?

Mohan tidak menyukai Mia, Misao sangat jelas terhadap hal ini.

Tetapi dia malah bersikap ceroboh dan tidak bertanya siapa adalah penerjemah kali ini?

Mia mengerutkan alisnya dan melihat ke jam, "Sekarang menyuruh orang lain datang dari dalam negeri pun, jangan berbicara tentang sempat atau tidak dulu, perusahaan kalian datang ke sini demi kerja sama dengan negara ini kan? Aku menghabiskan waktu satu minggu untuk mengumpulkan dan merapikan pengetahuan tentang kerja sama ini, kalau orang lain yang datang, seharusnya orang itu juga tidak bisa melakukan pekerjaan ini dengan baik"

Mia menjelaskan dengan teliti sebelum mengangkat kepalanya dan melihat ke Misao, "Direktur Mo seharusnya mengetahui kepentingan masalah ini, asisten Misao tidak perlu merasa terlalu kesusahan, mendorong semuanya ke aku saja"

Setelah berkata, Mia berjalan melewati Misao dan pergi ke ruang istirahat yang tidak jauh darinya.

Melihat kemunculan Mia, Mohan melamun sejenak, selanjutnya tatapan dia jelas memancarkan kekagetan, kemudian tidak senang, "Kamu datang ke sni buat apa?"

Mia mengeluarkan sebuah kartu nama dari tasnya, "Salam kenal, Direktur Mo, saya adalah penerjemah kali ini"

Mohan tidak mengambil kartu nama Mia, ekspresinya tenggelam, dia melihat ke Misao yang mengikuti di belakang Mia, "Apa yang terjadi?"

Misao membuka mulutnya, pada saat dia mau bersuara, Mia sudah berkata duluan: "Sangat maaf, perusahaan kami melakukan kesalahan tidak memberi tahu perusahaan direktur Mo duluan"

"Segera memberi tahu mereka untuk mengganti penerjemah"

Mia mengeluarkan ekspresi tidak senang di sudut pandang yang Mohan tidak bisa melihat, Mia sudah tahu akan begitu.

Tetapi, Mia tidak berbicara lagi, dia hanya menoleh ke Misao.

Misao membungkukkan badannya dan berbisik di telinga Mohan, setelah itu Mohan berdiri dan melirik Mia, "Berdoa masalah ini akan selesai dengan lancar, kalau tidak jangan menyalahkan aku"

Mia menjilat bibirnya dan tidak bersuara.

Setelah keluar dari bandara, seorang pria Jerman yang merupakan atasan dari perusahaan yang Mohan mereka mau bekerja sama datang menjemput.

Mohan bisa mengucapkan beberapa kata bahasa Jerman yang sederhana, sehingga dia tidak memerlukan Mia untuk menerjemah, akhirnya Mia mengikuti di paling belakang di sepanjang jalan.

Pada saat mau naik ke dalam mobil, orang Jerman itu melihat ke Mia, sehingga Misao sibuk menjelaskan identitas Mia.

Mia mendengar orang Jerman berkata dalam bahasa mandarin : "Nona Mia sangat cantik"

Mia menjawab terima kasih dengan bahasa Jerman.

Sekelompok orang itu pun berangkat ke hotel, tentu saja Mohan tinggal di kamar kelas tinggi, mereka berdua memang adalah suami istri, tetapi mereka malah tinggal di kamar yang berbeda.

Karena malam ini tidak ada jadwal pekerjaan, setelah sampai ke hotel, Mia langsung mandi dan berbaring di atas tempat tidur karena terlalu capek, kemudian Mia mengirim pesan teks kepada Misao memberi tahu bahwa jangan memanggil dia karena dia tidak mau makan.

Setelah bangun tidur, waktu sudah jam 6 lebih, Mia turun ke restoran di lantai bawah dan memesan nasi goreng, pada saat Mia baru saja mulai makan, dia melihat Mohan dan Misao berjalan masuk dari luar, mereka sedang berbicara, tidak tahu apakah karena masalah cahaya, Mia merasa wajah Mohan terlihat sedikit pucat.

Hotel ini sangat besar, di samping hotel terdapat sebuah taman hutan, sekarang Jerman sedang mengalami musim panas, setelah makan, Mia pergi ke taman hutan, dia bermaksud untuk berlari beberapa puluh menit sebelum kembali ke kamar untuk tidur.

Tetapi ketika Mia baru saja berlari beberapa langkah, ponselnya berdering.

Misao menelponnya, Mia mengerutkan alisnya dan mengangkat telpon.

"Asisten Misao, ada apa?"

"Kamu dimana sekarang? Direktur Mo pingsan, sekarang kami mau pergi ke rumah sakit, kamu cepat ke sini, kami di depan gerbang hotel"

Pada saat Mia sampai di gerbang hotel, ambulan juga baru saja sampai, bahasa Jerman Misao tidak begitu dalam, sehingga orang itu tidak mengerti walaupun Misao telah menjelaskan kepadanya beberapa saat, pada saat melihat Mia sudah datang, Misao menghela nafas lega.

Selanjutnya Mia pun menjelaskan kondisi Mohan dengan bahasa Jerman yang lancar.

Yang menguntungkan adalah kondisi Mohan tidak sangat parah, penyebabnya mungkin karena perjalanan pesawat yang terlalu panjang sehingga dia merasa kecapekan.

Setelah mendengar kata-kata Dokter, Mia menghela nafas lega, tetapi pada saat berputar balik badan Mia malah melihat ekspresi Mohan sangat biasa, seolah-olah tidak ada hal yang terjadi tadi.

Melihat Mohan ingin bangun, Mia mengerutkan alisnya: "Dokter berkata kamu harus istirahat"

Mohan mengangkat kepalanya dan melihat ke Mia, "Apakah kamu tidak mengurus terlalu banyak hal?"

"Kamu........" Mia menarik nafas, "Uang lebih penting atau nyawa lebih penting? Aku benar-benar tidak mengerti, kamu sudah begitu kaya, mengapa masih begitu memaksa dirimu? Kalau nyawamu tidak ada, buat apa ada banyak uang?" Karena marah, wajah Mia sedikit memerah.

Tatapan Mohan berhenti di wajah Mia beberapa saat sebelum melihat ke arah lain dengan cepat.

"Aku mengira kamu berharap aku lebih cepat mati?" Mohan berkata dengan tidak senang, dia mengambil ponselnya yang berada di atas meja dan berjalan ke arah luar.

Melihat bayangan belakang Mohan, Mia merasa cemas, dia mengulurkan tangannya dan menarik Mohan, "Aku tidak berharap Rena kehilangan ayah ketika dia masih begitu kecil"

Setelah itu, pegangan Mia pada lengan baju Mohan mengerat.

Langkah kaki Mohan berhenti, tenggorokannya bergerak, tetapi akhirnya dia juga keluar dari ruangan.

Misao berdiri di depan pintu dan menggelengkan kepalanya terhadap Mia.

Di perjalanan kembali ke hotel, Misao tiba-tiba berkata kepada Mia bahwa Mohan bisa pingsan juga berhubungan dengan dia tidak mau makan.

"Mengapa dia tidak mau makan?"

Novel Terkait

The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu