Cantik Terlihat Jelek - Bab 226 Masuk Rumah Sakit

Karena Devan lebih tua dari Gary beberapa tahun, meskipun hubungan Devan dan Clover adalah kekasih, Devan dan Gary selalu saling memanggil dengan nama, ini adalah pertama kali Devan memanggil Gary kakak, dalam waktu mendadak ini, Gary benar-benar tidak bisa menjawabnya.

"Kakek memberi aku waktu 10 hari untuk memberi dia jawaban, dia bilang kalau aku tidak bisa menyelesaikan masalah ini, dia mungkin akan melakukan sedikit gerakan........" Devan memejamkan matanya dan tenggorokannya bergerak dengan cepat, "Aku khawatir, kalau setelah 10 hari aku......"

Devan tahu kalau ayahnya tidak sadar diri, satu pihak adalah ibu, adik dan keluarganya, satu pihak lagi adalah kekasihnya, dia tidak bisa hanya memilih satu pihak dari mereka.

"Kita semua tahu sifat Clover, perasaan dia terhadap kamu tidak akan berubah segampang itu, tenang saja" Gary salah paham dengan kata-kata Devan.

Sudut mulut Devan terangkat dengan pahit, "Aku bukan takut perasaan dia akan berubah, aku cuman mau minta kamu beri tahu kakek, kalau setelah 10 hari, aku tidak bisa memberikan jawaban yang dia ingin, tidak peduli dia mau berbuat apa, aku berharap keputusan dia bisa dibuat dengan tujuan bisa membuat Clover bahagia"

Gary melihat keluar jendela, hatinya terasa ditusuk oleh sesuatu, pupilnya mengecil dan alisnya terangkat, "Kamu tidak boleh melepaskan dia, aku akan membantu kamu cari solusi"

Setelah itu, Gary mematikan telepon dengan suasana hati yang buruk.

Pada saat itu, Dono membuka pintu dan memberi tahu Gary bahwa Mikasa berkata dirinya ada masalah darurat dan telah kembali ke daerah Ciput dulu.

"Apakah dia ada bilang masalah apa?" Gary bertanya.

Dono menyentuh hidungnya, "Aku sepertinya mendengar dia bilang rumah sakit apa..... sepertinya ada seseorang yang jatuh sakit?"

Setelah berpikir, Gary berkata, "Berikan nomor ponsel dia kepadaku"

Dono tidak tahu Gary mau berbuat apa, tetapi dia tetap membuka ponselnya dengan cepat.

Setelah menelepon beberapa saat, Mikasa baru mengangkat telepon, "Halo"

"Dimana?"

Mikasa melamun sejenak dan melihat ke bangunan di sampingnya, "Plaza Sinarmas"

"Tunggu aku di sana"

Mikasa tidak tahu Gary mau berbuat apa, tetapi Suya menelepon dia tadi, katanya ayah masuk rumah sakit, meskipun Suya tidak memberi tahu Mikasa kondisi yang detail, berdasarkan personalitas Suya, kalau kondisi ayah tidak parah, Suya tidak akan telepon ke Mikasa pada saat ini.

Jadi Mikasa merasa sangat cemas sekarang.

Dia mencari taksi dan duduk ke dalam, dia duduk di posisi samping jendela dan mulai mengetik pesan teks untuk Gary, "Direktur Gary, ayah saya masuk rumah sakit, masalah desain, saya pasti akan memberikan kepadamu secepatnya, maaf, saya harus pulang dulu"

Mikasa mengira Gary mencari dia karena masalah desain.

"Ayahmu sakit apa?"

Mikasa merasa bingung sejenak, apakah Gary peduli terhadapnya? Hatinya merasa hangat, meskipun dia tahu bisa jadi Gary cuma tanya agar terlihat lebih sopan.

"Ayah saya ada diabetes, teman saya menelepon tadi dan katanya ayah saya pingsan, tetapi dia tidak mau menjelaskan kondisi detail kepada saya"

Setelah itu, Gary tidak membalas pesan teks Mikasa lagi, Mikasa terus memeriksa ponselnya banyak kali, akhirnya dia mengigit bibirnya dan meletakkan ponselnya ke dalam tas, walaupun dia tidak ingin mengakui, perasaan kecewa itu tidak bisa membohongi dirinya.

Setelah sampai di rumah sakit, Suya melihat Mikasa dengan ekspresi tidak enak.

"Ayahku dimana?"

Suya menunjuk ke ruangan dia sampingnya, Mikasa mengangguk dan langsung mau masuk ke ruangan, tetapi Mikasa menariknya.

"Mikasa, paman..........koma karena menderita racun ketoacid diabetes, dokter berkata harus dialisis darah"

Tubuh Mikasa bergetar, "Maksudnya?"

Suya menarik nafas, "Dokter berkata, sangat parah"

Mikasa memegang kepalanya dan berputar lingkaran di tempat, dia mejilat bibirnya dan matanya memancarakan kabut, "Suya, mengapa penyakit ayahku bisa tiba-tiba menjadi parah? Kondisi mental dia sangat bagus dulu, kamu sendiri juga melihatnya"

Melihat Mikasa yang cemas, Suya memutuskan untuk memberi tahu Mikasa kebenaran setelah berpikir beberapa saat : "Dia berhenti menerima injeksi insulin tanpa memberi tahu kamu!"

Tubuh Mikasa semakin bergetar, dia merasa kaget, kemudian Mikasa berputar balik badannya dan masuk ke dalam ruangan, kamar itu ditinggali oleh dua pasien, ayah Mikasa sedang berbicara dengan pasien yang berada di sampingnya, melihat Mikasa masuk, ayahnya menunjuk Mikasa dan berkata : "Kamu lihat, ini adalah anakku, dia sangat pintar, dia adalah desainer perusahaan Panama........."

"Ayah, mengapa kamu mau berhenti menerima injeksi insulin? Mengapa?" Mikasa berteriak kepada ayahnya, seberapa susah pun kehidupan mereka pada tahun-tahun ini, Mikasa tidak pernah berhenti memberikan pengobatan kepada ayahnya.

Tetapi, sekarang rumah sudah dirombak, hari-hari mereka pun sudah semakin membaik, Mikasa benar-benar tidak mengerti mengapa ayahnya melakukan hal ini.

Ayah Mikasa menjilat bibirnya, "Mikasa, ayah kira ada masalah besar apa. Tidak apa-apa, ayah sudah menerima injeksi itu begitu lama, tetapi penyakit ini ujung-ujungnya tidak sembuh juga, buat apa......."

"Apakah kamu tidak mau hidup lagi?" Mikasa memutuskan kata-kata ayahnya dan menyeka air matanya, "Apakah kamu mau membiarkan aku sendiri?"

Pasien di samping bisa melihat ini adalah masalah keluarga, orang itu pun turun dari tempat tidur, "Aku pergi ambil sedikit air minum"

"Mikasa, kamu duduk"

Mikasa, "Katakan kepadaku, mengapa kamu melakukan hal ini?"

"Aku.... aku merasa tidak ada keperluan ini, kamu bilang....."

"Mikasa, setelah masalah kemarin, paman berkata kepadaku bahwa dia tidak mau membebani kamu, meskipun masalah itu adalah sebuah salah paham, paman tetap merasa bersalah denganmu, kamu coba tanya, apakah dia diam-diam berhenti menerima injeksi insulin karena masalah ini?" Suya berkata dengan suara kecil di samping Mikasa.

Mikasa maju ke depan dan menaruh tangan di atas selimut ayahnya, "Ayah, apakah kamu pernah berpikir, kalau kamu meninggal, aku hanya sendiri, kamu bukan bebanku, kamu lihat, kehidupan kita sudah semakin membaik sekarang, mengapa kamu masih berpikir seperti itu? Uang ganti perombakan rumah akan segera turun, tunggu uangnya sudah ada, kita beli apartemen yang memiliki lift yang kamu suka itu, kita sama-sama menjalani hari-hari dengan baik ya? Setelah itu, aku akan mencari menantu untuk kamu dan kami akan sama-sama menjagamu?"

Masalah ini adalah harapan ayah Mikasa dari dulu.

Ayah Mikasa menundukkan kepalanya, air matanya mengalir dan jatuh ke lengannya, setelah sangat lama, dia baru berkata, "Mikasa, uang perombakan sudah ada"

Mikasa melamun sejanak, "Sudah ada? Ayah, bukannya kamu bilang sebentar lagi baru ada? Begitu cepat sudah ada? Kalau begitu, ..... lebih baik dong, tunggu kamu keluar dari rumah sakit, kita langsung pergi lihat rumah, oke?"

Sambil berkata, Mikasa menuangkan air untuk ayanya, "Ayah, lain kali kamu tidak boleh berpikir seperti begitu lagi, mengapa kamu menyakiti tubuh kamu sendiri?"

Ayah Mikasa minum air yag Mikasa beri kepadanya dan dia tidak menjawab Mikasa, setelah sangat lama, dia baru berkata : "Levi sudah mengambil uang ganti perombakan rumah itu pergi bayar hutang"

Mendengar kata-kata itu, gelas yang berada di tangan Mikasa jatuh di lantai dan membunyikan suara pecahan kaca.

Novel Terkait

Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu