Cantik Terlihat Jelek - Bab 234 Celaka

Melihat Suya yang menatapnya, Mikasa memegang kepalanya sendiri dan menjelaskan dengan wajah merah, "Itu......itu, bukannya kita sudah menikah? Kalau begitu bukannya memang harus tunggu dia?"

Melihat wajah Mikasa yang memiliki ekspresi bahagia yang tidak bisa disembunyikan, keinginan Suya mau memberi tahu Mikasa kebenaran langsung menghilang......

Begitu saja, asalkan dia bahagia, apa aja boleh!

Meskipun Suya tidak mengerti mengapa Gary begitu, tetapi Suya percaya Gary tidak akan melukai Mikasa, karena Mikasa tidak memiliki apa-apa yang bisa Gary ambil darinya, selain orang Mikasa, asal Mikasa sendiri mau, Suya tidak ada pendapat lain.

"Iya, memang harus begitu, tetapi Mikasa, kamu sekarang di kondisi amnesia, kamu yakin masih mau tinggal bersamanya? Kalau suatu hari ingatan kamu kembali dan kamu sadar ternyata semua ini bukan seperti yang kamu pikirkan, kamu..........."

"Yang penting, aku tidak akan menyesal, lagipula..........." Mikasa tertawa dengan wajah canggung, "Lagipula, tidur sama dia, yang rugi bukan aku juga kan?" Setelah itu, Mikasa mulai membereskan piring di atas meja dengan sudut mulut terangkat, bisa di lihat kebahagiaan Mikasa dari sekarang itu tulus dari hati.

Suya menyadari kegilaan Mikasa terhadap Gary pada saat usia 21 tahun itu merubah kesan Suya terhadap Mikasa secara total, Suya benar-benar tidak tahu harus berkata......

"Kak", Setelah turun dari pesawat, Clover langsung melihat Gary dengan kedua tangannya di dalam saku.

Gary maju ke depan dan menarik Clover dari pelukan Devan, "Aku bawa dia tinggal dulu ke tempatku, tunggu kamu disana sudah selesai urusan, kamu baru kasih tahu aku, aku baru antar dia pergi"

Devan memutar balik badan dan memeluk Clover, "Nanti aku antar Simon dan Momo ke kamu disana"

Di tatapan Clover ada kecewa yang jelas, Clover tahu Devan bertingkah seperti ini karena bagian keluarganya sana masih tidak mau lepas tangan terhadap dirinya.

"Baik, kalau begitu aku ke sana dulu, kamu bawa mobil hati-hati"

Di sepanjang jalan, Gary tidak berkata banyak karena dia bisa melihat suasana hati Clover sedang buruk, setelah sampai di tempat parkir, Gary baru bersuara, "Clover, kakak sudah menikah"

Clover mengerutkan alisnya dan menoleh ke Gary dengan kaget, "Kak, kamu bilang apa? Kamu sudah menikah? Sama siapa? Kapan......."

"Turun dulu, kita berbicara nanti sambil jalan!" Gary berkata sambil parkir mobil.

Karena masalah ini, suasana hati Clover yang buruk menjadi membaik, dia merasa terlalu kaget, dirinya baru pergi berapa lama.....

Gary berjalan di depan, Clover berjalan di belakang, baru jalan beberapa langkah, Clover langsung berlari ke depan dan menarik Gary : "Kak, kamu jangan bersikap begitu sembarangan terhadap pernikahan, ini mempengaruhi orang yang kamu akan bersamanya selama hidup! Paling tidak kamu juga harus mencari tahu personalitas, latar keluarga orang itu dan lain-lain....."

Gary menoleh ke Clover, "Sebenarnya dia sudah menyukai aku selama 7 tahun, dia pernah menolong aku, ayahnya baru saja meninggal, ibu dan adiknya sudah meninggalkan dia dari dulu......"

Selanjutnya, mereka berdua berdiri di sana dan Gary mulai sekedar menceritakan masalah dia dan Mikasa kepada Clover.

"Kamu, kamu bilang dia amnesia? Kak, orang itu amnesia, kamu menikahi dia di bawah kondisi seperti itu, apakah kamu tidak merasa kamu seperti sedikit membohongi?" Clover mengerutkan alisnya kepada Gary.

Jari Gary yang panjang memegang dahinya sendiri, Clover yang jarang-jarang melihat ekspresi Gary yang malu langsung menutupi mulutnya dan tertawa, "Kak, berarti kamu juga jatuh cinta kepadanya kan?" Makanya baru bisa 'mencuri pada saat kebakaran' dan menggunakan cara seperti itu untuk memiliki dia.

Tatapan Gary memancarkan kebahagiaan yang tidak bisa disembunyikan, Clover merasa sejak dia mengenal kakaknya, hari ini adalah hari Clover melihat paling banyak perubahan ekspresi Gary, hati Clover merasa lembut, "Ayo, bawa aku pergi lihat kakak iparku orang itu bagaimana?"

Pada saat Mikasa dan Suya muncul di depan Clover, Clover menunjuk ke Mikasa, "Kak, kakak ipar yang kamu bilang itu dia kan?"

Gary mengerutkan alisnya dan mulai tertawa, "Mengapa kamu bisa begitu pasti?" Mikasa pada saat ini memakai baju olahraga, rambutnya diikat seperti ekor kuda dan tubuhnya sedikit gemuk, penampilannya sangat biasa, berbeda dengan Suya yang berada di sampingnya, dua wanita ini jelas memiliki perbedaan seperti tanah dan langit, menurut pemikiran orang normal, Gary juga termasuk orang luar biasa, bagaimana pun dia juga harus mencari istri seperti Suya.......

Tetapi Clover bisa melihat kesukaan, kebahagiaan, kekaguman dan cinta di dalam tatapan Mikasa dalam satu pandangan, ekspresi itu begitu familiar dan mirip dengan Clover yang berada di cermin, pada saat Clover sedang berpikir tentang Devan, bukannya ekspresinya juga seperti itu? Clover terlalu mengerti terhadap itu.

Clover merasa bahagia untuk kakaknya, dia mendapat cinta sejati.

Melihat wanita cantik di depannya memanggil dirinya kakak ipar, wajah Mikasa memerah, dia menundukkannya kepalanya dan tidak tahu harus bagaimana.

Suya tentu saja mengenal Clover, "Salam kenal, Nyonya Ningga, saya adalah teman baik Mikasa, Suya, aslimu lebih cantik daripada foto" Suya memuji dengan tulus.

Kemudian Suya menoleh ke Mikasa, "Buat apa masih melamun di sini, adik suamimu datang, cepat ambilkan dia sandal untuk ganti......."

Mikasa mengulangi kata-kata Suya : "Adik suami?"

Clover menutupi mulutnya dan mulai tertawa, "Tidak perlu tidak perlu, saya sendiri bisa kok, Kak, istrimu ini benar-benar imut"

Sambil berkata, Clover mengambil sandal dari lemari sepatu dan mulai menggantinya, melihat Mikasa yang masih tidak nyaman, Clover maju dan memegang tangan Mikasa dan Suya, "Nama saya Clover, adik kembar Gary, sangat senang bisa berjumpa dengan kalian"

Keramahan Clover membuat Mikasa sedikit kaget, melihat aura dan cara berdandan Clover, tentu saja dia bisa tahu Clover bukanlah orang biasa, Clover selalu merasa orang kaya seperti mereka biasanya pasti sombong dan tinggi hati.

"Kakak ipar, kakakku tidak pandai berbicara, lain kali kalau dia membuat kamu merasa sakit hati, kamu beri tahu aku saja, aku bantu kamu memarahinya"

"Tidak perlu tidak perlu, dia, sangat baik terhadapku" Clover baru saja selesai berkata, Mikasa langsung sibuk melambaikan tangannya.

Gary yang sedang melihat Mikasa mengeluarkan sebuah batuk ringan, pada saat dia baru mau berbicara, bel pintu pun berdering.

Setelah pintu terbuka, dua bayangan tubuh langsung bergegas masuk, melihat Clover yang berada di ruang tamu, Momo langsung menangis dengan suara besar.

Sementara Simon hanya menatap Clover dair jarak jauh, Clover menyadari Simon lebih imut waktu dia kecil, semakin besar, dia menjadi semakin dingin.

Clover memeluk Momo di pelukannya, "Momo, apakah kamu kangen dengan mama?"

Momo mengembangkan mulutnya dan tidak berbicara, setelah beberapa saat dia baru bersuara, "Nona Clover, kalau lain kali kamu masih membiarkan aku sendiri, aku tidak akan menghalangi ayah untuk mencarikan ibu tiri untuk kami lagi"

"Ibu tiri?" Clover mengerutkan alisnya.

"Ma, sejak kamu tidak ada, ayah pulang sangat larut setiap hari, aku bilang dengan kakak ayah pasti pergi mencari ibu tiri untuk kami, Simon bahkan memukul aku" Sambil berkata, Momo melirik ke Simon dengan tidak senang.

Simon melihat Momo dengan wajah bodoh, "Mama, kamu jangan mendengar dia sembarangan berkata, karena kamu tidak ada di rumah, suasana hati papa sangat buruk, dia pergi minum bir bersama paman Dylan, lalu, aku tidak memukulnya.............."

"Kamu ada pukul, kamu menepuk pantatku dengan tanganmu"

Wajah Simon memerah, "Kalau kamu bilang aku ada pukul, lain kali aku akan memperkenalkan kepadamu apa itu pukulan yang asli.........."

"Woah........ ibu, kamu lihat dia..........."

Menambah dua anak, rumah langsung menjadi lebih ramai, Clover berdiri dan mengelus kepala Simon, "Simon, pada waktu mama tidak ada, kamu sudah kerja keras menjaga adikmu"

Clover mengerti Simon, personalitas dia mirip dengan Devan, ada banyak hal mereka tidak akan katakan melewati mulut, tetapi lewat tingkah lakunya.

Waktu-waktu ini, Momo pasti sering membuat dia sakit kepala.

Simon menggelengkan kepalanya, kemudian dia membuka mulutnya, setelah beberapa saat dia baru berkata, "Mama, ada satu hal, aku tetap ingin memberi tahu kamu"

Novel Terkait

Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu