Cantik Terlihat Jelek - Bab 549 Menyatakan Perasaan

"Mereka yang menelponmu?"

"Gurumu yang menelpon"

Hutu melamun sejenak, dia ingin bertanya kepada Raven mengapa dia bisa tahu guru Hutu itu siapa.

Sebelum Hutu sempat berbicara, pintu sudah terbuka, Elisa berjalan masuk dari luar dengan tisu dan barang keperluan sehari-hari lainnya di tangannya"

"Kamu kenapa datang?" Raven bertanya.

"Kamu seorang pria, aku takut kamu tidak bisa menjaganya secara penuh, setelah berpikir aku memutuskan untuk bergegas ke sini"

Sambil berkata, Elisa membungkukkan tubuhnya dan membuka bungkusan tisu kemudian meletaknya ke dala kotak, "Aku pergi isi sedikit air, biar bisa membantu kamu membersihkan tubuh"

Raven sibuk mengikuti Elisa, "Biarkan aku saja, kamu pulang saja"

Awalnya Hutu tidak merasa lukanya sakit, setelah melihat mereka berdua begitu, Hutu tiba-tiba merasa sangat kesakitan.

Dia memegang seprai tempat tidur denga erat dan bersuara dengan kesakitan tanpa sadar.

Hal ini sukses menarik kembali perhatian Raven.

Raven berputar balik badannya dengan alis yang agak mengerut, "Sakit?"

Hutu mengangguk, "Iya"

Sakit, hanya saja, bukannya yang sakit setelah menjalani operasi usus buntu adalah perut bagain bawah? Tetapi mengapa yang sakit adalah jantung Hutu ?

Setelah menyadari hal ini, Hutu ingin menampar dirinya, mengapa dirinya begitu tidak berguna?

Setelah mengetahui semua ini sudah berakhir, Hutu tetap tidak ingin menyerah.

"Sepertinya efek obat bius telah menghilang, tahan sebentar" Raven berkata.

Hutu memejamkan matanya dan berkata, "paman muda, kamu mengundang penjaga saja, besok kamu masih harus bekerja!"

Hutu tidak bisa menahan kalau Raven di sini.

Tangan Raven yang mau menutupi tubuh Hutu dengan selimut langsung berhenti bergerak, ekspresinya terlihat tenggelam, "Sudah saat seperti apa masih bersikap seperti anak kecil"

Anak kecil, anak kecil, Hutu paling benci orang mengatakan dia adalah anak kecil.

Hutu menarik selimut untuk menutupi kepalanya, dia merasa sangat frustrasi, tetapi tidak bisa menemukan cara untuk melampiaskan.

Penaikan emosinya membuat lukanya yang tidak terasa tiba-tiba merasa sangat sakit.

Hutu menarik tangannya yang berada di luar selimut ke dalam selimut, kemudian dia memegang perutnya dan megumpalkan tubuhnya menjadi sebuah bola.

Melihat kondisi ini, Raven langsung menekan tombol darurat.

Sambil menekan tombol, Raven sambil menarik selimut Hutu dan bertanya dengan cemas, "Lukamu sakit?"

Kalimat yang sederhana ini terlihat biasa saja.

Tetapi Hutu malah tiba-tiba menangis, semakin menangis, lukanya terasa semakin sakit dan dia pun menangis semakin sedih.

Ujung-ujungnya, Hutu sendiri juga tidak tahu, dia menangis itu karena lukanya sakit atau karena hatinya sakit.

Dokter datang memeriksa luka Hutu, kemudian dia pun berkata, "Perhatikan emosi pasien, jangan membuat dia mengalami emosi naik turun yang terlalu tinggi. Tinggalkan seorang untuk menjaga dia saja, sisanya bisa pulang dulu, semakin banyak orang di sini bisa meningkatkan resiko infeksi"

"Apa yang terjadi?" Elisa masuk dari luar dengan ember di tangannya, melihat dokter dan perawat mengelilingi Hutu, Elisa pun bertanya kepada Raven.

Raven melihat ke alis Hutu yang terus mengerut sejak dirinya muncul, tenggorokannya naik gerak turun dan tidak menjawab Elisa.

"Kamu pulang dulu saja, di sini ada aku sudah cukup"

Nada suara Raven sangat tenang, tetapi mencakupi penolakan yang jelas. Elisa melirik ke Raven dengan ekspresi yang sedikit marah, tetapi dia tidak berkata apa pun.

Elisa ingin menyapa Hutu dulu, tetapi pemikiran ini pun menghilang setelah dia melihat Hutu memejamkan matanya, akhirnya Elisa berputar balik badan dan meninggalkan tempat.

Pada saat suara pintu tutup berdering, hati Hutu pun berdetak dengan cepat lagi.

Seluruh ruangan hanya sisa dia dan Raven.

Hutu mendengar Raven menghela nafas panjang dengan lembut, selanjutnya dia mendengar suara memindahkan kursi.

Kemudian suara air.

Tubuh Hutu langsung menjadi tegang pada saat sebuah handuk yang hangat diletakkan ke wajahnya.

Hutu membuka matanya dan saling bertatapan dengan mata Raven, wajahnya memerah dan kata-katanya menjadi putus-putus, "Pa....paman ke..kecil, aku... aku bisa.... sendiri"

Sambil berkata, Hutu pun mengulurkan tangannya untuk memegang handuk.

Raven meliriknya dan berkata, "Baru saja operasi, jangan sembarang bergerak"

Tangan Hutu tegang di tengah udara, dia menatap ke Raven yang sedang memberishkan wajahnya dengna handuk, kemudian membersihkan lengan, telapak tangan...

Penampilan Raven yang menjilat bibir tipisnya benar-benar terlihat sangat tampan.

Pada detik itu, Hutu benar-benar sangat ingin menyentuh wajah Raven, benar-benar sangat ingin...

Jadi, Hutu pun melakukan hal itu.

Kulit wajah yang putih dan mulus bahkan lebih enak disentuh daripada kulit wajahnya sendiri, Hutu benar-benar tidak tahu bagaimana pria ini merawat kulitnya.

Tangan Hutu tiba-tiba ditahan.

Nada suara Raven menjadi semakin berat, "Apakah kamu tahu, apa yang sedang kamu lakukan?"

Raven bersikap jahat kepada Hutu, tetapi dia malah menoleh ke samping dan tidak mau melihatnya.

Hutu yang terkejut baru saja sadar apa yang dirinya lakukan tadi.

Hutu ingin menarik kembali tangannya, tetapi Raven malah memegangnya dengan erat.

"Pa....paman.. kecil" Suara Hutu bahkan menjadi gemetaran.

Raven menoleh ke Hutu dan menatapnya dengan tatapan dalam, setelah sangat lama dia baru berkata: "Masih tahu aku itu paman mudamu?"

Setelah berkata, Raven langsung mendorong tangan Hutu dan membelakanginya, kemudian dia memejamkan matanya dan menghabiskan banyak tenaga baru bisa menekan perasaan emosional di dalam hatinya.

Raven mengangkat kaki panjangnya ke luar ruangan untuk menenangkan diri.

Melihat Raven mau pergi, Hutu langsung menjadi cemas.

"paman muda, aku bukan anak keluarga Ningga, aku dan kamu tidak memiliki hubungan darah"

Hutu merasa dirinya benar-benar sudah sakit sampai tidak sadar diri, sampai dia berani mengatakan semua ini tanpa peduli.

Sementara Hutu sangat mengerti, kalau malam ini tidak berkata, bisa jadi tidak ada kesempatan lagi.

Hutu tidak bisa berbanding dan merebut dengan Elisa yang begitu luar biasa.

Jadi, anggapkan saja malam ini adalah penutupan kisah cinta pertamanya Hutu .

"Aku tahu kamu hanya menganggap aku sebagai keponakan, menganggap aku sebagai anak kecil, tetapi aku bukan, aku menyukai pa..."

"Diam!" Sebuah suara yang marah memotong Hutu untuk menyatakan perasaannya.

Suasana kamar hening sangat lama.

Setelah berputar balik badan, Raven baru menatap ke Hutu, pada saat itu dia baru menyadari Hutu sedang menangis dengan nada suara yang bergetar.

Hutu bukan anak abang kedua, Raven mengetahui hal ini dengan tidak hati-hati.

Waktu itu, kakek dan kakak ipar kedua sepertinya berantem karena masalah apa, kebetulan Raven pulang ke rumah pada saat itu dan orang rumah meminta dia untuk menenangkan mereka, Raven mengetahui hal ini pada saat berdiri di luar ruangan.

Setelah itu, tanpa sadar, perhatian Raven terhadap keponakan ini pun menjadi lebih banyak.

Pada awal masih kecil, Raven merasa Hutu kasihan, dijauhi oleh semua kerabat keluarga Ningga. Setelah berpikir tentang identitas dirinya, Raven merasa dirinya bisa mengerti perasaan Hutu .

Jadi, Raven yang biasanya tidak ingin peduli dengan masalha orang lain tidak menolak permintaan kakak ipar kedua pada saat makan bersama tahun baru, Raven berjanji mau mengajari Hutu PR.

Kemudian, masalah pun mengarah ke arah yang agak jauh, Raven yang biasanya selalu waspada bukan tidak menyadari perasaan spesial Hutu kepadanya.

Hanya saja, pada saat otaknya berpikir mau menolak, hatinya malah tidak bisa menolak pendekatan Hutu .

Perasaan ini adalah perasaan semacam apa? Dulu Raven tidak mengerti, dia selalu berpikir itu hanya kasih sayang, paling banyak hanya bisa dibilang cinta keluarga.

Sampai Elisa kembali.

Novel Terkait

Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu