Cantik Terlihat Jelek - Bab 172 Kebenaran Yang Kejam

"Devan, kakek bisa melihat kamu benar benar menyukai Clover" Berkata sampai sini, kakek memijat dahinya dan berhenti beberapa saat sebelum lanjut berkata, "Tetapi, kalau suatu hari kamu harus memilih satu antara ayahmu dan Clover, kamu akan pilih siapa?"

"Kakek, anda bisa berkata dengan terus terang saja" Devan berkata, sebenarnya pada saat mencari kembali Clover kemarin, Devan sudah menebak pasti ada sesuatu pada saat di ruang baca ayahnya, tetapi Devan tidak bisa buat apa-apa juga karena ayahnya tidak mau berkata tentang itu.

"Kamu jawab pertanyaanku dulu, kalau suatu hari kamu harus memilih satu antara mereka, apa yang akan kamu lakukan?" Kakek sangat keras kepala.

Devan menekan rasa risau di dalam hatinya dan menatap ke pria tua di depannya, "Clover adalah ibu dari anakku, dia juga adalah kekasihku yang sama penting dengan ayahku"

Mendengar kata-kata itu, ekspresi kakek menjagi agak lega, dia terus menatap ke Devan beberapa saat.

"Ayahmu membunuh ayah Clover" Nada suara kakek sangat tenang, tetapi di dalam tatapannya berisi sakit hati dan tidak daya.

Meskipun Devan sudah mempersiapkan mentalnya, dia tetap merasa sangat kaget. Selama beberapa menit itu, dia menatap kakek dengan otak yang kosong.

Tenggorokan Devan bergerak dengan emosi, kedua tangannya dilipat menjadi sebuah tinju dan suara tulang terdengar karena Devan menggengam tangannya sendiri dengan erat.

Akhirnya Devan tahu mengapa Ayah Gabriel begitu berani, dia pasti sudah menyangka kakek tidak berani melakukan apa-apa terhadapnya.

Karena kalau Clover tahu tentang masalah ini, hubungan antara mereka akan hancur.

Hati Devan terasa sakit seperti ditembak oleh beribu-ribu panah ketika dia berpikir suatu hari dia mungkin bisa kehilangan Clover.

Pantas Ayah bisa menyetujui permintaan Ayah Gabriel yang tidak masuk akal itu...... Pantas Gabriel berani membohongi dia, ternyata mereka memiliki kelemahan Ayah Devan.

"Kakek.... jangan beritahu Clover" Pada detik itu, Devan merasa berkata saja memerlukan tenaga yang sangat besar.

Kakek menghela sebuah nafas dengan suara rendah dan berdiri, setelah bertatapan dengan paman, kakek menepuk bahu Devan, "Kalau ada waktu, kamu boleh berbicara kondisi tentang waktu itu bersama ayahmu, bisa jadi kondisinya tidak seburuk yang kita pikirkan"

Pada saat Clover bangun, waktu sudah malam, rasa sakit di bagian belakang kepalanya mengingatkan Clover kejadian siang tadi bukan sebuah khayalan.

Setelah membuka mata, Clover melihat Devan berdiri di samping tempat tidur, tidak bergerak dan terus melihatnya.

"Kamu........Kenapa kamu terus melihat aku?" Clover merasa sedikit malu.

Devan menghirup sebuah nafas dan kembalikan dirinya ke realitas, "Apakah kamu sudah lapar? Aku akan pergi mengambil makanan untukmu"

Melihat Devan mau pergi, Clover menjadi cemas, "Dimana kakek dan pamanku?"

"Mereka sudah pulang"

"Kakakku dan Ayah Gabriel? Lalu, kenapa aku bisa tiba-tiba pingsan tadi siang?" Clover memegang bagian belakang kepalanya, "Aku merasa seperti ada yang memukul aku sampai pingsan, kepalaku sakit”

Devan melamun sejenak, merasa sedikit bersalah, dia berbisik kepada Clover, "Aku sudah menyuruh dokter datang memeriksa kamu, katanya gula darahmu terlalu rendah, kamu......... itumu sudah datang, apakah kamu tidak tahu?"

Setelah itu, Devan menambah : "Kakek dan pamanmu membawa Ayah Gabriel pergi, kakakmu masih di rumah kita, tenang saja"

Clover mengangguk, dia menarik selimutnya dan melihat ke bawah dengan wajah memerah ketika dia mengerti kata-kata Devan, "Siapa.... siapa yang membantu aku memakai... itu ?"

Suara lembut Devan berkata, "Kamu ingin siapa yang membantu kamu?"

Wajah Clover semakin memerah dan dia menutupi wajahnya dengan selimut, "Kamu.... mengapa kamu bisa membantu aku memakai itu?"

Devan tidak menjawab dia, Clover melamun sejenak dan diam-diam menarik selimutnya turun, setelah itu Clover melihat Devan membawa semangkuk makanan dari luar.

"Cepat bangun dan makan ini, tubuhmu memang sudah lemah biasanya" Clover menoleh ke Devan dan melihat semangkuk makanan yang hitam berada di atas meja, alisnya mengerut, "Itu apa?"

"Ayo, makan dulu baru tidur"

Clover tidak tahu apakah dirinya yang salah, dia merasa nada suara Devan sedikit aneh, seperti menjadi lebih lembut daripada dulu.

Pada saat makan sampai setengah, Clover tiba-tiba mengingat sesuatu, "Oh iya, apakah kakekku ada berhasil menanyakan apa tadi? Apa yang terjadi?"

Devan mengambil sendok yang dipegang Clover, dia mengisi mangkuk dengan penuh dan menjawab dengan tenang : "Tidak berhasil menanyakan apa pun, jadi kakek dan paman membawa dia pulang, sini, buka mulut........"

"Aku bisa makan sendiri, tidak perlu kamu suap" Clover ingin mengambil kembali sendok yang dipegang Devan, tetapi Devan memegang sendok itu dengan kuat sampai jari-jarinya menjadi warna putih.

"Aku harus lebih baik kepadamu, baik sampai suatu hari kamu tidak tega meninggalkanku" Devan tidak sengaja mengucapkan kata-kata hatinya.

Kemudian Devan melihat Clover dengan gugup.

Clover menutupi mulutnya sambil tertawa, "Aku mana tega meninggalkan kamu? Kamu kaya, tampan dan baik kepadaku, kemana cari pria seperti kamu?" Setelah berkata, Clover memiringkan kepalanya dan mencium bibir Devan.

Devan yang sempat bereaksi langsung menekan bagian belakang kepala Clover untuk meneruskan ciuman itu.

Clover, kalau suatu hari itu benar-benar datang, aku minta tolong kamu bisa pikirkan tentang kebaikanku.

Ingatan Devan kembali ke telpon bersama ayahnya satu jam lalu.

*********

"Ayah, apakah kamu benar-benar membunuh ayah Clover?"

Ayah Devan tidak bersuara pada waktu yang sangat lama, di dalam hati Devan memancarkan sebuah harapan, pada dia berharap ayahnya menjawab itu hanya sebuah salah paham, ayahnya berkata, "Iya, kamu bisa menganggap begitu"

**********

"Devan, aku sangat tidak ingin kamu pulang ke dalam negeri" Sambil berkata, Clover ingin mengambil mangkuk yang di pegang Devan untuk meletaknya di atas meja, tetapi Clover menyadari Devan memegang mangkuk itu dengan kuat.

Clover merasa sedikit ragu, Devan hari ini jelas kondisinysa ada yang berbeda.

Clover mendorong Devan, "Devan, apakah kamu ada sesuatu tidak memberi tahu aku? Mengapa kamu terus melamun?"

Devan yang kembali ke realitas mengelus kepala Clover dan tersenyum dengan ringan, "Aku sedang berpikir, tanpa kamu, nanti aku pulang tiap malam tidak bisa tidur bagaimana?"

Sudut mulut Clover terangkat dengan cantik, dia bangun dan berlutut di atas tempat tidur sebelum melingkari leher Devan, "Atau tidak, aku berhenti bekerja saja, aku pulang menjadi nyonya Ningga milikmu dan menjadi seorang ibu rumah tangga yang menjaga suami dan mendidik anak, bagaimana?"

Pada detik itu, Clover benar-benar berpikir seperti itu.

Mendengar kata-kata Clover, Devan menggelengkan kepalanya, dia memegang pipi Clover dan berkata dengan serius : "Clover, aku tidak berharap kamu meletakkan semua perhatianmu di aku dan anak kita, kamu bisa mempunyai mimpi dan karier sendiri" Kalau begitu, meskipun kamu tidak mau aku lagi suatu hari, kamu tidak akan mati hanya karena tidak ada aku di sisimu, Devan menambah di dalam hatinya.

Clover melamun sejenak, "Devan, apakah aku menyelamatkan dunia pada saat kehidupanku sebelumnya? Kalau tidak mengapa aku bisa bertemu dengan pria yang baik seperti kamu?" Clover bercanda.

Tetapi Devan tidak bisa tertawa, Clover, kalau suatu hari kamu tahu pria yang kamu merasa baik ini adalah anak dari orang yang membunuh ayahmu, apakah kamu masih bisa merasa kamu menyelamatkan dunia pada kehidupan lalu?

Hati Devan, sangat sakit!

Novel Terkait

My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu