Cantik Terlihat Jelek - Bab 25 Terjadi Sesuatu

Bab 25 Terjadi Sesuatu

Tepat ketika dia membalikkan badan mau pergi, pintu besar yang tebal itu ditarik dan terbuka dari dalam oleh seseorang yang mengeluarkan suara tidak senang, langsung saja dia membelokkan badan dan masuk ke kamar kosong di sebelahnya.

“Devan, sebentar lagi kita mau pergi makan-makan untuk merayakan penutupan perlombaan ini, kamu ikut yah, okay?” ujar Gabriel dengan nada suara yang lembut dan ada sedikit minta dimanja.

“Kalau aku pergi, aku takut mereka menjadi tidak leluasa, kalian saja deh yang pergi.” balas Devan datar.

Jelas terlihat Gabriel tidak senang terhadap penolakan Devan itu.

“Tapi, aku ingin kamu menemaniku pergi, ayo lah Devan.”

Perilaku Gabriel yang minta dimanja itu tetap tidak membuat Devan angkat tangan.

Hanya melihat Devan mengangkat tangannya dan melihat jam tangannya lalu berkata “Sudah, kamu pergi saja, besok kakek ulang tahun, aku nanti bisa atur orang untuk menjemputmu.”

“Acara besok punya yah besok, aku hari ini mau kamu menemaniku.” jawab wanita itu sambil menarik tangan Devan dan bersandar sepenuhnya ke badan laki-laki itu.

Saat ini, handphone Devan sepertinya berdering.

Hanya melihatnya menerima telpon dan menjawab “Halo, Simon, iya, baik, kamu tunggu di sana, aku sekarang ke sana.” Setelah menutup telpon, dia menarik keluar tangannya dari pelukan Gabriel, mengelus sebentar kepalanya dan berkata “Simon sedang menungguku, aku harus ke sana, malam ini kamu jangan main sampai terlalu malam yah.”

Usai berpesan, melangkahkan kakinya berjalan menuju pintu besar.

Selanjutnya, Sherin melihat dari celah-celah pintu, Gabriel terus memandangi Devan yang sudah pergi itu, lalu mengeluarkan sebuah boneka kecil berwana putih dari hand-bag-nya, menaruhnya di mulut dan dengan sekuat tenaga mencabik-cabiknya.

Terus mencabik-cabik hingga kepala dan badan boneka itu terpisah, dia baru menghelakan nafas dengan suara yang keras dan berhenti, melihat boneka itu sudah digigit sampai seperti itu, tawa yang jahat yang sangat menakutkan itu pun muncul.

Penampilan yang sangat menakutkan itu, tawa itu, membuat Sherin tidak bisa menahan diri dan tercengang sampai menghirup udara dingin.

Sherin menahan nafas, tangannya menutup mulutnya, raut wajahnya sangat ketakutan.

Setelah dia sudah baikan, saat dia menoleh untuk melihat kembali.

Wanita itu sudah kembali elegan seperti biasanya, ujung bibirnya ke atas. Secara tidak langsung dia menghubungkan perilaku wanita itu tadi menjadi satu.

Membuat Sherin tiba-tiba teringat pandangan jijik dan benci Simon terhadap wanita itu.

Apa mungkin sisinya yang seperti ini juga pernah terlihat oleh Simon?

Hatinya sangat kaget dan bimbang, wanita itu seperti ini, benar-benar sangat menakutkan. Dia, orang dewasa seperti ini melihatnya saja bisa menjadi takut apalagi anak kecil.

Berpikir sampai di sini, Sherin mulai khawatir akan Simon.

Walaupun dia tidak tahu, kebiasaan seperti apa Gabriel ini, tapi yang jelas, perilakuknya mencabik-cabik boneka itu adalah untuk melampiaskan kemarahan di hatinya.

Seorang wanita normal, kalau emosi, biasanya bisa menangis, marah, paling parah juga memukul.

Tingkahnya yang sangat terlatih itu, sangat jelas, ini sudah bukan yang pertama kalinya.

Memikirkan kepala boneka yang putus di tangan wanita itu.

Dia pun tidak bisa menahan diri untuk memikirkan Simon.

Wanita itu, kenapa mau mengigit boneka? Kenapa tidak mengigit benda lainnya?

Langsung membuat hatinya menjadi tidak tenang.

Hingga bayangan itu sudah pergi lama sekali, dia baru perlahan keluar dari kamar itu.

Ada bunyi getaran dari handphone-nya.

Dia mengambil dan melihatnya, kebetulan itu video call dari Simon.

Ketakutan yang tidak terduga itu, membuat Sherin mematikan panggilan itu.

“Simon, ada masalah apa?” tanya Sherin yang mengetik pesan dengan tangan gemetaran itu.

“Mama, besok adalah hari ulang tahun kakek buyut, aku ingin kamu menemaniku membeli kado, bisa tidak?”

“Papamu kemana?” Padahal baru saja Devan menerima telpon dari Simon.

“Papaku? Dia sibuk sekali, tidak ada waktu.”

Sherin mengerutkan dahi, sangat sibuk, tidak ada waktu? Jelas-jelas dia baru saja melihat Devan menerima telpon darinya, sepertinya dia juga sudah pergi menemui Simon.

Otaknya berpikir, dan dia sepertinya terpikir sesuatu, anak nakal ini ternyata masih belum putus asa juga?

“Simon, mama ada urusan, mungkin tidak bisa pergi. Kalau tidak kamu minta pak Hasan saja menemanimu.”

Selanjutnya pun tidak ada balasan lagi.

Sherin pikir dia sudah menyerah.

Terseyum-senyum, lalu memasukkan handphone-nya ke kantong, juga tidak berpikir banyak dan kembali ke ruang riasnya.

Di ruang rias itu hanya ada gadis bontet itu seorang, melihat Sherin masuk ia pun bertanya: “Sherin, kamu kenapa tidak ikutan makan-makan?”

Sherin meletakkan kotak peralatan make-up ke bawah meja, sambil tersenyum-senyum mengambil backpack-nya dan menjawab “Aku tidak suka tempat yang hiruk-pikuk seperti itu, kamu sendiri, kamu kenapa tidak pergi?” Dia pun bertanya balik.

“Aku? Pacarku sebentar lagi menjemputku jadi aku tidak ikut.” jawabnya, muka wanita itu dipenuhi dengan senyuman bahagia, membuat hatinya yang berat itu seketika menjadi lebih nyaman.

Gadis gendut ini sebenarnya tidak gemuk, hanya karena mukanya tembem jadi orang-orang pun memanggilnya gadis gendut.

Tidak hanya tidak gemuk, wajahnya juga cantik, body-nya juga bagus, sifatnya juga periang.

Mendengarnya mengatakan pacar, Sherin secara tidak langsung terpikir akan laki-laki yang kaya dan tampan.

“Apa kamu sudah mau jalan? Ayo kita sama-sama.” ujar Sherin yang hanya berbasa-basi bertanya, namun terlihat olehnya muka gadis itu langsung berubah.

Menggelengkan kepala, “Tidak perlu, aku di sini masih ada barang yang perlu dirapikan, kamu jalan dulu saja.”

Sherin menganggukkan kepala, setelah keluar dia merasa perutnya agak tidak enak, maka dia pun pergi lagi ke toilet.

Saat dia balik kembali, baru saja berjalan sampai pintu besar kantor, dia pun melihat gadis bontet itu dirangkul pinggangnya oleh seseorang yang botak licin masuk ke sebuah mobil mewah.

Dari penampilannya laki-laki botak licin itu, dia juga sudah pantas menjadi ayahnya.

Dari pantulan kaca mobil itu dia bahkan melihat laki-laki itu menindih tubuh gadis itu.

Karena takut terlihat oleh gadis itu, Sherin hanya melihat sebentar dan bersembunyi di belakang tiang.

Teringat senyuman bahagia yang muncul di muka gadis bontet itu tadi, hatinya pun bergejolak kembali.

Apakah semua orang itu di hadapan dan di belakang orang bisa mempunyai sisi yang berbeda?

Contohnya, Gabriel yang elegan dan mulia itu, juga bisa berprilaku aneh seperti itu.

Gadis bontet yang ceria dan polos, juga….. malah menjadi pacar gelap atau orang ketiga?

Handphone di kantongnya pun bergetar kembali.

Dia pikir itu dari Simon.

Tanpa melihat lagi, dia pun mengangkatnya.

“Simon…..”

“Kamu dimana?”

Devan? Sherin yang terkejut itu melihat handphone-nya, itu adalah nomor telpon tak dikenal.

“Devan, ada apa?”

“Kamu dimana?” tanya orang di telpon itu yang tidak juga menjawab pertanyaannya, malah bertanya pertanyaan yang sama kembali, suaranya juga terdengar sedikit serak dan gemetar.

“Siap-siap pulang kerja, kenapa?”

“Simon, kecelakaan, kamu cepat ke sini.”

Novel Terkait

 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu