Cantik Terlihat Jelek - Bab 154 Kebenaran Tentang Mengapa Clover Harus Menyembunyikan Penampilan Aslinya?

Ekspresi Devan terlihat berat.

"Kamu bukan anak Conan Liam"

Clover berdiri dan melihat Devan dengan mata membesar, "Kamu.. kamu bilang apa?"

"Berdasarkan dokumen yang aku cari, Conan Liam mengenal ibumu ketika dia liburan ke kota Seroja. Pada saat itu, kamu sudah berumur satu tahun...."

Kota Seroja memang merupakan sebuah kota wisata. Jadi, Conan Liam pergi ke sana. Yuta juga pergi ke sana......

Tetapi...

Jika Clover bukan anak Conan Liam, maka dia adalah anak siapa?

Pada saat itu, Clover tiba tiba teringat sesuatu dan mencari ponselnya.

Dia mencari foto hitam putih yang dia simpan....

Devan melihat dia dengan wajah tidak mengerti, tatapannya menggelap ketika dia melihat ponsel Clover.

"Kalau begitu, mungkin ayahku adalah orang ini?"

Hati Clover tenggelam. Kalau dia tidak salah menebak, pria di foto itu adalah ayahnya......

"Kamu bilang pria di foto ini adalah ayahmu?" Clover menganggukkan kepalanya. Wajahnya yang tadinya merah menjadi agak pucat.

Devan memeluk Clover di pelukannya dan menekan ponsel Clover kembali ke halaman utama. Meskipun Devan adalah orang yang sangat berpengalaman, dia merasa sangat kaget dengan kebenaran ini.

Pria itu jelas adalah ayah Gabriel..... meskipun sekarang dia lebih tua dan penampilannya berubah. Pria di foto itu sangat mirip dengan Gary yang sekarang....

Tiba tiba, Devan teringat insiden Gary kemarin. Pantas saja Clover akan merasa sakit hati dengan insiden itu.

Mereka adalah kakak beradik....

"Devan, apakah kamu mengenal pria ini?" Meskipun Clover ingin melarikan diri dari kenyataan ini, dia bertanya juga pada akhirnya.

Devan melihatnya beberapa saat dan memeluknya dengan erat : "Clover, apakah kamu akan merasa lebih baik jika aku memberi tahu kamu dia siapa?"

Jelas, Devan tahu siapa pria ini.

Clover duduk tegak dan menatap ke mata Devan, "Devan, kamu tahu dia siapa kan?"

"Iya" Devan menjawab dengan ringan. Seolah-olah membuat sebuah keputusan yang besar, Devan berkata: "Pria itu adalah ayah Gabriel"

"Ah...." Mulut Clover terbuka dan dia terus menatap ke dinding yang putih itu.

Devan memanggilnya beberapa kali tetapi dia sama sekali tidak memiliki reaksi.

Setelah itu, Clover pingsan....

Masalah ini membawa efek yang sangat besar kepada Clover. Kalau ayah Gabriel adalah ayahnya, berarti Clover dan Gabriel itu kakak beradik?

Ketika Clover sadar diri lagi, Devan sedang berada di sampingnya dengan alis mengerat.

Clover ingin memberikan sebuah senyuman kepadanya, tetapi senyumannya saat ini terlihat lebih buruk daripada menangis.

"Bagaimana aku bisa di atas tempat tidur?"

"Kamu pingsan tadi. Aku yang menggendong kamu pulang. Apakah kamu merasa baik-baik saja?"

Clover mengangguk. Devan memeluk dia lagi dan menepuk kepalanya, "Clover, kalau kamu ingin menangis, menangislah!"

Suara Devan membuat emosi yang sudah ditahan Clover dari tadi hancur, air matanya terus mengalir.

Kalau Ayah Gabriel itu ayah kandung Clover, semua itu menjadi masuk akal...

Clover bisa melahirkan anak untuk Devan yang berposisi tinggi, menjadi ibu pengganti hamil, meskipun jarak antara daerah Ciput dan daerah Seroja begitu jauh.

Mengapa Gabriel memilih Clover untuk melahirkan anak Devan.

Mengapa ibu Clover meminta Clover untuk menutupi penampilan aslinya.

Ibunya takut ayah Gabriel akan mengenalnya karena wajah Clover sangat mirip dengan ibunya.

Tetapi, yang Clover tidak bisa terima adalah tujuan sebenarnya ibu Clover meminta Clover untuk melahirkan Simon, Ternyata bukan karena ibunya mau menukar jasa itu dengan uang untuk mengobati penyakitnya sendiri ?

Karena Gabriel tidak bisa melahirkan, kalau Simon adalah anak dari saudari kakak beradik, maka ikatan darah dibanding dengan dilahirkan orang luar, akan jauh lebih kuat.

Meskipun suatu hari semua rahasia sudah terbongkar, posisi keluarga Gabriel juga tidak akan terancam......

Seberapa besar cinta ibu terhadap pria itu? Sampai ibunya tega mengorbankan anaknya.

Sepertinya ayah Gabriel adalah tentara itu. Makanya ibu begitu mencintainya.

Dan Gary? Clover benar benar kaget. Dia punya satu kakak yang satu ayah tetapi berbeda ibu. Pantas saja dirinya merasa begitu sakit hati ketika Gary mengalami insiden.

Clover juga seolah-olah mengerti mengapa Conan Liam pergi, pasti karena dia menyadari hubungan ibunya dengan ayah Gabriel, kemudian ibunya sakit, pada akhirnya, hanya karena masalah ini, menyebabkan satu alasan yang sangat kontras, tidak lebih.

Hati Clover merasa sangat kosong ketika dia menyadari cinta ibunya kepada pria itu jauh lebih penting daripada kehidupan Clover...

Kasih sayang orang tua menjadi sebuah lelucon pada saat itu.

Tidak tahu menangis berapa lama, Clover baru berhenti. Baju Devan juga basah karena air mata Clover.

"Clover...." Devan mengulurkan tanganya dan memegang dagunya, dia mencium air mata Clover dengan lembut.

Clover mengulurkan kedua tangannya dan memeluk Devan dengan erat. Karena menangis, badannya terus bergetar.....

"Aku tidak mau mengakui orang itu ayahku...." Clover berusaha mengkontrol emosinya, berkata pada Devan

Yang satu, demi masa depannya, mengorbankan kehidupan anak perempuannya, datang pria pengganti.

*******（maksudnya ibu Clover）*******

Yang satu demi pernikahan anak perempuannya, bisa menghancurkan hubungannya dengan pria yang dicintainya.

*******(maksudnya ayah Gabriel)*******

Satu jebakan telah menghancurkan hidup pria yang dicintainya, memanggilnya ayah, Tidak, dia lebih baik mati daripada memanggilnya ayah.

Dan kutukan pada Gabriel, Walaupun mereka adalah kakak adik, Di kehidupan ini, Dia juga tidak akan melepaskannya begitu saja.

Devan menepuk punggung Clover dan menghiburnya. Tatapannya dipenuhi dengan kasih sayang dan sakit hati, Devan mengangguk, "Tenang saja, ibumu sengaja mengubah tahun dan tanggal lahir kamu. Kamu adalah anak Conan Liam"

Clover tidak bicara.

Dia merasa sangat sedih, sampai dia merasa sesak.

Nada dering ponsel menghancurkan suasana sunyi di dalam rumah.

Devan melihat ke ponselnya. Yang menelpon dia adalah nomor telepon rumahnya. Wajahnya tenggelam dan dia mengangkat telepon, "Halo...."