Cantik Terlihat Jelek - Bab 174 Direktur Devan, Pinggangmu Tidak Sehat?

Mendengar kata-katanya, Clover merasa sebuah petir yang besar sambar ke dirinya, berbagai jenis pemikiran mulai muncul di pikirannya.

Dia menggertakan giginya sendiri dan berusaha untuk mengontrol emosinya, secara tidak sadar Clover menjilat bibitnya, "Apakah maksud paman adalah keluarga Devan tidak mau menerimaku?"

Ayah Devan menundukkan kepalanya dan tangannya yang memegang gelas teh tegang di udara, setelah beberapa saat dia baru berkata : "Tidak, di dalam hati paman, kamu sudah termasuk menantu keluargaku, kamu adalah ibu dari kedua cucuku, tentu saja paman tidak akan tidak menerima kamu"

Clover menundukkan kepalanya dan tidak menjawab, dia sedang menunggu ayah Devan lanjut berbicara.

"Tetapi, apakah kamu tahu kalau Devan cerai sama Gabriel, dia mungkin harus turun dari posisi dia sekarang?"

Kecepatan berbicaranya sangat lambat, jadi, Clover mendengar semua kata-katanya dengan jelas, hanya saja dia tetap tidak mengerti.

"Mengapa?"

"Karena Devan sekarang memiliki saham Ningga group sebesar 41 persen, kalau dia cerai, dia harus menempati janji kemarin dan memberikan saham sebesar 10 persen kepada Gabriel, kalau begitu, Devan bukan lagi merupakan pemilik saham terbesar di Ningga group, ditambah kalau orang jahat mempergunakan masalah antara kamu dan Devan, bisa jadi Devan harus kehilangan semua yang dia miliki sekarang"

Clover jelas kaget, tetapi, sejujurnya yang Clover terpikir secara refleks adalah, dia tidak akan peduli juga kalau Devan bukan seorang direktur lagi, asal mereka bisa bersama, semua ini bukan masalah.

Tetapi, menghadapi orang tua di depannya, Clover tidak berani berkata seperti itu, Ningga group juga termasuk hasil kerja keras orang tua ini, Clover tidak bisa begitu egois.

Melihat Clover tidak berbicara, sudut mulut ayah Devan terangkat dan tatapannya memancarkan pandangan rendah terhadap Clover, ternyata wanita ini juga tetap lebih peduli dengan kekayaan.

Tetapi kata-kata Clover selanjutnya membuat sudut pandang Ayah Devan terhadapnya berubah secara total.

"Paman, menurutku, aku merasa tidak penting dengan masalah apakah Devan itu direktur Ningga Group, aku hanya ingin bersamanya, tidak peduli dia itu miskin atau kaya, tetapi, hari ini aku akan tetap berjanji kepada anda, aku tidak akan membahas tentang masalah cerai dengan Devan, tetapi, kalau Devan sendiri mau cerai, aku juga tidak akan membantah itu, Devan memiliki pemikiran dan keinginan dia sendiri...." Berkata sampai sini, Clover menjilat bibirnya.

"Kalau Devan merasa pantas dan bahagia jika dia mengambil posisi direktur untuk menggantikan aku, aku tidak akan membantah itu, karena aku juga berharap dia bisa bahagia"

Pada detik itu, Clover sangat percaya bahwa Devan tidak akan memberatkan posisinya daripada cintanya untuk Clover.

Kalau tidak, mana mungkin Devan bisa minum alkohol sampai muntah darah dan tidak peduli dengan nyawanya sendiri demi Clover.

Selain itu, Clover juga percaya, walaupun Devan kehilangan Ningga Group, asal Devan memiliki niat, tidak akan terlalu sulit untuk membangun satu Ningga Group lagi.

Kondisi seburuk bagaimana pun, Clover juga akan bekerja keras bersama Devan untuk melindungi keluarga mereka.

Ayah Devan hanya terus menatap Clover pada waktu yang sangat lama.

Ekspresi dia sangat tenang, tetapi emosi di dalam hatinya sangat kuat, sebelum datang, dia sudah berpikir berbagai jenis jawaban yang mungkin dikatakan oleh wanita ini, kalau bukan keras kepala, pasti menuruti.

Tetapi, wanita ini malah memberikan hak memilihnya kepada anaknya sendiri, hanya agar Devan bisa bahagia, hal ini membuat sudut pandangnya terhadap wanita ini berubah total.

Ayah Devan berdiri dan mengangguk terhadap Clover, "Pilihan anakku, lumayan bagus"

Mendengar kata-kata itu, Clover menghela sebuah nafas lega dengan diam-diam, dia menggerakkan alisnya dan memberikan sebuah senyuman kepada pria tua di depannya, "Tidak, pilihanku yang lebih bagus daripada Devan, makanya aku bisa memilih dia di antara begitu banyak orang"

Setelah waktu yang sangat lama, Clover baru tahu ternyata kedatangan Ayah Devan hari ini hanya bertujuan untuk mengetes perasaan Clover terhadap Devan.

Setelah waktu yang sangat lama juga, Clover baru tahu ternyata Ayah Devan sudah membuat keputusan itu pada saat setelah hari ini.

Hari-hari setelah itu kembali ke ketenangan seperti dulu, Devan berada di dalam negeri dan Clover berada di luar negeri, mereka akan video call setiap hari, mereka melalui hari-hari dengan biasa tetapi cukup manis.

Hanya saja, Devan sangat aneh, kemarin Devan akan terus menyuruh Clover untuk menggeserkan pusat karier perusahaannya ke dalam negeri setiap hari.

Setelah kembali ke dalam negeri kali ini, Devan sama sekali tidak berkata tentang itu lagi.

Karena itu, Clover merasa sedikit kecewa di dalam hatinya.

Suatu hari, sebelum tidur mereka video call seperti biasa.

"Apakah anak-anak sudah tidur?"

Clover meletakkan ponselnya di atas meja, sambil mengoleskan krim malam, Clover berkata : "Iya, kamu? Masih kerja?"

"Iya, ada beberapa dokumen masih belum selesai kubaca, selesai baca aku akan langsung tidur"

"Oh......."

Setelah itu, mereka tidak berbicara, tetapi kesunyian itu sangat nyaman.

Sepertinya Devan mendirikan ponselnya di atas meja, jadi Clover pas bisa melihat penampilan Devan yang sedang menundukkan kepalanya bekerja.

Setelah mengoleskan krim ke wajahnya, Clover meletakkan dagunya di atas tangannya sambil menatap ke ponselnya tanpa mengedipkan mata.

Tiba-tiba terdengar suara ketuk pintu.

Clover melihat Devan mengerutkan alisnya, "Siapa?"

"Devan, aku, aku ada memasak sup untuk kamu" Suara Gabriel

Devan menundukkan kepalanya dan melihat Clover mengembangkan mulutnya dengan tatapannya yang berisi keinginan membunuh.

Devan menghirup sebuah nafas dan mengangguk tanpa suara.

"Tidak perlu, aku tidak ingin minum" Suara Devan sangat dingin.

"Ah.........." Terdengar suara teriakan dari luar.

Devan mengerutkan alisnya dan melihat ke ponselnya secara refleks.

"Coba pergi lihat" Clover berkata tanpa suara menggunakan bentuk mulut.

Devan mengangguk, kemudian dia berdiri, karena Devan tidak mematikan video call mereka, Clover bisa mendengar suara langkah kaki Devan dan suara buka pintu dengan jelas.......

"Kenapa?"

"Devan, mangkuknya jatuh dan supnya kena kakiku, boleh kamu mengendong aku ke kamar untuk mengoles obat?"

Mendengar sampai sini, telinga Clover tiba-tiba menjadi tajam, pada waktu yang sama Clover juga memandang rendah Gabriel.

"Pinggangku tidak sehat baru-baru ini, kamu suruh mereka bantu kamu saja"

Setelah beberapa saat, "Nyonya, kami akan membantu anda masuk ke kamar"

Setelah itu, terdengar suara tutup pintu.

Setelah Devan duduk kembali, Clover langsung bertanya dengan tidak sabar : "Pinggangmu tidak sehat? Apa yang terjadi?"

Devan mengangkat kepalanya dan menatap Clover dengan dalam, "Pakai otak?"

Setelah mengerti maksudnya, Clover mengangguk dan menunjuk ke layar ponselnya, "Direktur Devan, pinggangmu tidak sehat! Hahahaha........"

Hari-hari seperti itu berlanjut selama setengah bulan lagi.

Clover tidak membahas tentang masalah pindah kembali ke dalam negeri, Devan juga tidak berkata tentang itu.

Sampai..........

"Direktur Clover, ini adalah rancangan kerja sama yang dikirimkan oleh beberapa perusahaan dari dalam negeri, silahkan melihatnya"

Clover merasa aneh dan mengambil dokumen itu dari tangan Wuli.

"Apa yang terjadi?" Meskipun Clover ada memberi tahu keinginan dia untuk bekerja sama dengan beberapa perusahaan pada saat menghadiri acara kemarin, tetapi perusahan-perusahan itu memberikan Clover jawaban yang tidak pasti, meskipun CX lumayan terkenal di luar negeri, tidak banyak yang tahu tentang CX di dalam negeri, Clover tidak berharap lagi, selain itu, masalah yang harus dia urus pada saat kembali ke luar negeri sangat banyak, jadi Clover tidak mengurus tentang kerja sama dalam negeri lagi.

Nama perusahaan yang tertera di atas dokumen adalah perusahaan yang Clover ajak untuk kerja sama kemarin.

Clover merasa semakin kaget ketika dia membaca isi dokumen.

Jangka waktu bekerja sama rata-rata adalah 3-5 tahun, keuntungan yang dijanjikan oleh mereka juga sangat bagus.

Clover mengerutkan alisnya dan langsung teringat dengan Devan, dia mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan sebuah foto kepada Devan.

"Apakah ini adalah hasil perbuatan kamu?"

Devan membalasnya dengan cepat.

"Aku hanya sekedar membahas tentang itu, mereka sendiri yang membuat keputusan"

Clover mengerutkan alisnya, hanya sekedar dibahas oleh Direktur Devan, mana mungkin orang itu berani tidak membuat keputusan?

"Aku sudah kangen kamu"

"Jadi, pulang saja, aku tidak bisa tidur dengan nyenyak pada saat malam hari"

Devan mengirim dua pesan itu pada waktu bersamaan, rasa sedih yang dirasakan Clover pada waktu yang lama tiba-tiba menghilang, ternyata, Devan bukan tidak ingin Clover pulang, Devan hanya sedang membangun jalan untuk Clover.

Clover memegang ponselnya dan mengetik beberapa kalimat di ponselnya, setelah berpikir kembali, Clover menghapus kata-kata yang diketiknya dan membalas, "Baik, tunggu aku"

Novel Terkait

Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu