Cantik Terlihat Jelek - Bab 291 Istriku, Aku Tidak Nyaman

Mikasa menatap Suya, dia mengangkat tangannya, menarik karet gelangnya dan mengikat rambutnya kembali, "Apa maksudmu?" dia sangat ingin menghindari wanita itu, untuk apa harus memanggilnya kemari?

"Suruh dia kemari untuk bersandiwara, lihat apakah suamimu itu sudah benar-benar introspeksi diri atau belum?" Suya menatap Mikasa bagaikan menatap seorang idiot.

Satu jam kemudian

Saat Gisel datang kesana, Mikasa sedang menyuapi Gary, karena Gary berbaring dalam keadaan telungkup di atas ranjang, bahkan makan saja dia juga terlihat menderita, saat mendengar bel pintu berbunyi, Mikasa refleks menoleh ke belakang, dia melihat Gisel yang sedang berdiri dengan dibantu oleh tongkat.

Tangannya yang sedang memegang mangkuk sedikit bergetar, Suya sedang membaca buku sambil setengah berbaring di atas sofa, setengah jam yang lalu ibu Suya mengirimkan makanan untuk Suya, sekalian membawakan untuk Mikasa dan Gary juga.

Karena ibunya tahu Suya sayang kepada Mikasa, jadi ibunya tidak membujuknya lagi, hanya memberitahunya kalau dia baru saja keguguran, jadi harus banyak-banyak berbaring dan istirahat.

Setelah ibu Suya pergi dari sana, Mikasa dan Suya saling memandang, mereka menaikkan sudut bibirnya dengan perasaan bersalah.

"Kakak", terdengar suara yang lembut, Mikasa melihat Gary mengerutkan keningnya, "Kenapa kamu bisa datang kemari?"

Suya langsung menjawabnya, "Soal kamu yang menyelamatkan Mikasa itu sudah masuk ke dalam daftar pencarian terhangat, aku takut kalau orang yang peduli padamu itu khawatir, jadi....."

"Aku yang meminta adik sepupu untuk datang kemari dan melihatmu, jadi dia tidak akan berpikiran macam-macam." Mikasa memotong perkataan Suya dan berkata.

Gary adalah orang yang sangat cerdas, meskipun EQ nya tidak tinggi, namun dia mengerti tujuan Mikasa memanggil Gisel kemari.

Dia menatap Gisel, "Gisel, aku tidak apa-apa, ini bukan masalah yang besar, sudah ada kakak iparmu disini, jadi kamu segera kembali saja."

Gisel masih ingin melangkah maju, namun saat dia mendengar perkataan Gary, dia tiba-tiba berhenti, dia menatap Gary, akan tetapi tatapan Gary malah jatuh ke tangan Mikasa, "Istriku, aku masih mau makan....."

Suaranya terdengar lebih mesra dibandingkan sebelumnya, Suya memutar bola matanya, "Bukan masalah yang besar? Jika pintu mobil itu sedikit lebih tajam, maka kamu akan terbelah menjadi dua, masih bilang bukan masalah yang besar?"

Suya berkata, lalu dia berdiri dan menatap Gisel : "Gisel, kamu tidak lihat betapa jantannya kakakmu waktu melindungi kakak iparmu, ligamen belakangnya bahkan sampai terputus, tetapi dia tetap tidak melepaskan kakak iparmu, di dunia ini bukankah sangat jarang sekali ada pria yang bisa sampai melakukan hal ini demi seorang wanita?"

Setelah berkata seperti itu, dia menatap lurus ke wajah Gisel.

Namun, reaksi Gisel sangat mengejutkannya, raut wajahnya tetap seperti biasa, dia melengkungkan bibirnya, "Memang sudah seharusnya suami istri menanggung sakit bersama, ini adalah hal yang memang sudah seharusnya kakakku lakukan."

Setelah berhenti sebentar, dia berkata lagi : "Kalau begitu, kak, karena kakak ipar sudah menjagamu disini, aku juga tidak bisa membantu apa-apa, jadi aku tidak ingin menambah kerepotan lagi, aku akan pulang ke rumah dan membantumu merapikan beberapa pakaian ganti, kamu suruh orang untuk ke rumah dan membawanya."

"Ting" sebuah sendok stainless jatuh ke lantai, mengeluarkan bunyi yang nyaring, raut wajah Mikasa berubah, pulang ke rumah? Baju ganti? Apakah mereka tinggal bersama?

Gary mengerutkan keningnya, "Istriku....."

Mikasa membungkuk dan mengambil sendoknya dari lantai lalu menatap Gary.

Saat ini, Gisel sudah keluar dari kamar pasien, terdengar suara "blam", pintu sudah ditutup olehnya.

"Dia tinggal di rumah kita, aku tinggal di hotel, aku bersumpah!" kali ini reaksi Gary sangat cepat, dia mengangkat tangannya dan bersumpah.

Suya tertawa, "Kita akan memberikan kelonggaran bagi orang yang mengaku salah, sikapmu barusan cukup baik."

Mikasa bangkit berdiri, "Semakin kamu ingin menjelaskannya, semakin menunjukkan kalau kamu bersalah, apakah aku ada menanyakan sesuatu terhadapmu?"

Lengannya ditahan oleh Gary, "Istriku, aku tidak ingin kamu salah paham, perasaanku terhadap Gisel benar-benar murni hanyalah sebagai kakak adik."

"Lepaskan tanganmu!"

Gary menggeleng, dia cemberut seperti anak-anak, Suya menarik selimut tipis sampai menutupi kepalanya, dia terlihat seperti tidak boleh melihat adegan tidak pantas di depannya ini.

"Aku mau pergi mencuci sendok sebentar, memangnya kamu tidak mau makan lagi?" nada bicara wanita itu terdengar tidak berdaya, namun sebenarnya hatinya merasa sangat bahagia.

Pria itu segera mengangguk, "Makan."

Sore hari, Dono datang kesana, dia juga membawa setumpuk dokumen untuk ditanda tangani oleh Gary.

Mikasa menggunakan kesempatan ini untuk mengantar Suya pulang ke rumah orang tuanya, di rumah sakit, tidak peduli sebaik apapun lingkungannya, tetap saja ada terlalu banyak bakteri, dia tidak tenang jika membiarkan seorang ibu hamil berada lama-lama disana.

Jika dia mengantar Suya kembali ke apartemennya, itu akan lebih tidak aman, jadi setelah dipikir-pikir lagi, lebih baik jika dia mengantarkannya ke rumah orang tuanya.

Setelah sampai di depan rumah orang tua Suya, Suya turun dari mobil dengan kesal, ocehannya di sepanjang jalan "Sudah punya suami lupa sama sahabat", akhirnya berakhir sampai disini.

"Setelah Gary keluar dari rumah sakit, kamu juga sudah hampir menyelesaikan segala urusan pernikahanmu, nanti aku akan datang menjemputmu lagi." Mikasa membujuknya supaya dia gembira.

Suya menatap Mikasa dengan tatapan sebal lalu mengangguk.

Gary keluar rumah sakit di hari kelima, lukanya harus dijahit 4 lapis dengan puluhan jarum, setelah perbannya dilepas, setiap kali Mikasa melihatnya, matanya akan selalu memerah, Gary bercanda berkata kalau ini adalah balasan yang dia terima karena sudah berbuat salah kepada Mikasa.

Dokter takut mempengaruhi pemulihan ligamen, jadi punggungnya diikatkan dengan sebuah penyangga, hal itu tidak mempengaruhi jalannya, hanya saja dia tidak dapat membungkukkan badannya.

Hari itu Dono yang mengendarai mobil, saat Mikasa melihat villa di depannya, dia mengerutkan keningnya, "Ini di mana?"

Gary berkata : "Istriku, ini adalah rumah baru kita, rumah ini atas namamu, kelak jika aku membuatmu marah, kamu bisa menyuruhku keluar dengan tangan kosong dari sini, aku berjanji nanti aku tidak akan membawa lawan jenis lagi ke dalam rumah." dia berhenti sebentar lalu menambahkan lagi : "Kecuali putri kita nanti."

Mikasa tidak tahu harus menangis atau tertawa, dia berkata, "Masih belum sampai rumah sudah ingin membuatku marah?"

Pria itu menggeleng.

Mereka berdua masuk ke dalam, saat Mikasa melihat Suya yang sedang berbaring diatas sofa, Mikasa menatap Gary dengan penuh arti.

"Dia tidak termasuk lawan jenis!" Gary segera berkata.

Suya sedang membuka kuaci, saat dia mendengar Gary berkata seperti itu, dia merasa kesal sampai-sampai menggigit lidahnya, dia menutupi mulutnya dan menjerit kesakitan, setelah cukup lama, barulah Mikasa dapat mendengar perkataan Suya dengan jelas, "Siapa yang bukan lawan jenis? Siapa? Mikasa, suamimu menghinaku.....kamu harus menggantikanku untuk memarahinya."

Mikasa malah memapah Gary untuk duduk diatas sofa lalu mendorong kening Suya dengan jarinya, "Sudahlah, jangan berbuat onar lagi!"

Selanjutnya dia menoleh dan menatap Gary, "Terima kasih karena kamu sudah menjemput Suya datang kemari."

"Jemput apaan, aku yang datang sendiri."

"........."

Malam hari

"Mikasa, aku takut jika tidur sendirian di tempat asing, malam ini kamu harus menemaniku." selesai makan malam, Suya tidak mau lepas dari Mikasa.

"Kamu......takut?" siapa yang waktu itu setiap hari terbang ke negara ini dan negara itu?

Akan tetapi, akhirnya dia tetap tidak mengatakannya.

"Tetapi, istriku, aku membutuhkanmu untuk merawatku pada waktu malam." ada seorang pria yang menarik lengannya yang lain.

Pada akhirnya, Mikasa menemani Suya tidur terlebih dahulu, setelah dia tertidur, dia pergi lagi ke kamar Gary.

Gary tidak bisa tidur menyamping, hanya bisa tidur terlentang.

"Istriku, aku merasa kedinginan."

Saat Mikasa hampir ketiduran, dia mendengar Gary mengatakan hal itu, dia bangun dan ingin menutupi tubuh Gary dengan selimut, tetapi dia menyadari kalau selimut yang menutupi tubuh Gary masih menutupinya dengan sangat rapat, dia memegang tubuhnya, tubuhnya panas.

"Kamu, kamu demam?" Mikasa segera duduk, mengangkat tangannya dan meletakkannya di atas dahi Gary, kok tidak panas?

Gary menggenggam tangannya lalu memasukkannya ke dalam selimut sambil mengerjapkan matanya.

Saat tangannya baru terulur setengah jalan, Mikasa akhirnya menyadarinya, dia memukul pelan dada Gary, "Kamu....tidak tahu malu."

"Istriku......aku merasa tidak nyaman."

"Istriku....."

Suara pria itu terus terdengar di telinganya, akhirnya Mikasa membalikkan tubuhnya dan menatap Gary, "Katakan, apa yang sebenarnya kamu inginkan?"

Novel Terkait

Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu