Cantik Terlihat Jelek - Bab 255 Kamu Sangat Cantik

Keduanya mendongak dan melihat ke asal suara, Clover memakai setelan bisnis berwarna abu-abu, dengan model yang menyempit di bagian pinggang, sehingga terlihat pas di tubuhnya, rambutnya dikuncir kuda tinggi-tinggi diatas kepalanya, wajahnya yang putih bersih dirias tipis-tipis, membuat kharismanya semakin menonjol.

"Clover benar-benar sangat cantik." Mikasa memujinya dengan tulus.

Gary tertawa pelan, dia bangkit berdiri dan menerima buah yang ada di tangan Clover.

"Kakak ipar, aku sudah membuatkan sup untukmu, minumlah selagi panas." setelah itu, dia meletakkan tasnya dan mulai mengurus meja makan.

Mikasa membalikkan tubuhnya ingin turun dari ranjang, dia langsung dihentikan oleh Gary, "Apa yang kamu lakukan?"

"Aku mau turun dan makan, yang terluka itu kepalaku, aku tidak cacat." setelah itu, dia turun dari ranjang, memakai sandalnya lalu mengambil sup dari tangan Clover, dia memegang mangkuknya dengan kedua tangannya lalu langsung meminumnya, "Emm! Enak sekali, terima kasih Clover."

Melihat sikapnya yang blak-blakan, Clover tersenyum, "Kamu minumnya pelan sedikit, hati-hati masih panas."

Jelas-jelas rasa supnya sangat ringan, bahkan mendekati hambar, namun saat Mikasa terus meminumnya, dia merasa supnya menjadi asin.

Dia baru menyadari kalau dirinya menangis lagi.....

"Kenapa menangis?" Clover sedikit panik, "Supnya tidak enak? Atau......"

Mikasa menggeleng dan meletakkan mangkuk yang ada di tangannya, dia menatap Clover, "Pantas saja Devan bisa begitu mencintaimu, Clover, kamu benar-benar sangat baik."

Semua orang berkata kalau sulit berhubungan dengan adik ipar, namun adik iparnya malah lebih baik daripada ibu kandungnya sendiri.

Clover tertawa pelan, "Sesama manusia harus saling berbuat baik, jika kamu baik, aku juga baik, jadi sudah seharusnya aku berbuat baik kepadamu, ibuku sudah tidak ada, jadi aku juga ingin menggantikan ibuku untuk menjagamu dengan lebih baik."

Setelah itu, dia mengambil tissue dan menghapus air mata di wajah Mikasa, "Tadi aku di depan pintu mendengar kalau ingatanmu sudah kembali, kakak ipar, kamu tidak akan berpisah dengan kakakku bukan?"

Mikasa tersenyum, dia menoleh dan menatap Gary dengan tatapan mata yang dalam, "Kakakmu saja mau denganku yang seperti ini, bagaimana mungkin aku tidak menginginkannya."

Clover menatap Mikasa, lalu dia menaikkan sudut bibirnya, "Luarnya terlihat bagaikan giok yang masih kasar, tetapi di dalamnya terdapat ukiran yang sangat cantik, kakak ipar, sebenarnya kakakku lah yang beruntung karena bisa menikahimu."

Luarnya terlihat bagaikan giok yang masih kasar, tetapi di dalamnya terdapat ukiran yang sangat cantik, dia mengerti kalau Clover sedang memuji dirinya, memuji kecantikan hatinya.

Mereka mengobrol dan tertawa, sup yang dibawa Clover juga sudah dihabiskan oleh Mikasa....

Tidak lama setelah Clover pergi, Suya datang kesana.

Saat Mikasa melihat dia datang dengan tangan kosong, Mikasa dengan refleks berkata : "Nona Suya, aku adalah pasien, apakah kamu pernah melihat orang yang menjenguk pasien dengan tangan kosong?"

Suya menjawab : "Aku kira kamu masih belum sadar, jika aku tahu kamu sudah sadar, pasti......" sebelum dia selesai bicara, dia tiba-tiba berhenti dan mendongak serta menatap Mikasa, di matanya, dia melihat wanita jahil yang dikenalnya itu.

"Kamu......ingatanmu sudah kembali?" Mikasa yang berumur 21 tahun, tidak akan mungkin menggodanya.

Mikasa melangkah mendekati Suya dan memeluknya, "Apakah akhir-akhir ini kamu merindukanku?"

Suya ingin menangis, "Menurutmu?" bukan hanya antara pria dan wanita saja yang memiliki perasaan, jika persahabatan antar sesama wanita sangat dalam, maka jika tiba-tiba kehilangan satu sama lain, dia juga bisa merasa kehilangan dan juga merasa sedih.

Dalam kehidupan ini, sulit untuk menemukan orang yang mengerti dirimu dengan baik, Suya sangat menghargai Mikasa, selama bertahun-tahun, temannya cukup banyak, tetapi orang yang dia inginkan untuk dia jadikan sahabat, hanya ada Mikasa saja, jadi beberapa bulan belakangan ini, bohong sekali jika dia berkata dia tidak kehilangan Mikasa.

Saat Gary melihat Suya datang, dia tahu kalau mereka berdua pasti mempunyai banyak hal yang ingin dibicarakan, jadi dia kembali ke kantor.

Setelah pintunya tertutup, Mikasa menghela nafas berat.

Suya mengerutkan keningnya, "Kamu kenapa?"

Mikasa menutupi wajahnya dengan kedua tangan, "Gugup!"

"Gugup? yang benar saja, bahkan kalian sudah tidur bersama, masih gugup juga?" Saat Suya mendengarnya, dia sengaja menggodanya.

Mikasa menurunkan tangannya dan menarik kembali senyuman di wajahnya, dia menarik Suya dan berkata dengan serius : "Masalah ayahku, untung saja ada dirimu."

Suya sengaja mengibaskan tangannya, "Jangan membuatku ingin menangis, jika kamu benar-benar memikirkanku, lain kali jika kamu kehilangan ingatan, tolong ingat diriku saja."

Setelah berhenti sebentar, dia menarik kursi dan duduk di depan Mikasa, "Selain itu, kamu harusnya berterima kasih kepada Direktur Gary, yang juga adalah suamimu itu, waktu itu, dialah yang mengurus segala sesuatunya."

Mikasa tertegun sebentar lalu mengangguk, "Kalau begitu sore ini kamu ada waktu tidak, aku ingin kamu menemaniku pergi sebentar ke makam ayahku."

Suya tertegun, setelah itu dia bangkit berdiri dan berjalan ke samping jendela lalu membuka tirainya, "Kamu baru saja sadar, tetapi sudah ingin pergi keluar? kamu tidak takut kalau akan terjadi sesuatu lagi lalu kehilangan ingatan kembali, dan akhirnya melupakan suamimu?"

"Tapi....." Tetapi dia ingin pergi melihat ayahnya.

"Sudahlah, jangan tapi tapi lagi, kamu pulihkan kesehatanmu dulu, selanjutnya kamu masih mempunyai banyak kesibukan, kamu masih harus pergi ke rumah lamamu dan memberitahu kakek dan nenekmu mengenai ayahmu yang sudah meninggal bukan?.... Kemudian, mengenai Ibumu dan adikmu, kamu berencana bagaimana?"

Bagaimana?

Mikasa mendengus, memangnya mereka masih ingin dia bertanggung jawab sebagai seorang anak?

Yang satu adalah ibu yang pikiran bawah sadarnya tidak ada keberadaan putrinya ini, yang satunya lagi adalah binatang yang menghambur-hamburkan uang biaya pengobatan ayahnya, dia harus mempedulikan mereka?

Tidak akan, dia tidak sebaik hati itu!

"Aku tidak peduli kepada mereka!" dia berkata dengan dingin.

Suya menatapnya dan terkekeh, "Kamu tidak perlu mengurusnya, priamu yang sudah mengurusnya, biaya perawatan ibumu dan juga biaya rumah sakit, semua dibayar oleh priamu itu."

Mikasa menyipitkan matanya dan berteriak dengan emosi : "Kenapa? Kenapa?"

Suya mendekatinya lalu memeluknya, "Karena hubungan kalian.....sudahlah, kamu baru saja sadar, jangan berteriak-teriak seperti itu."

Mikasa membenamkan kepalanya di lehernya, "Di alam bawah sadarnya, dia tidak mempunyai seorang putri."

"Mikasa, pikirannya tidak normal....."

"Huff, sudahlah, sudahlah, tidak usah membicarakannya lagi, yang penting aku tidak akan mempedulikannya." mengungkit soal wanita itu membuat Mikasa tiba-tiba merasa pusing.

Saat ini, ada orang yang mengetuk pintu, Mikasa melihatnya dari balik tubuh Suya, itu adalah seorang pria dan dan seorang wanita, tangan pria itu menggendong seorang anak kecil, tangan wanita itu memeluk seikat bunga segar, di belakang mereka diikuti oleh beberapa pria berseragam kepolisian.

Wanita itu menatap Mikasa lalu langsung berlutut di hadapannya.

"Terima kasih nona karena sudah menyelamatkan putriku, hari itu setelah terjadi hal itu, kami tidak dapat menemukanmu...."

Mikasa melepaskan Suya dan segera membantu wanita yang sedang berlutut itu untuk berdiri, "Bicara sambil berdiri saja, aku hanya melakukan hal yang seharusnya aku lakukan."

Saat ini, seorang petugas kepolisian yang berada di belakang maju ke depan dan melihat Mikasa, "Kami sudah menangkap orang-orang yang menyerang anda, mereka adalah partner pria itu, jadi mereka ingin balas dendam kepada anda."

Mikasa mengangguk, untuk seketika dia merasa emosinya teraduk-aduk, pantas saja sekarang ini begitu banyak orang yang tidak bersedia menolong orang lain, mungkin saja karena mereka takut akan pembalasan dendam ini, tetapi dia tidak merasa menyesal karena sudah menyelamatkan anak itu.

Karena biar bagaimanapun, bisa dibilang dia mendapatkan sesuatu karena hal ini, jika tidak ada pukulan itu, tidak tahu kapan ingatannya akan dapat pulih?

Setelah dia mengantar mereka semua pergi, Mikasa menatap Suya dan menghela napas pelan.

Tiba-tiba, kembali terdengar suara ketukan pintu, Suya menatap Mikasa dan menggodanya : "Sekarang kamu sudah menjadi orang terkenal, sibuk mengurus bisnis yah...."

Setelah itu Suya pergi membuka pintu, hanya saja saat dia melihat wajah orang yang berada di depan pintu, raut wajahnya langsung berubah.

Novel Terkait

Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu