Cantik Terlihat Jelek - Bab 15 Salah Paham Part 2

Bab 15 Salah Paham Part 2

Mungkin Andrew tidak menyangka bisa bertemu dengan Sherin di sini, secara reflek Andrew berpikiran untuk menarik tangannya dari rangkulan wanita blasteran itu. Melihat pintu lift hampir tertutup, dia pun segera menekan tombol lift tersebut.

Dibanding dengan kepanikan Andrew, Sherin terlihat jauh lebih tenang, dia menganggukkan kepalanya dan masuk. Dia memilih posisi yang agak jauh dari kedua orang itu, lalu berdiri tegap.

Sejak saat itu, Andrew belum pernah lagi menghubungi Sherin. Melihatnya sudah berpasangan hari ini, mebuat Sherin berpikir apa mungkin keberadaan Simon membuatnya mundur teratur?

Sekejap mata lift sampai di lantai 3.

Pintu lift terbuka, dia seperti biasa menganggukkan kepalanya lagi ke Andrew dan keluar. Dari awal sampai akhir, dia tidak berbicara dan juga tidak memandangi Andrew sama sekali.

Hanya saja, setelah keluar dari lift, dia berdiri bersandar di dinding untuk beberapa saat. Karena walau bagaimana pun dia tidak mau memperhatikan mereka, namun sedikit banyak ada perasaan penat di hatinya.

Lusa kemarin baru saja laki-laki itu menyatakan cinta kepadanya, perilakunya saat itu seakan memberi tanda bahwa dia sungguh-sungguh terhadapnya, tapi sekejap mata dia sudah bercanda-gurau dengan wanita lain.

Kalau bilang sama sekali tidak terasa apa-apa, itu bohong.

Ternyata benar, laki-laki memang tidak bisa dipercaya.

Dia menundukkan kepalanya, menyalahkan dirinya sendiri kenapa bisa begitu lugu. Hanya Tuhan yang tahu, hari itu betapa tersentuh hatinya, walaupun tidak tergugah untuk menerimanya, tapi dia sempat berpikir mau menganggap Andrew menjadi teman sejatinya…. tapi…..

Simon yang menunggu Sherin di depan pintu, melihat raut wajahnya yang tidak benar itu, berjalan menghampirinya dan menarik lengan Sherin, lalu bertanya: “Ada apa denganmu, ma?”

Sherin menggantungkan jaket yang diambilnya ke bahunya, lalu jongkok dan memeluk anak itu ke dalam pelukkannya. Setelah memeluknya beberapa saat, sambil tersenyum ia berkata: “Seterusnya mama hanya akan menyukai Simon seorang, boleh tidak?”

Setelah mengatakan itu, dia merasa hangat di lengannya, setetes air mata menetes.

Sherin tertawa dingin, ia menertawakan dirinya sendiri yang mungkin terlalu lama dalam kesendirian, makanya, saat ada orang baik terhadapnya dia baru bisa merasa bahwa laki-laki itu sungguh-sungguh terhadapnya.

Merasakan Sherin tidak seperti biasanya, Simon pun mendorong Sherin untuk melepaskan diri dari pelukannya, terlihat olehnya wajah Sherin yang bercucuran air mata, dengan gelisah dia bertanya “Ma, kenapa kamu?”

Sherin kemudian berdiri, menarik-narik ingusnya, mengelus-elus kepala Simon dan berkata “Tidak apa-apa, tadi mataku kemasukan pasir.” Usai menjawab, dia lalu membawa Simon masuk ke ruang tunggu di sampingnya.

Hanya saja, Simon yang melihat Sherin memaksakan diri untuk tersenyum itu merasa bahwa pasti karena Sherin menyukai papanya, tapi papanya menikah dengan wanita lain, makanya dia baru bisa mengatakan bahwa dia hanya akan menyukai dirinya seorang, makanya karena ini juga baru bisa menangis sedih seperti itu.

Kecerdasaanya tidak rendah, tapi, untuk masalah percintaan seperti ini, dia benar-benar tidak mengerti.

Dia juga tidak mengerti, kenapa ayahnya bisa sangat menyukai wanita seperti Gabriel itu, mamaku sebaik ini…..

Berpikir seperti ini, membuat rencana di hatinya menjadi lebih pasti lagi.

“Andrew, jalan pelanan donk….” panggil Mina wanita yang tampak seperti blasteran ini sambil memegang bawahan gaunnya dan memakai sepatu high-heel setinggi sepuluh sentimeter itu. Dia dengan susah payah mengejar Andrew yang berjalan berputar-putar di depannya.

“Drew, apa yang sebenarnya kamu cari?” tanya wanita itu karena dia tidak mengerti jelas-jelas pestanya di lantai 4 tapi Andrew menariknya turun ke lantai 3, dan sepertinya terus mencari-cari sesuatu.

Melihat pintu ruangan-ruangan di depannya tertutup rapat, membuat Andrew merasa kalah dan menghempaskan tangannya ke bawah. Hari ini di acara pertunangan Devan, sebagai keluarga yang setara dengan keluarganya sudah pasti saja nama laki-laki ini juga tercantum di daftar nama tamu, Andrew awalnya tidak mau hadir, tapi, setelah dia berpikir mungkin bisa bertemu dengannya, dia pun menyetujui rencana ayahnya. Mina Ongso adalah putri kesayangan keluarga Ongso, mereka berdua dibesarkan bersama, dia menyukai Andrew, tapi Andrew selalu menganggapnya seperti adik perempuannya.

“Drew…. kamu dengar tidak apa yang aku katakan?” tanya Mina sambil menarik-narik lengan baju Andrew karena melihat laki-laki ini tidak menjawabnya.

Andrew mengerutkan dahi saat membalikkan badannya untuk melihat Mina, memikirkan suasana tadi, pasti Sherin sudah salah paham.

 “Ayo, kita naik.” ujar Andrew yang kemudian berjalan langsung melewati pintu lift dan tidak peduli apakah Mina bisa mengejarnya atau tidak. Yang pasti dia harus mencari Sherin dan menjelaskan semuanya.

Beberapa saat setelah Andrew pergi, salah satu pintu ruangan itu terbuka.

“Ma, kenapa kamu mau-mau saja mendengar perintah wanita itu, kamu bukan pembantunya?” tanya Simon yang tidak senang melihat Gabriel memerintahkan Sherin untuk mengambil sepatunya.

Terdengar jelas Simon membelanya, mendengar ini suasana hati Sherin membaik. Biarpun semua orang di dunia ini meremehkan dirinya, tidak peduli terhadapnya, tidak menganggapnya, tapi orang yang sangat dia cintai, juga mencintainya, seperti ini saja sudah cukup, hal lainnya sudah tidak perlu dipermasalahkan lagi.

“Kamu tidak perlu mengikutiku, hari ini terlalu banyak orang keluar masuk di sini, kamu tinggal di sini saja dengan papamu, aku akan segera kembali, okey?” ujar Sherin.

Simon memuncungkan mulutnya, dibalas dengan raut muka tidak senang oleh Sherin, membuat Simon menyerah. Setelah melihat Simon masuk kembali, dia pun turun ke bawah, membantu Gabriel mengambil sepatu yang serasi dengan gaunnya hari ini di acara pertunangan itu.

Hanya saja, baru saja Sherin menginjakkan kaki ke dalam lift, bayangan kecil itu pergi ke pojok lain hotel itu.

Di dalam ruang tunggu yang sangat lebar itu, Gabriel dikeliling banyak orang, ada yang membantunya merapikan gaun, ada yang merias wajahnya, ada yang merias rambutnya, seakan dia seperti seorang permaisuri yang dihormati dan dilayani semua orang.

Di sisi lain, Devan yang memakai setelan jas abu-abu dengan style Eropa, kemeja putih hand-sewing, dasi style kuno berwarna merah tua, namun terlihat elegan setelah dipakai olehnya, saat ini, dia memegang sebuah buku di tangannya dan duduk di samping sana, gerakannya sangat biasa saja, tapi itu semua membuatnya menjadi yang paling menarik perhatian mata di sekelilingnya.

Setelah Simon masuk kembali ke ruangan itu, dia duduk di samping Devan.

Setelan jas yang mereka pakai sejenis, hanya saja warna utama setelan jas Simon adalah hitam. Mukanya cemberut, melihatnya sejenak anak ini memang tidak mirip dengan ayahnya, tapi sorotan matanya benar-benar mirip sekali seakan dibuat dengan cetakan yang sama.

“Nona Gabriel sangat bahagia yah, suami dan anak semuanya adalah orang yang terhebat.” ujar wanita yang menghiasi rambut Gabriel, tidak bisa menahan diri untuk menyanjungnya.

Hanya saja…..

 kepala Gabriel yang sedikit miring,“aduh” suara itu terdengar rambutnya tertarik beberapa helai.

“Bagaimana seh kamu kerja? Kerjanya kacau seperti ini…..” tegur seorang atasannya setelah mendengar teriakan Gabriel tadi.

“Sorry yah non.. sorry.” lanjut wanita itu meminta maaf. Namun di sisi lain yang tidak terlihat oleh Gabriel, dia memainkan mata dan melakukan gerakan seakan menyuruh wanita itu berhenti berbicara.

Anak Devan bukan dilahirkan oleh Gabriel, semua orang tahu kenyataan ini, ini juga bukan berita lagi, tapi wanita itu dengan bodohnya membahas ini untuk mengambil hati Gabriel.

“Tidak apa-apa, lanjutkan saja.” jawab Gabriel dengan lembut dan tersenyum-senyum, dari raut wajahnya memang tidak terlihat perubahan besar. Beberapa tahun ini, dia juga sudah memahami bahwa untuk masalah ini lebih baik dia menerimanya dengan ikhlas daripada melarikan diri, ini semua bisa membuat orang lebih bisa menerimanya.

Kelapangan dadanya lah yang selama ini membuat orang-orang kagum, orang-orang selalu berkata: pantas saja dia bisa menjadi istri laki-laki seperti Devan, karakter wanita ini benar-benar sempurna.

Novel Terkait

The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu