Cantik Terlihat Jelek - Bab 594 Hal Terjadi Yang Membuat Ekspresi Raven Langsung Berubah.

Hutu berdiri lalu mengangkat gelas dan menuangkan air putih untuk dirinya sendiri. Dia pun langsung meminum air itu sampai habis.

Tapi sayangnya tidak ada gunanya sama sekali. Malah sebaliknya, seiring waktu berlalu ada emosi dan perasaan aneh yang ada di dalam tubuhnya yang semakin lama semakin kuat.

Dia sudah menyadari ada masalah dan ketika dia menyadari alasan semua ini, dia pun sangat kesal.

Seluruh tubuhnya dengan cepat mulai berkeringat dingin.

Dia menarik napas dalam-dalam lalu meraih tasnya. Tangannya gemetaran ketika mau mengeluarkan ponsel untuk menelepon Raven.

Tapi sayangnya sudah mencari-cari di tasnya, dia masih saja tidak menemukan ponselnya.

Dia mengangkat kepalanya dan ingin meminjam ponsel orang lain. Tapi dia tiba-tiba menyadari kalau ruang istirahat yang tadinya duduk banyak orang, pada saat ini hanya tinggal dia seorang saja.

Dia mengerutkan kening. Saat itu dia langsung tahu dengan jelas kalau ada yang tidak benar di sini.

Juga ada yang tidak benar dalam dirinya.

Dia bertumpu pada dinding dan mencoba untuk berdiri tapi dia menyadari kalau kepalanya sangat pusing sekali dan kedua kakinya lemas.

“Hutu, apa kamu baik-baik saja?”

Tiba-tiba terdengar suara seorang pria.

Hutu mendongak dan melihat pria yang tadi sekarang muncul di depannya, dia menyeka keningnya sendiri lalu seketika itu melirik sebentar.

Dia merasakan firasat buruk dalam hatinya, dia pun masih berusaha terlihat tenang, “Hai, apa bisa merepotkanmu sebentar untuk memanggilkan paman mudaku?”

Dia merasakan dengan jelas kalau dirinya bicara, lidahnya gemetaran dan nada bicaranya tidak teratur.

“Paman mudamu? Dia sangat sibuk. Kalau kamu ada apa-apa, kamu bisa mengatakannya padaku. Itu sama saja kok.”

Pria itu bicara sambil memapah lengan Hutu. Sebuah serangan dingin terasa dan Hutu hanya merasa sangat nyaman. Dia tanpa sadar menelan ludahnya sendiri.

Dia pun memandang lagi wajah pria itu lalu tiba-tiba wajah itu berubah jadi wajah Raven.

Dia tersenyum kepadanya dan memanggilnya, “Hutu....kelihatannya kamu tidak enak badan ya.”

Hutu mencubit pahanya sendiri dengan keras untuk membuat dirinya lebih sadar sepenuhnya.

Pria itu maju dan memapahnya, lalu muncul senyum keberhasilan di sudut bibirnya.

Itu malah membuat bulu kuduk Hutu berdiri. Dia ingin membuka mulutnya tapi dia baru menyadari tidak ada suara yang bisa keluar dari mulutnya sekarang.

“Aku akan membawamu ke kamar lantai atas untuk beristirahat ya. Kamu kelihatannya sangat lelah.”

Ketika pria itu berbicara, dia mengulurkan tangannya dan membantu Hutu berdiri. Tangannya cukup besar dan kuat. Hutu mencoba beberapa kali melawan tapi itu sia-sia saja dan tak ada hasil apa-apa.

Dia hanya melihat kalau dirinya semakin jauh dari aula diadakannya pesta akhir tahun.

Karena kepanikan, rasa takut dan juga karena tubuhnya yang tidak bisa mengendalikan efek obat, dia membutuhkan sandaran dari pria di sampingnya untuk bisa berdiri.

Hutu sangat mengerti apa arti dari pose mereka yang begitu mesra.

“Paman muda, datang dan selamatkanlah aku.” katanya dalam hati.

Tapi di aula pesta yang begitu besar itu, pada saat ini tidak ada seorang pun yang memperhatikannya.

Kadang-kadang, seseorang yang mengenalnya juga memberikan pandangan yang bermakna padanya dan bergegas melewatinya saja.

Ini membuatnya merasa putus asa.

Tepat ketika dia diseret oleh pria itu untuk naik lift.

"Hutu, kamu mau kemana?"

Terdengar suara Altius dari belakang. Hutu berusaha sekuat tenaga untuk menoleh. Dia mau bicara tapi tidak bisa mengatakan apapun. Dia menatap Altius. Pandangan matanya berangsur-angsur jadi kabur, dan dia menggelengkan kepalanya dengan kuat.

"Dia tidak enak badan. Aku mau mengantarnya untuk beristirahat di kamar di lantai atas.” Hutu mendengar pria itu menjelaskan seperti itu.

“Kalau begitu biarkan aku saja yang membawanya!”

Kemudian Hutu merasa lengannya ditarik-tarik. Meskipun pandangannya kabur, tetapi dia mengerti kalau dia masih bisa selamat.

Detik berikutnya, dia kehilangan kesadaran.

Raven dikepung dan dikelilingi oleh media. Semua orang itu berebut bertanya tentang perkembangan opm di masa depan dan rencananya untuk tahun mendatang.

Di antara kerumunan itu, tidak diragukan kalau Raven adalah mutiara yang paling bersinar hari ini.

Orang-orang yang hadir tidak bisa tidak melihatnya.

Tiba-tiba, Altius menerobos kerumunan dengan penuh keringat lalu berlari sampai ke samping Raven. Dia membungkuk dan membisikkan beberapa kata di telinga Raven. Kemudian terlihat sekali Raven yang daritadi terlihat tenang dan ramah, sekarang dalam sekejap ekspresi di wajahnya sangat murah dan begitu menakutkan.

Dia pun berbalik dan segera berlari ke arah lift.

"Ada apa ini, apa ada masalah yang terjadi?"

“Kelihatannya ada masalah besar. Apa kamu tidak melihat ekspresi wajah Raven? Begitu menakutkan sekali!”

“Bagaimana kalau kita segera mengikuti dan memeriksa apa yang terjadi? Mungkin kita bisa mendapatkan berita besar.”

Ketika bicara, segerombol orang itu pun ikut berlari ke arah lift.

Tapi mereka dihalangi dan dihentikan oleh beberapa pria berbaju hitam.

“Dimana Hutu?”

“Aku sudah membawanya ke kamar dan menyuruh dua orang untuk berjaga di depan kamar.”

Raven memejamkan matanya lalu langsung memukulkan kepalan tangannya dengan keras di dinding lift. Jika bukan dia yang sebelumnya pernah bilang ke Altius dan menyuruhnya untuk memperhatikan suasana hati Hutu. Awalnya dia menyuruh karena dia hanya takut kalau Hutu akan tidak biasa dengan tempat dan acara seperti ini sehingga akan merasa sendirian dan kesepian.

Tapi dia tidak pernah menyangka jika itu malah menyelamatkan Hutu.

Altius melihat Raven yang wajahnya begitu muram, tidak lama kemudian dia bicara, “Di sini, biar aku saja yang menjaga, kamu pergi saja.”

Raven mengangguk lalu begitu pintu lift terbuka dia pun langsung keluar.

Hutu hanya merasakan kalau tubuhnya kadang dingin kadang panas.

Tidak bisa diungkapkan bagaimana rasanya.

Ketika tersadar lagi, dia sudah berbaring di kamar Raven.

Dekorasi yang tidak asing dan aroma yang tidak asing membuat Hutu tidak merasa ada yang aneh.

Dia pun menggerakkan tubuhnya. Ketika dia merasakan sakit yang parah dalam dirinya datang, dia terkejut dan langsung duduk tegap, “Raven!”

Dia berteriak dengan keras dan di saat itu di matanya penuh dengan air mata.

Pintu kamar utama dibuka.

Raven yang masih mengenakan celemek di pinggangnya langsung masuk dari luar. Raven mengenakan kemeja warna putih dengan celana kerja. Tapi dia mengenakan celemek kartun di pinggangnya.

Perpaduan pakaian yang tidak harmonis itu membuat Hutu tediam sejenak, lalu baru dia bicara, “Paman muda, aku....aku...”

Novel Terkait

Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu