Cantik Terlihat Jelek - Bab 506 Tiba-Tiba Pingsan

"Maaf' Meskipun suaranya tetap terdengar dingin, yang jelas adalah nada suaranya sudah menjadi jauh agak lembut.

Selanjutnya, nada suaranya menjadi agak berat, "Aku tidak berpengalaman di bidang mengajar orang"

Hati Hutu yang mendadak diserang oleh kalimat itu terasa gemetaran.

Setelah mendengar penjelasan Raven, sudut mulut Hutu terangkat dengan cantik dan dia juga menggelengkan kepalanya. "Sebenarnya aku sudah tidak marah dengan paman lagi, aku yang terlalu bodoh"

"Ting........" Suara ponsel berdering, Hutu mengeluarkan ponselnya, Nini menelponnya.

"Halo, Hutu, kamu kemana?"

"Aku... aku pulang rumah"

"Oh, baik, maaf ya hari ini aku mengabaikan kamu" Nada suara Nini berisi kegembiraan, sepertinya hasil usaha dia hari ini baik.

"Tidak apa-apa" Hutu tertawa kemudian mematikan telpon.

Memutar balik badannya, Hutu melihat Raven menggendong selimut dan bantal keluar dari kamar.

"Di sini biasanya tidak ada yang tidur, jadi selimut di ruang tidur tamu sudah agak berdebu, malam ini kamu tidur kamarku saja, aku tidur ruang baca!"

Setelah itu, Raven pun memasuki ruang baca.

Hutu tidak melihat Raven keluar dari ruangan lagi sampai dia tertidur.

Besok paginya.

Pada saat Hutu bangun, Raven sudah keluar dari rumah.

Di atas meja makan terletak satu set kunci, selembar kertas dan uang 100 dollar, "Di meja ada sarapan, setelah makan naik taksi ke sekolah"

Menatap ke kunci di atas meja, Hutu teringat dengan kata-kata Raven semalam tentang mau membantu dia mengerjakan pr, Hutu mengambil kunci tersebut dan terasa agak berat, setelah menarik nafas dan agak ragu beberapa saat, dia menyimpan kunci tersebut ke dalam tas.

Kalau untuk uang 100 dolar itu, dia tidak mengambilnya, ibu Hutu lumayan dermawan terhadapnya, sehingga dia memiliki uang jajan yang lumayan banyak.

Setelah tiba di sekolah, Nini duduk di atas tempat duduk sambil melamun, sampai dia tidak menyadari kedatangan Hutu.

"Kenapa?"

Nini melihat ke Hutu dengan ekspresi yang agak kacau.

"Hutu, dia sudah kembali ke daerah A, aku sangat kangen kepadanya!"

Hutu menarik nafas dengan alis mengerut : "Bukannya semalam kalian baru saja berpisah? Kamu terlalu melebih-lebihkan"

Hutu meletakkan tasnya ke dalam laci dan mulai mengerjakan soal yang dia belum selesai dikerjakan semalam dengan serius.

Kata-kata Raven semalam berdering di otak Hutu, setelah berpikir Hutu menoleh ke Nini, "Nini, kamu mau kuliah dimana?"

Tanpa berpikir, Nini langsung menjawab : "Daerah A!"

Daerah dimana pria itu berada.

"Kalau kamu?"

Hutu melamun sejenak, maksud Ibu itu jelas tidak ingin Hutu pergi terlalu jauh, kalau pergi ke daerah A yang begitu jauh, keluarga Hutu tidak akan setuju.

"Aku.... masih belum tahu, nanti baru kupikirkan!"

Hutu adalah orang yang agak mengenal tempat tidur, jadi semalam dia tidak bisa tidur dengan nyenyak di Raven sana, akibatnya Hutu sangat ngantuk waktu kelas siang, untungnya sabtu malam tidak memiliki kelas.

"Hutu, nanti malam kita pergi beli baju yuk"

Sambil mengemas barangnya, Nini sambil bertanya kepada Hutu.

Hutu sibuk menggelengkan kepalanya, membeli baju sama Nini itu merupakan sebuah hukuman.

"Hutu........" Nini sedang bersikap manja, ini adalah trik yang paling sering dia gunakan dan trik yang Hutu paling tidak bisa menolak.

Hanya saja.......

"Aku.... pamanku berkata mau membantuku mengerjakan pr ku, jadi aku mungkin harus pergi ke sana"

Nini melamun sejenak, setelah itu dia menatap ke wajah Hutu dan memastikan Hutu tidak sedang bercanda.

Nini mengerutkan alisnya, "Baiklah, aku kasihan terhadapmu, harus membuang waktu mudamu kepada pria tua!"

Pria tua? Paman? Raven?

Hutu menjilat bibirnya yang bergetar, Nini tidak pernah berjumpa dengan Raven, karena mendengar Hutu berkata paman, sepertinya dia salah paham, tetapi Hutu juga tidak bermaksud mau menjelaskan banyak.

Dari dulu, Hutu tidak suka menceritakan masalah keluarganya, walaupun kepada teman baiknya!

Hutu bukan tidak percaya kepada temannya, dia cuman tidak memiliki kebiasaan seperti ini.

"Ting.........."

Suara ponsel berdering, Ningga menelepon Hutu, setelah agak ragu beberapa saat Hutu pun mengangkat telpon.

"Bang....."

"Mengambil cuti saja, datang ke rumah sakit!" Suara abang jelas terdengar agak bergetar, hal ini membuat Hutu merasa agak asing.

Karena ini juga, jantung Hutu mulai berdebar dengan kencang.

"Rumah sakit? Siapa sakit?"

"Mama pingsan, belum tahu penyebabnya apa, tadi baru saja diantar ke ruang darurat"

Mata Hutu langsung memerah, "Baik, kamu kirimkan alamat rumah sakit kepadaku"

Setelah tiba di rumah sakit.

Setelah turun dari mobil, Hutu langsung berlari ke dalam, dia bahkan tidak menyadari dirinya bertabrakan dengan beberapa orang di sepanjang jalan.

Di luar ruang darurat sudah lumayan ramai, kakek, Raven dan beberapa orang tua semuanya di sini.

Ningga menghampiri Hutu, melihat Hutu berlari sampai sesak, dia pun menggeserkan rambut Hutu yang berada di dahinya ke belakang.

"Bang, Mama.... Mama kenapa bisa pingsan?" Karena biasanya jarang olahraga, berlari seperti ini saja membuat dia sangat sesak.

"Belum tahu, sudah masuk lumayan lama, nanti tunggu bagaimana dokter berkata saja!" Setelah berkata, Raven pun mengerutkan alisnya.

Sementara kaki Hutu terasa lemah dan seluruh tubuhnya pun tumbang ke lantai.

"Jangan takut, seharusnya baik-baik saja" Melihat Hutu tumbang, Ningga sibuk membantunya berdiri, "Kamu duduk dulu di sini" Ningga menunjuk ke tempat kosong di samping Raven.

Pada saat Hutu ingin menggelengkan kepalanya, kakek pun bersuara, "Ningga, kamu bantu bawa adikmu ke sana, buat apa kamu memanggil anak kecil datang? Membuatnya ketakutan saja"

Ini adalah pertama kali Hutu merasakan kepedulian dari kakeknya.

Sejak memiliki ingatan, Hutu ingat dia tidak pernah berbicara dengan kakek lebih dari 10 kata, yang dia katakan hanya, iya, oh, kalau tidak hanya membahas masalah sekolah.

Hal ini juga menyebabkan Hutu selalu merasa takut dengan kakeknya.

Hutu duduk di sisi Raven dan mengangguk kepadanya, "Paman"

Raven berkata iya, kemudian berdiri dan membeli sebotol air mineral di mesin sebelum memberikannya kepada Hutu, "Minum air dulu"

Air yang sejuk masuk ke dalam lambung Hutu melewati tenggorokan, hal ini membuat jantung Hutu yang berdebar kencang merasa agak baikan, Hutu menarik nafas dan duduk dengan tegak, "Terima kasih paman"

Novel Terkait

Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu