Cantik Terlihat Jelek - Bab 164 Kamu Tidak Pantas Dengan Dirinya!

Dia mendongak lalu memasukkan sepotong salmon ke dalam mulutnya, setelah itu dia baru melihat wanita yang ada di depannya, dia adalah wanita yang ditemuinya saat berada di resort sore ini.

Dia mengganti bajunya dengan gaun malam hitam ketat yang memperlihatkan pinggangnya, bahannya terbuat dari kulit.

Sesungguhnya biasanya jika ada wanita yang memakai pakaian yang seperti ini, dia akan terlihat vulgar, tetapi wanita ini malah terlihat keren.

Cantik, dia memuji wanita itu di dalam hatinya.

Tetapi jika pandangan merendahkan di matanya itu bisa dihapuskan maka akan lebih cantik lagi.

"Halo." dia tersenyum kepadanya, sama sekali tidak merasa kesal, biar bagaimanapun juga, jika dilihat secara objektif, dia adalah pihak ketiga, dengan dia mengikuti Devan muncul di acara seperti ini, dia memang terlihat sedikit tidak tahu malu, memang seharusnya direndahkan oleh orang lain.

Tetapi, tolong ya! Kamu bukan aku, kamu juga bukan Devan, kenapa kamu mengurusi urusan kami?

"Kamu tidak pantas untuknya!" wanita itu duduk di depannya dan berkata dengan terus terang.

Clover diam-diam merasa senang, dia malah merasa kalau dia sangat menyukai sikapnya yang seperti ini, setidaknya lebih menyenangkan dibandingkan dengan Gabriel yang di depan berkata apa, di belakangnya berkata yang lain lagi.

Dia memasukkan satu potong salmon lagi ke dalam mulutnya, lalu baru mendongak dan bertatapan dengan wanita itu, tetapi dia malah berkata : "Nama saya Clover, nona siapa nama anda?"

"Jana Yuyu."

Sederhana dan terus terang.

Clover menganggukkan kepalanya, dia meletakkan peralatan makan yang ada di tangannya lalu tersenyum, "Nona Jana berkata kalau aku tidak pantas untuknya, nya di sini apakah menunjuk kepada Devanku?"

Begitu dia mengucapkan hal ini, Clover langsung merasa bulu kuduk yang ada di tangannya berdiri semua.

Devanku? Dia tidak tahu jika pria itu mendengarnya, apa yang akan dia rasakan?

Dia berpikir, pasti dia akan tersenyum lalu memeluk pinggangnya dan memanggilnya Cloverku?

Sudut bibirnya tanpa sadar membentuk senyuman.

Sebenarnya Jana tadi sudah menilai wanita ini cukup lama, kecuali dia sangat cantik, selain itu dia benar-benar tidak tahu apa yang istimewa dari wanita ini yang membuatnya pantas untuk Devan.

Dia juga tidak habis pikir, sebenarnya apa yang Devan lihat dari wanita ini?

Selain itu saat dia melihatnya berbicara seperti ini, dia semakin meremehkannya.

"Nona Clover, apakah anda tidak merasa sebagai seorang pelakor, anda malah bersikap sombong seperti ini adalah hal yang keterlaluan?"

Clover menganggukkan kepalanya dan memgambil gelas yang ada di atas meja lalu menyesap jus jeruknya sambil menganggukkan kepalanya berkali-kali, "Pelakor? Iya, memang agak sedikit keterlaluan, aku juga sudah bilang tidak mau terlalu terang-terangan seperti ini, tetapi....Devanku berkata kalau aku harus datang, gimana dong?"

Dia berkata Devanku sekali lagi, kali ini saat dia mengucapkannya, dia merasa jauh lebih mudah diucapkan.

Raut wajah Jana semakin muram, tiba-tiba dia berdiri dan menunduk, matanya menatap Clover dengan tajam, "Gairah akan mendingin, kecantikan akan memudar, nona Clover merasa memiliki apa yang pantas untuk dibanggakan?"

Clover mengulang perkataannya tadi di dalam hatinya, gairah akan mendingin, kecantikan akan memudar.

Benar, perkataan ini tidak salah! Tetapi nona, yang Devanku cintai justru bukan "kecantikannya", kamu salah besar!

Begitu dia berpikir seperti ini, wajahnya terlihat semakin bangga, suasana hatinya menjadi sangat baik.

Saat ini kebetulan dia melihat Devan berjalan ke arahnya.

Dia mengisyaratkan sesuatu kepada Jana dengan menggunakan dagunya, mengingatkannya kalau Devan sudah datang.

Seperti yang sudah diduga, dia melihat wanita di depannya ini menahan dirinya.

"Apa yang sedang kalian bicarakan?" Setelah Devan datang kesana, dia secara alami jalan ke samping Clover, matanya menatap Clover dengan lembut sambil bertanya kepadanya.

"Aku...." Jana ingin mengucapkan sesuatu.

Clover malah berkata lebih dulu : "Tidak apa-apa, Nona Jana hanya sedang memuji kemampuanku cukup hebat karena bisa mendapatkan pria yang begitu hebat sepertimu." setelah itu dia sengaja memberikan jus jeruk yang tadi sudah diminumnya kepada Devan, "Mau minum tidak, ini baru diperas, sangat segar."

Devan tersenyum dan secara alami mengambilnya lalu meminumnya seteguk, dia mengerutkan alisnya "Kamu jangan minum terlalu banyak, ini agak sedikit dingin."

"Kamu juga, bukannya waktu itu lambungmu terluka?" sambil berbicara, dia mengambil gelas yang ada di tangan Devan, "Anggur merah sangat kuat, mulai saat ini kamu tidak boleh minum terlalu banyak." nada bicaranya terdengar manja dan penuh perhatian.

Devan menganggukkan kepalanya dan mengelus kepala Clover, "Baik, aku mendengarkanmu, nanti aku minum sedikit saja."

Mereka berdua memperlihatkan kemesraan mereka bagaikan tidak ada siapapun di sana, sedangkan Devan dari semenjak dia datang kesana, dia bahkan tidak meliriknya sama sekali, membuat Jana akhirnya tidak bisa mempertahankan senyuman yang dari tadi dipaksakannya.

"Direktur Devan, mengenai sebidang tanah yang ada di kota Nan, aku dengar-dengar kamu menginginkannya?"

Saat Devan mendengarnya, barulah dia menoleh dan menatap Jana, dia mengerutkan alisnya dan mengangguk, "Iya, perusahaanku harus mendapatkan tanah itu."

Jana merapatkan bibirnya dan menunduk, bagaikan sedang memikirkan sesuatu, tidak lama kemudian dia mendongak dan menatap Devan, "Apakah kamu tertarik dengan harga awalnya?"

Setelah itu dia melihat ke arah Clover, maksudnya adalah, kali ini kamu merasa bodoh bukan? Mereka sedang membicarakan masalah pekerjaan, kamu tidak tahu bagaimana caranya ikut dalam pembicaraan bukan?

Clover mengetahui maksud pandangan Jana kepadanya, seketika dia merasa kalau wanita ini sangat lucu.

Devan adalah seorang pengusaha, berhubungan dengan wanita adalah hal yang biasa, membicarakan pekerjaan adalah hal yang lebih biasa lagi.

Jika dia harus marah setiap kali dia berbicara dengan wanita lain, maka Devan tidak pantas menerima pengorbanannya yang begitu banyak untuknya.

Dia tertawa dingin di dalam hatinya, baiklah, karena kamu sangat ingin berbicara dengan Devannya, maka dia akan memberikan tempat untuknya.

Setelah itu dia berdiri dan menarik lengan Devan, "Karena kalian sedang membicarakan masalah pekerjaan, maka ngobrolnya sambil duduk saja."

Setelah Devan duduk, pertama-tama Clover melihat Jana, lalu akhirnya dia menatap Devan, "Devan, aku pergi mencari makanan yang enak, kalian ngobrol saja dulu, nanti agak malaman aku kemari lagi untuk mencarimu."

Selesai bicara dia langsung berbalik dan pergi tanpa ragu sama sekali.

Jana tanpa sadar sedikit membuka mulutnya, sikap wanita ini membuat dia merasa kaget.

Dia mengira kalau dia akan bersikap kekananak-kanakan dengan ngambek atau cemburu kepadanya....

Clover merasa hari ini, di resort ini, pasti sudah mengeluarkan uang yang sangat banyak, berbagai jenis makanan laut ini benar-benar sangat segar.

Dia sebenarnya bisa dibilang tidak terlalu tertarik kepada jalan-jalan maupun pakaian, terhadap tas-tas bermerek yang disukai oleh banyak wanitapun dia juga selalu beranggapan kalau itu bukan hal yang harus dimilikinya, dia selalu merasa kalau barang-barang itu terlalu mencolok.

Itu bertentangan dengan nilai-nilai yang biasa dianutnya, tetapi dia sangat tertarik kepada kuliner.

Setelah tinggal di luar negeri beberapa tahun dan kehidupan ekonominya sedikit membaik, dia bisa dibilang sudah mencoba banyak makanan enak, dia juga sudah melakukan beberapa penelitian terhadap makanan, hanya saja uangnya terbatas, sering kali dia juga hanya melihat saja, tidak rela untuk mengeluarkan uang sebanyak itu untuk makan.

Jadi? Saat ini di depan makanan enak, soal Devan dan Jana yang masih sedang mengobrol sudah dilupakan olehnya sejak tadi.

Tentu saja, dia juga percaya kepada Devan.

Jika dia memang bisa dengan begitu mudahnya pindah ke lain hati, dia pasti sudah pindah banyak kali dalam waktu 4 tahun belakangan ini, untuk apa masih menunggunya selama ini?

Dia sangat percaya kalau Devannya bukan orang yang hanya melihat kulit luarnya saja.

Dia juga percaya kalau mereka seumur hidup akan terus bersama.

Tiba-tiba lampu dimatikan.

Seluruh ruangan menjadi sangat gelap, dia bahkan tidak bisa melihat tangannya sendiri.

Novel Terkait

The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu