Cantik Terlihat Jelek - Bab 159 Peninggalan Ibu, Mengapa Clover Tidak Tahu?

Melihat ekspresi Devan yang santai dan percaya diri, Clover merasa agak lega. Clover merasa seperti tidak ada yang perlu dirisaukan asal pria ini berada di sisinya.

Devan miliknya adalah pria yang sempurna dan pria sempurna ini adalah miliknya.

terpikir sampai sini, Clover tersenyum.

Kemarahan sebelumnya juga ikut menghilang semua!

Wanita itu mudah ditenangkan. Asal pria mau memberikan sedikit kehangantan, wanita yang sedingin apa pun bisa menjadi hangat.

"Sampai, sampai!"

Anak itu menunjuk ke rumah di belakangnya.

Setelah berjalan beberapa menit lagi, mereka berhenti di depan sebuah rumah mewah yang memiliki gaya dekorasi Eropa.

Pintunya sangat tinggi, jendela dan sudut dindingnya terbuat dari potongan batu. Semuanya terlihat mewah….. Rumah ini sama sekali tidak kalah dengan rumah Devan yang mewah juga.

Rumah mewah itu dikelilingi kebun buatan manusia yang sangat besar…….

Jika tidak datang untuk mencari orang, orang luar tidak akan pernah menyangka, di dalam desa yang sangat sederhana ini, terdapat rumah dan taman bunga yang seluas ini.

Clover menekan tombol bel dan pintu rumah terbuka dengan cepat.

Yang membuka pintu adalah orang tua, tangannya memegang teko yang digunakan untuk menyiram tanaman. Tekonya jatuh ke lantai ketika dia melihat wajah Clover, "Tuan, Nyonya...." Dia berteriak dan berlari ke dalam. Bisa di lihat orang tua itu masih sangat sehat dan kuat.

Devan tidak berbicara, dia memegang Clover dan memasuki rumah mewah itu.

Rumah mewah itu sangat besar, sampai bisa merasakan sedikit kesepian....

Sepasang suami istri yang tua berjalan dari dalam.

Clover memegang tangan Devan.

"Mereka adalah kakek dan nenek Gabriel" Setelah berhenti sejenak, Devan menambah, "Mereka bukan orang yang mudah untuk diajak bicara!"

Devan menghela sebuah nafas ringan. Clover merasa sangat kaget, melihat ekspresi Devan, sepertinya dia pernah menjumpai mereka.

"Devan, wanita ini siapa? Apa yang sedang kalian lakukan?" Orang tua itu berkata dan melemparkan tongkatnya ke arah Clover dan Devan.

Devan secara refleks memegang Clover dan mundur ke samping, menghindari tongkat itu.

Orang itu berusia sekitar 70 tahun lebih, dia memakai baju tradisional yang dijahit dengan rapi. Tangannya memegang tongkat dan terlihat sangat semangat. Wanita yang berdiri di sampingnya terlihat memiliki usia yang sama dengan suaminya. Dia memakai cheongsam panjang yang satu gaya dengan suaminya. Rambutnya yang putih diikat menjadi sebuah pita. Kalau bukan karena bangunan di sekeliling Clover yang sedang mengingatkannya, Clover benar-benar mengira dia sedang berada di zaman dulu.

"Kakek, apakah kamu merasa wanita ini familiar?" Devan bertanya.

Orang tua itu melihat ke Clover dan setelah beberapa saat, Clover menyadari tangan orang tua itu bergetar.

"Kamu... apa hubunganmu dengannya ?"

Clover merasa sedikit kaget, orang tua itu bahkan mengenal ibu Clover. Dia memegang tangan Devan dan menghirup nafas, "Dia adalah ibuku"

"Ayah, dia benar benar mirip dengan kakak ipar" Seorang pria berusia sekitar 40 tahun berjalan keluar dan melihat ke Clover dan Devan.

"Dimana ibumu?" Anehnya, ekspresi orang tua itu tidak berubah banyak setelah mendengar Clover itu siapa.

"Dia sudah mati" Clover menjawab dengan tenang dan menetapkan tatapannya kepada orang itu.

"Sudah mati?"

"Memang sudah saatnya dia mati!" Wanita tua itu tiba-tiba berkata dengan senyuman ringan.

Meskipun ibu Clover tidak terlalu menyayanginya, tetapi ibunya tetap adalah orang yang melahirkan dan mengasuh Clover. Mendengar mereka berkata seperti itu, Clover menjadi emosi, "Kamu siapa? Mengapa berkata seperti itu pada ibuku?"

"Devan, apa yang terjadi antara kamu dan dia? Dimana Gabriel?" Pria berumur sekitar 40 tahun berbicara lagi dan melihat ke tangan Clover dan Devan yang saling berpegangan.

Clover baru sadar. Mereka adalah kakek dan nenek Gabriel, Clover dan Devan malah berpengangan tangan di depan mereka. Benar-benar sedikit kelewatan.

Clover ingin melepaskan pegangan Devan, tetapi Devan malah memegangnya lebih erat.

"Paman, mengenai hubungan antara aku dan dia, kamu boleh pergi tanya ayah!" Devan menekan kata Ayah.

Ayah yang dimaksud Devan adalah ayah Gabriel.

Clover merasa sedikit bingung, dia tidak mengerti kenapa Devan berkata seperti itu.

Bukankah Devan bilang kita harus rendah diri dulu?

Tetapi sekarang Devan malah membuat semua masalah terlihat jelas, kalau begitu bagaimana akting dengan Gabriel lagi nanti?

"Kamu lihat dia bilang apa?" Wanita tua itu memegang tangan pria tua itu.

Clover menoleh ke Devan dan menyadari ekspresi Devan kurang bagus sejak masuk.

Devan menepuk lengannya dan berkata kepada pria tua, "Kami datang hanya ingin bertanya beberapa pertanyaan. Setelah bertanya kami akan pergi"

"Devan, apakah ini adalah sikapmu terhadap orang tua?" Pria tua itu menekan lantai dengan kuat menggunakan tongkatnya,

Alis Clover mengerut, dia mau berbicara untuk Devan. Tangan Devan yang memegang pinggang Clover mengerat dan sebuah senyum terbentuk di wajah Devan ketika dia melihat wajah kecil Clover yang merah dan mengembang karena marah.

"Ibu yang pelacur ternyata pasti melahirkan anak pelacur juga!" Wanita tua itu berkata lagi.

Clover menghirup sebuah nafas dan Devan tiba-tiba berbisik, "Tanya dulu masalah yang ingin kamu tahu" ketika Clover mau membantah kata-kata wanita tua itu.

Clover berkata, "Aku hanya ingin bertanya, apakah kalian mengenal ayah kandungku?"

Pria tua itu melihat ke Clover dengan ekspresi seperti lagi berpikir mau bagaimana menjawab pertanyaan Clover. Akhirnya dia menghirup sebuah nafas dan menjawab, "Aku tidak akan berkata apa-apa tentang itu. Kalian cepat pergi saja"

Pria tua itu berputar balik badannya dan berjalan menjauhi mereka.

"Clover, mereka tidak mau berkata apa-apa. Tetapi rumah mewah dan tanah di sini semua adalah hadiah dari nenekmu untuk ibumu,. Ketika ibumu meninggal, dia ada meninggalkan surat yang menyatakan kalau tidak ada tanda tanganmu, tidak ada yang boleh menyentuh semua ini. Benar kan?" Devan berkata dengan suara besar.

Clover merasa bingung.......... Meninggalkan apa? Rumah apa? Tanah apa? Mengapa Clover tidak mengerti kata-kata Devan?

Kalau ibu Clover memiliki begitu banyak harta, Clover mana mungkin pergi melahirkan Simon demi mau mencari uang untuk mengobati penyakit ibu ?

Novel Terkait

The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu