Cantik Terlihat Jelek - Bab ke-357 Memperlakukan dengan baik

"Mulutnya lebih pemilih, yang dimasak oleh koki disini, tidak ada yang dia suka."

Mia melihat Misao sekilas, "Beritahu aku apa yang harus aku kerjakan? Memasak tidak ada didalam daftar pekerjaanku."

Misao mengerutkan dahi, suaranya terdengar lebih rendah beberapa oktaf, "Untuk umum tidak ada, tetapi secara pribadi, kakak ipar sebagai seorang istri, bukankah sudah semestinya?"

Kakak ipar? Istri? Mia tersenyum dingin, baru saja ingin menolak, mendadak mengingat sesuatu, dia tersenyum, "Masakanku, belum tentu cocok dengan selera dia, lagipula, apakah disini ada tempat memasak?"

"Kamar Direktur Mo ada dapur, pasar ada disebelah hotel, kakak ipar perlu apa, apa perlu aku belikan?"

Melihat dia yang penuh perhatian, Mia mengedip-edipkan matanya, "Dia memberikanmu gaji berapa selama setahun? Kenapa kamu bekerja dengan sepenuh hati?"

Misao agak canggung, memegang ujung hidungnya, "Secara formal dia adalah bos, secara pribadi, adalah saudara, sudah semestinya."

Mia memutar kepalanya, "Aku yang pergi beli, berikan nomor kamar kepadaku."

Melihat dia membalikkan badan, mata Misao tersenyum, "Kakak ipar, mulut Mohan memang kasar, tetapi hatinya tidak jahat."

Wanita itu menggetarkankan bahunya, Oh tidak jahat? Mungkin menurutmu itu adalah hal indah, tapi itu sebenarnya tidak seindah itu...

Mohan kembali ke hotel dan langsung masuk ke kamar, tubuhnya yang lelah membuat dia tampak tidak berdaya.

Tidak lama dia tertidur, dan saat dia terbangun, aroma sayur diseluruh ruangan, membuat dia langsung terbangun.

Dia menaikkan alisnya, membangkitkan badan dengan keraguan, membuka pintu, dapur disalah satu bagian dikamar, didalam kaca transparan tersebut, seorang wanita yang memakai sepatu hak tinggi, rambut panjang yang diikat keatas, dan pinggang yang tampak jelas.

Suara potongan sayur yang terampil menunjukkan kehkamulan orang yang memasak tersebut.

"Mohan, kakak ipar tahu bahwa kamu belum makan, sengaja membeli sayur dan memasak disini." Dari luar Misao membawa sebotol cuka kedalam, melihat Mohan, dan berkata.

Mohan menatapnya, "Kamu semakin berani ya? Sudah pkamui membuat keputusan sendiri?"

Misao menghirup napas dalam-dalam, menggaruk kepala, "Aku mengantar cuka kedalam untuk kakak ipar."

"Kakak ipar, cuka sudah dibeli."

Terhadap perlakuan baik yang terlihat jelas dilakukan oleh Misao kepadanya, ada beberapa hal yang dia tidak mengerti, dulu, jelas-jelas dia sangat dingin terhadap dirinya sendiri, setidaknya tidak ada rasa suka, tetapi, tidak peduli dengan alasan apapun, tidak menyusahkan dia, sudah lebih dari cukup.

Dan juga jika dia perlu bantuan dari Misao, untuk membuat Mohan “Suka”, akan lebih mudah lagi.

"Misao, tolong ambil nasinya dulu, diamkan sejenak, dan kamu beritahu dia bahwa kuah itu diminum terlebih dahulu sebelum makan, jika tidak lambung tidak akan nyaman." Orang telah memperlakukan dengan baik, Mia juga tidak boleh diam saja, jadi, panggilan asisten Misao juga diganti menjadi Misao.

"Baik, kakak ipar, bagaimanapun tetap kamu yang paling mengerti Mohan, beberapa jenis masakan yang kamu buat, adalah makanan kesukaan dia."

Mia mengaitkan bibirnya sedikit, sambil menganggukkan kepala, mengeluarkan sayur terakhir di panci, mengangkat tangan dan melepas celemek, "Sudah selesai, kamu panggil dia untuk makan, aku turun dulu."

"Kakak ipar, sebenarnya......"

“Jangan sampai dia tahu kalau aku yang masak, jika sampai dia tahu, aku takut dia akan merasa jijik." Setelah berkata, dia mengambil tasnya, membalikkan badan dan pergi.

Dari awal hingga akhir, dia sama sekali tidak sadar, Mohan ada disamping depan pintu kamar.

Melihat bayangan yang perlahan berjalan jauh, tatapan mata Mohan semakin terbenam.

"Sudah, cepat keluar untuk makan. Sepertinya enak, aroma masakan yang sempurna, benar-benar diluar dugaan, wanita cantik bisa memasak dengan baik."

"Apa keuntungan yang dia beri ke kamu? Kenapa kamu sangat memujanya?" Sepasang tangannya diselipkan kedalam saku celananya, berjalan dari dalam keluar, matanya tertuju ke masakan diatas meja, sembari menyindir.

Misao menaikkan alisnya, mengetuk meja menggunakan sumpit, "Apa kamu tidak punya rasa simpati? Aku berbuat begitu bukan demi kamu kah? Dia tidak ada uang, aku juga tidak bisa menjadi pembohong, apa keuntunganku? Apalagi kalau bukan ingin melihat orang bisa dengan ikhlas membuatkan makanan untukmu selama beberapa hari?

"Kamu yakin aku bisa memakan masakan dia?"

"Kamu lihat dirimu ini, angkuh, selalu berkomentar tentang dia, jangan-jangan kamu juga ada komentar tentang lambungmu?" Sambil berkata, dia menarik Mohan, "Sudah tidak makan beberapa waktu, kedepannya kamu benar ingin keluar membawa koki?"

Mohan tidak berkata, mengangkat sumpit dan bersiap-siap untuk makan.

"Tunggu, minum kuah dulu, jagalah lambungmu."

Mohan menatap nya sejenak, "Cocok jadi pengkhianat ya?"

"Kamu memfitnah aku."

Di sisi ini dia masih mengangkat mangkok dan meminum kuah itu dengan baik, rasa yang membuat Mohan berasa nyaman sehingga mengerutkan dahinya, terasa nyaman dari biasanya.

Ketika melihatnya tidak berkata apapun, Misao tahu keputusan ini, tidak salah.

Setelah makan, raut muka Mohan terlihat lebih baik daripada sebelumnya, tidak terlihat pucat lemas lagi.

"Tambahkan uang untuk dia, selanjutnya biarkan dia bertanggung jawab untuk memasak selama beberapa hari ini.

Wajah Misao langsung kaku,mengerutkan dahinya sambil melihat Mohan, mohon maaf apa kamu punya kecerdasan emosional? kalau kamu benar berkata seperti itu, aku berani jamin dia pasti tidak akan mempedulikanmu lagi.

"Bukankah begitu? Atau sampai mau aku memohon kepadanya?"

"Itu tidak mungkin, aku yang mohon, aku yang mohon, ok kan?" Selesai berbicara Misao menggelengkan kepalanya, masuk kedalam dapur mengambil semangkok nasi untuk dirinya sendiri.

Mohan mengingatkannya, "Bukannya dimalam hari kamu sudah tidak makan lagi?"

Misao menghirup napas, "Aku mohon sekali ini, makan pinggiran piring saja tidak boleh?"

Keesokan pagi

Hari yang masih sangat pagi Misao pergi mengetuk kamar Mia

Mia baru saja bangun, dengan mata sayu melihat sekilas, membuka pintu, "Ada apa?"

Misao dengan rasa tidak enak sambil memegang kepalanya, tidak biasanya menunjukkan dirinya yang seperti ini pada usianya saat ini.

"Sarapan, bisa dibuat?" Dia merasa disulitkan, sambil menunjuk ke arah atap, "Dia tidak mau makan......"

Mia mengerutkan dahi, "Kamu sudah bilang ke dia kalau aku yang masak?"

Mata Misao bersinar sejenak, "Dia memang sudah tahu dari awal."

Mia terdiam sejenak, "Baiklah, kamu beli sedikit jagung, beras, dan tepung, aku beberes sebentar dan naik keatas."

"Baik..." Misao mengira Mia akan menyulitkan dirinya, tidak disangka dia mengiyakan dengan santai, saat itu, dia menghela napas lega.

"Kamu tunggu." Mia memberhentikan dia.

"Ada apa?"

"Kamu suka makan apa, bisa kamu beli juga, nanti aku bantu masak."

"Aku, juga ada bagian?"

Mia tersenyum hehe, "Tidak makan juga mengurangi kerjaanku."

Dan pada akhirnya, Mia membuat sedikit mie goreng, merebus sedikit jagung, kemudian memasak sedikit bubur.

Melihat dia sangat sibuk di dalam dapur, Misao menyandar di samping pintu, dan berkata tanpa alasan: "Sebenarnya, dia tidak sejelek yang kamu bayangkan kan? Apa saja bisa dilakukan, hkamul dalam memasak, mandiri, keahlian yang bagus, sifat yang baik, lihat......"

Kalimat selanjutnya yang tersisa, ketika menerima tatapan mata dari Mohan, dia membangkitkan dirinya, "Aku akan membereskan dokumen yang akan digunakan nanti."

Setelah Mia selesai membuat sarapan, Mohan bersandar disamping meja makan, sepasang tangan yang ditempelkan dilingkarkan di dada, tatapan mata menatap Mia dengan sangat dalam.

Novel Terkait

Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
3 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu