Cantik Terlihat Jelek - Bab 274 Perubahan Gary

Dono secara refleks menatap Gary, setelah itu baru menjawab :

"Rumah sakit baru saja menelepon dan berkata kalau kaki nona Gisel memiliki gejala peradangan, jadi harus segera dioperasi, mereka membutuhkan tanda tangan Direktur Gary."

Kaki Gisel, terjadi peradangan? Harus dioperasi?

Mikasa mendongak dan menatap Gary, terlihat kecemasan di matanya, hanya sekilas saja, tetapi Mikasa melihatnya, hatinya terasa memberat.

Tiba-tiba, dia langsung duduk di atas sofa, "Bicara yang jelas terlebih dahulu, jika tidak, tidak ada yang boleh pergi."

Gary menggertakkan giginya dan memelototi Dono, setelah itu dia menarik napas dalam, Dono menundukkan kepalanya, dia tahu kalau dia sudah membuat masalah hari ini.

"Mikasa, bagaimana jika aku menyuruh Dono untuk mengantarmu dulu, setelah aku menyelesaikan urusan disini, aku segera menyusul kesana, menurutmu bagaimana?" Gary melangkah mendekati Mikasa dan duduk di depannya, Gary menggenggam tangannya dan berdiskusi tentang hal ini.

Mikasa mengerutkan keningnya, "Apa yang terjadi sebenarnya?"

"Kakinya sedikit tidak baik."

"Jelas-jelas kakinya baik-baik saja?" Mikasa berkata secara refleks.

"Kemarin malam dia jatuh demi menyelamatkanku!"

"Kemarin malam? Menyelamatkanmu? Tetapi, bukannya kemarin kamu bilang kalau kamu sedang rapat? Dimana dia menyelamatkanmu?" Mikasa menyadari kalau bibirnya sedikit bergetar.

"Dia datang mencariku untuk mengundurkan diri, saat keluar, di tangga aula ada genangan air, kakiku terpeleset, demi menyelamatkanku dia jatuh terguling sampai ke bawah, aku mengantarnya ke rumah sakit, aku takut kalau kamu berpikir yang tidak-tidak, jadi....."

Jadi dia menyuruh orang untuk memberitahunya kalau di sedang rapat? Jadi dia kemarin bukannya tidak melihatnya, tetapi dia memang sama sekali tidak berada di kantor?

Mikasa merasa kalau kebahagiaan yang baru saja dirasakannya, pada saat ini sudah menghilang tanpa bekas, dia berusaha keras untuk menenangkan jantungnya yang terus berdebar-debar dengan kerasnya, dia menatap Gary, "Gary, kenapa bisa tiba-tiba ada air di lantai? Apakah kamu tidak curiga kalau hal ini bukan suatu kebetulan?"

"Mikasa Akerman...." Gary memanggil nama lengkapnya, nada bicaranya terdengar marah.

Mikasa mengerjap, dia mengira kalau dirinya salah dengar.

Dia mengucek matanya yang sedikit basah, "Sebelumnya, bukankah kamu jelas-jelas sudah melihatnya bisa berjalan? Suamiku, adik sepupumu benar-benar adalah seorang wanita yang licik, dia melakukan semua hal ini karena ingin merebutmu dariku."

Tatapan mata Gary kepadanya terlihat semakin dingin, "Apakah menurutmu dia perlu menggunakan kedua kakinya sendiri sebagai harga untuk merebutku?" setelah berkata seperti itu, dia bangkit berdiri dan memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celananya, lalu dia mengalihkan tatapannya ke arah lain.

Gary yang seperti ini membuat Mikasa sama sekali tidak tahu harus mengatakan apa, dia tertegun sebentar, lalu dia mengambil tasnya dan bangkit berdiri, "Baiklah, kalau begitu kamu pergi melihatnya saja, aku bisa pergi sendiri."

Setelah itu dia berbalik dan melangkah menuju pintu, Gary menghela napas dan menahannya, "Mikasa, kita sudah salah paham padanya, sebelumnya kakinya memang benar-benar tidak bisa jalan, namun mengenai hal yang baru saja terjadi beberapa hari yang lalu itu, aku sudah sengaja pergi ke rumah sakit untuk bertanya kepada dokter mengenai hal itu, dia mau pergi jalan-jalan, jadi dia tidak sempat menjelaskannya kepada kita, selain itu, kemarin malam dia mencariku untuk mengundurkan diri karena dia tidak ingin kamu salah paham padanya, tetapi saat ingin keluar dari sana, lantainya licin, aku hampir saja tergelincir dan jatuh dari tangga, dia yang menolongku sehingga membuat dirinya jatuh dari tangga, karena itulah kakinya mengalami patah tulang." Setelah mengatakan hal itu, terlihat penyesalan di mata Gary.

Saat Mikasa mendengarnya, dia mendengus, "Hehe, benar-benar kebetulan sekali, dia baru saja pindah dari rumah kita, lalu menghilang kemudian kakinya sudah sembuh? saat mencarimu untuk mengundurkan diri, tiba-tiba lantainya licin, jelas-jelas dia sudah merancang semua hal ini, jadi barulah dia sengaja pergi mencarimu untuk mengundurkan diri, barulah dia sengaja....."

"Mikasa, tidakkah kamu salah paham terlalu dalam terhadapnya, apakah menurutmu dia harus sampai membuat kakinya patah hanya demi aku?" suara Gary meninggi.

Mikasa menatapnya, dia bagaikan sedang melihat orang asing, dia berkata perlahan-lahan, "Demi orang yang disukai, apalah artinya mematahkan kedua kaki, meskipun harus ditukar dengan nyawa sekalipun, mungkin saja aku juga bersedia."

Gary mengurut dahinya, "Mikasa, apakah kamu tidak merasa kalau pemikiranmu sedikit keterlaluan?"

Pemikiranku keterlaluan? Mikasa menatap Gary, "Menurutmu apa yang aku pikirkan?"

Raut wajah Gary sudah menjadi sedikit tidak enak dilihat, "Mikasa, ada sesuatu hal yang awalnya tidak ingin aku katakan, tetapi karena kamu begitu keras kepala, aku pikir kalau aku harus memberitahumu."

"Apakah kamu tahu kenapa Gisel tiba-tiba pindah dari rumah kita?"

Mikasa meliriknya, "Bagaimana aku bisa tahu?"

"Itu karena teman baikmu datang ke rumah dan berbicara kepadanya, Gisel takut kamu salah paham, jadi mau tidak mau dia pindah keluar." setelah itu Gary mengurut dahinya, Dia mendekati Mikasa dan menarik tangannya, "Aku tahu kalau Suya melakukan hal itu untuk kebaikanmu, jadi aku tidak marah kepadanya, tetapi Mikasa, aku tidak berharap kalau kamu salah paham lagi terhadap Gisel, karena hal itu tidak adil untuknya."

Kehangatan dari tangannya mencapai hatinya, tetapi tidak lama kemudian, malah berubah menjadi kesedihan, Mikasa merasa sangat terkejut karena dia tidak menyangka kalau Suya mencari Gisel, tetapi dia tidak marah sedikitpun, karena dia tahu kalau Suya melakukan hal ini untuk kebaikannya.

"Dia hanya melakukan hal yang ingin aku lakukan, jadi aku berterima kasih kepadanya." dia menatap Gary dan berkata sekata demi sekata.

Dia dapat dengan jelas melihat raut wajah Gary menjadi benar-benar muram.

Ruangan yang luas itu seketika menjadi sunyi.

Saat Mikasa mengira kalau Gary tidak akan mengatakan apapun lagi, tiba-tiba terdengar suara pria yang berat di telinganya,

"Mikasa, mungkin aku benar-benar tidak terlalu mengenalmu dengan baik."

Setelah berkata seperti itu, dia mengambil jaket yang ada di sampingnya dan keluar dari ruangannya.

Benar-benar tidak terlalu mengenalnya dengan baik? Apa maksud perkataannya ini? Gary, apakah kamu sudah tidak menginginkanku lagi?

Mikasa tertegun disana, begitu dia berpikir soal Gary yang tidak menginginkannya lagi, untuk sesaat, dia merasa panik, dia mengejar Gary dan kebetulan melihat Gary dan Dono masuk ke dalam lift.

Dia menekan tombol lift dengan panik, tetapi dia hanya bisa melihat angka yang terlihat di liftnya sudah menuju ke bawah.

Tiba-tiba saja, dia merasa sedikit panik, dia membuka pintu darurat lalu berlari ke bawah dengan menggunakan tangga, saat dia sampai di lantai basemen, dia sudah menenteng sepatu hak tingginya, rambutnya juga sudah berantakan, karena dia menangis, riasannya pun sudah luntur.

Tetapi, dia tetap hanya dapat melihat lampu belakang mobilnya saja.

Gary sudah pergi.....dia sudah tidak menginginkannya lagi, Mikasa berjongkok di lantai dan kedua tangannya memeluk kepalanya.

Saat Suya sampai disana, Mikasa sedang duduk di atas lantai basemen.

"Apa yang terjadi?"

Mikasa menatap Suya, "Kamu....kenapa kamu bisa kemari?"

Suya mengerutkan keningnya, "Bukankah kamu yang meneleponku?"

"Aku....aku mungkin sudah gila, kamu sedang hamil, bagaimana mungkin aku memintamu datang kemari?"

Suya berjongkok di depan Mikasa dan menangkup wajahnya, "Beritahu aku, apa yang sebenarnya terjadi?"

Apa yang sebenarnya terjadi? Mikasa juga ingin bertanya kepada dirinya, jelas-jelas tadi semuanya baik-baik saja, kenapa bisa tiba-tiba berubah menjadi seperti ini.

"Kamu cepat berdiri, jangan jongkok seperti ini." setelah berkata seperti itu, Mikasa juga ikut bangkit berdiri dan membantu Suya untuk berdiri.

Tetapi Suya malah menepis tangannya, "Kamu bilang, ada apa sebenarnya?" Suaranya tiba-tiba meninggi, sehingga menarik perhatian banyak orang.

Novel Terkait

Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu