Cantik Terlihat Jelek - Bab 326 Kembali Ke Daerah Ciput, Perbedaan Awal Dan Akhir

Senyuman di wajah Suya yang langsung menjadi tegang, dia melihat ke arah depan, setelah beberapa saat Suya baru menoleh ke Eren, "Kamu bilang apa?"

Eren berkata dengan wajah dingin, "Nenek berkata kamu mengorbankan sangat banyak dan mengalami banyak kesusahan demi aku, untuk hal ini, aku sangat berterima kasih, tetapi kamu sendiri juga pernah bilang, kamu tidak perlu rasa terharu dan terima kasih, sementara yang aku bisa berikan kepadamu hanya itu saja, Suya, aku tidak mungkin jatuh cinta kepadamu, kalau begitu, kita bercerai saja, aku sekarang begini, bisa jadi nanti masih bisa terjadi masalah, aku tidak mau membebani kamu lagi"

Kecepatan berbicara dia sangat cepat, cepat sampai kalau tidak didengar dengan teliti, Suya tidak akan bisa mendengar apa yang sedang dia bicarakan.

Suya menggelengkan kepalanya, "Eren, maksudku bukan itu, maksudku adalah......"

"Aku sudah menghubungi orang, nanti sore akan ada orang yang mengirim helikopter khusus datang menjemput kita pulang ke daerah Ciput, setelah pulang, kita langsung mengurus surat"

Suya menundukkan kepalanya, dia menghampiri Eren dan memeluknya, "Eren, bolehkah kalau tidak bercerai? Aku... yang aku bilang tadi semua hanya karena emosi, aku tidak ingin bercerai denganmu, sama sekali tidak ingin"

Eren menyipitkan matanya yang cantik, tenggorokannya bergerak, dia mengulurkan satu tangan untuk memegang bahu Suya, kemudian mendorongnya keluar, "Aku tidak ingin berhutang dengan kamu terlalu banyak"

Suya melamun sejenak, selanjutnya dia menggelengkan kepalanya dengan kuat, "Eren, kamu tidak berhutang padaku, semua ini aku yang mau sendiri, serius, Eren, mereka tidak mencintai kamu, aku mencintai kamu, mereka melukai kamu, aku tidak akan melukaimu, tidak akan selamanya, bolehkah kalau kita tidak bercerai?" Setelah berkata, Suya memeluk Eren lagi dengan erat.

Eren merasa hatinya merasakan perasaan masam yang dia perlu merasakan sebelumnya, perasaan itu pun memenuhi seluruh tubuhnya dengan cepat, Eren menundukkan kepalanya melihat ke wanita yang kurusan itu, matanya pun dipenuhi oleh uap air yang tipis.

Tangan Eren yang memegang kantong mengerat, pada saat uap air yang tipis itu menghilang, tatapannya diisi oleh kekejaman, dia mendorong Suya dengan kuat, tanpa peduli apakah Suya akan jatuh, Eren pun langsung berjalan ke arah pulang rumah.

Pada saat Eren kembali, kakek sedang bermain dengan Moe, melihat Eren kembali, kakek pun tersenyum, kemudian kakek melihat Suya yang berada di belakang Eren dengan mata memerah, kakek menghampiri Suya, "Kenapa?"

Suya mengelus matanya, "Tidak apa-apa, aku hanya terlalu bahagia"

Pada saat sudah hampir siap makan, Suya tiba-tiba bersuara, "Kakek, nenek, ada satu masalah, aku ingin meminta pendapat kalian"

Melihat ekspresi serius Suya, kakek dan nenek pun meletakkan sumpit di tangan dan saling bertatapan, "Masih ada masalah apa yang harus meminta pendapat kami?"

Suya berdiri, berjalan ke depan kakek dan nenek, kemudian dia berlutut kepada mereka.

Kakek dan nenek yang melihatnya merasa sangat kaget, mereka sibuk memegang Suya agar dia berdiri, "Kamu sedang buat apa? Cepat berdiri, berdiri dulu"

"Aku ingin mengakui kakek dan nenek sebagai orangtua angkat aku dan kakek nenek Moe, apakah kakek dan nenek mau?"

Mendengar kata-kata Suya, kakek dan nenek melamun beberapa saat, setelah itu nenek pun menyeka air matanya dan melihat ke kakek, "Sepertinya Tuhan mengasihani kita, dia memberikan kita seorang putri pada saat kita sudah tua" Sambil berkata, nenek menarik nafas, "Boleh, ayo berdiri, cepat berdiri"

"Kalian sudah mau pergi kan?" Setelah berpikir, nenek bertanya.

Suya duduk di atas kursi, kemudian mengangguk, "Kalian pergi bersama kami saja, keluarga kami di daerah Ciput sangat kaya, nanti kami akan tinggal di luar bersama kalian, boleh?"

Nenek berdiri dan mengendong Moe, "Aku dan suamiku dilahirkan dan dibesarkan di sini, selama kehidupan ini kami belum pernah meninggalkan kampung kami, kami tidak ingin pergi dari sini, tetapi di sini akan menjadi rumahmu nanti, kalau kamu kangen kami, kamu tinggal langsung membawa Moe kembali menjenguk kita"

Setelah itu, bagaimana pun Suya membujuk, kakek dan nenek tetap tidak mau mengikuti mereka pergi.

Merasa tidak berdaya, Suya hanya bisa meninggalkan rumah yang mereka tinggal kepadanya.

"Jadikan kalian membantuk kami menjaga rumah, saat kami kangen kepada kalian, kami akan pulang lagi"

Perpisahan tentu saja ditemani air mata, pada saat Suya mengendong Moe naik ke atas helikopter, dia bahkan tidak berani melihat ke bawah, selama hidup ini dia tidak akan bisa melupakan pengalaman ini.

Setelah kembali ke daerah Ciput, helikopter mendarat di sebuah bandara pribadi.

Beberapa pria mengenakan pakaian tentara menghampiri dan berpelukan dengan Eran, Suya mengingat orang-orang ini, orang-orang ini ada pada saat dia sedang makan di tim pasukan Eren kemarin, setelah itu, pada saat hasil pemeriksaan dokter keluar di rumah sakit, mereka juga ada.

Pada saat ini, Suya bisa melihat mata mereka memiliki rasa bersalah dan air mata.

Air mata pria itu tidak dialirkan dengan mudah, orang itu pasti memiliki kekuasaan yang mampu melawan dengan langit, orang-orang ini tidak memiliki kemampuan menggerakkan pohon besar, Suya tidak menyalahkan mereka, jadi dia pun tidak banyak berkata.

Selain itu, Eren juga ada memberi tahu orang tua Suya tentang kepulangan mereka.

Melihat orang tua yang berlari kepadanya, air mata Suya pun tidak bisa ditahan lagi.

Melihat ibu yang jelas menua banyak, Suya baru merasa dirinya adalah anak yang begitu durhaka.

"Yang penting kamu hidup" Ibu berpelukan denga Suya, 4 kata yang sederhana membuat semua orang menangis.

Pada saat mereka keluar, area luar dikelilingi oleh banyak wartawan, Suya dan Eren yang kembali setelah dinyatakan sudah mati benar-benar adalah topik yang menarik perhatian banyak orang.

Eren adalah seorang pahlawan, masalah dia kembali ke normal pun berhasil mengkagetkan banyak orang, bahkan banyak pemimpin datang secara pribadi untuk menyamputnya.

Tiba-tiba, Eren dikelilingi oleh keramaian.

Melihat Eren mengangkat sudut mulutnya kepada orang-orang, hanya Suya mengerti seberapa sedih yang dia merasa di dalam hati.

Tiba-tiba keramaian pun bergerak ke arah Suya.

Selanjutnya, di tengah keramaian, Eren berjalan keluar dan mengangguk kepada orang tua Suya sebagai penyapaan.

Hati Suya terasa hangat, tetapi kata-kata Eren selanjutnya membuat dia terjatuh ke dalam jurang yang dalam.

"Ayah, ibu, aku ingin bercerai dengan Suya"

"Pak" Satu kalimat ini meledak seperti batu besar yang dilempar ke dalam air.

Semua orang pun mulai menebak, apa yang terjadi dalam beberapa bulan ini sampai Eren langsung mau bercerai setelah tiba di Ciput.

Melihat pria di depannya, Suya memegang sudut bajunya dengan erat, sambil menundukkan kepalannya dan tidak berbicara.

Ibu Suya memanggil, "Eren"

Eren berputar balik badannya, Ibu Suya mengulurkan tangannya dan menampar Eren dengan kuat, gerakan ibu Suya terlalu cepat dan mendadak, pada saat Suya sempat bereaksi, suara tamparan sudah didengar.

Suya cemas, "Ibu, kamu sedang berbuat apa?"

Ibu Suya melirik Suya sebelum melihat ke Eren : "Demi kamu, dia bahkan bisa meninggalkan orang tuanya, sementara kamu, mau bercerai dengannya setelah sembuh, Eren, manusia juga tidak sampai seperti itu "

Tubuh Eren bergetar, dia menyipitkan matanya dan melihat ke Suya, "Aku tidak meminta dia melakukan hal-hal ini, semua ini adalah keinginan dia sendiri" Setelah berkata, Eren berputar balik badannya dan berjalan ke pintu gerbang.

Ibu Suya marah sampai sesak nafas, sementara Suya melihat ke bayangan belakang Eren dengan tatapan yang dipenuhi kerisauan.

"Sudah, kesehatanmu baru pulih, jangan marah lagi, kita pulang dulu" Ayah Suya yang berada di samping berkata.

Ibu Suya melirik suaminya, "Anakmu sudah diinjak sampai begitu, kamu masih bisa tidak bersuara"

Ayah Suya dan Suya saling bertatapan, tetapi tidak ada yang berbicara.

Setelah pulang, ayah Suya menyuruh Suya pergi ke ruang baca setelah mengurus ibu Suya.

"Katakan saja, kalian sedang akting drama yang mana lagi"

Suya menggerakkan bahunya dan duduk di atas sofa, dia melihat ke tanaman di atas meja sampai salah fokus, setelah beberapa saat Suya baru mengangkat kepalanya dan melihat ke ayahnya : "Ayah, apakah di dalam matamu, posisi lebih penting daripada anakmu?"

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu