Cantik Terlihat Jelek - Bab 365 Rahasia Ayah

“Ayahmu, dia baru saja menjalani operasi bypass jantung beberapa bulan yang lalu, seluruh keluarga tahu masalah ini, namin pada saat itu, kamu sedang hamil, dia tidak mengizinkan kami memberitahumu, Mia, meskipun pamanmu tidak menolak kamu bercerai, namun paman tetap berharap kamu bisa menyembunyikan pada ayahmu dulu, penyakitnya ini tidak dapat distimulasi.”

Mia tertegun di tempat, setelah kembali sadar, dia bergegas ke dapur, “Bu, mengapa kamu tidak memberitahuku tentang operasi ayah?”

Ibunya sedang memotong sayur, mendengar suaranya, dia berhenti memotong, lumayan lama kemudian baru berkata: “Kamu hamil, ayahmu takut mempengaruhimu, jadi tidak bilang.”

Ibunya berkata dengan santai, tetapi membuat hati Mia terasa sangat tidak nyaman.

“Mengapa jantung ayah tiba-tiba bermasalah? Bukankah dia selalu memperhatikan olahraga, mengapa.......” Mia tiba-tiba teringat sesuatu, “Bu, apakah Ayah tersinggung olehku kemarin?” Suaranya agak gemetatan, bulu matanya juga bergetar.

“Masalah sudah berlalu, untuk apa membicarakannya lagi? Hari ini adalah hari yang bahagia, jangan membahas hal yang tidak senang itu.”Ibu berkata, mengambil sayur yang telah dicuci, “Sekarang sudah tidak apa-apa, asalkan jangan menstimulasiya, maka tidak akan bermasalah.”

Mia tahu Ibunya ingin menghiburnya, tetapi mungkinkah dia terhibur?

Ayahnya tersinggung olehnya hingga mengalami masalah jantung, dia tidak bodoh, meskipun dia tidak tahu medis, masih dia masih punya pengetahuan, menjalani operasi jantung, itu berarti menarik benang pada kata kematian, kalau putus berarti orangnya akan hilang.

Dia terasa sakit hati hingga sesak nafas, kebencian terhadap Seli semakin mendalam, kalau bukan karena dia, dia tidak akan menjadi seperti sekarang ini, dan lebih membenci dengan dirinya.

Pamn melangkah maju, mengelus kepalanya, “Sudahlah, menyeka air matamu, Ayahmu ingin melihatmu menikah dengan senang.”

Mia menarik nafas, bergegas ke toilet, menangis hingga serak suaranya, dan berada lumayan lama di dalam.

Terdengar suara membuka pintu, dan Mira memanggilnya di luar, dia menambah tata rias di wajahnya, membuka pintu dan keluar, melihat ayahnya, dia langsung bergegas masuk ke pelukannya.

Dia ingin meminta maaf, namun akhirnya kata yang dia katakan adalah , “Terima kasih.”

Ayahnya mendorongnya, “Terima kasih apa? Aku hanya ingin melihatmu cepat menikah.”

Mia tersenyum, menyeka air mata di wajahnya.

Kemudian, orang semeja makan bersama, sangat ramai, Paman tidak menyebut keluarga Mo lagi dari awal sampai akhir, dia hanya bersulang dengannya dan mengatakan selamat bahagia, ketika makan sampai setengah, nenek memegang erat tangannya, “Mia, sifatmu keras seperti ayahmu, dan juga memiliki pendapat sendiri, kadang-kadang jangan terlalu keras kepala, namun dalam suatu pernikahan tidak peduli apakah itu benar atau salah, dapat menjadi suami istri karena berjodoh, kamu harus mempertimbangkannya.”

Paman setuju, Mira diam tidak berbicara, memerlukan jodoh ribuan tahun baru bisa tidur bersama, namun dia dan Mohan tidak pernah tidur bersama.

Selesai makan, kedua bibi masing-masing mengambil sebuah amplop merah besar dan memberikannya kepada Mia, “Uang ini adalah hadiah untuk pernikahanmu dari pamanmu dan aku, kamu simpan dan membawa kartunya, keluarga Mo memperlakukanmu dengan buruk, kamu jangan melakukan itu pada dirimu sendiri, kalau terjadi sesuatu, kamu jangan lupa, Mia, kamu tidak sendirian.”

Mia menolak, namun Paman cemberut, jadi tidak ada pilihan lain hanya bisa menerimanya, amplop merah yang sangat besar, paling tidak ada puluhan ribu.

Nenek juga mengeluarkan sebuah kotak perhiasan dari tas kain, membukanya dan mengambil sebuah gelang giok dari dalam, “Nenek menyuruh bibimu meminta seseorang membawakan giok ini dari tempat yang jauh, dan mencari orang mengujinya, kualitas giok ini sangat bagus, kata orang giok bisa menjaga keselamatan, Mia ambillah, dalam hidup ini, asalkan orangnya aman, hal-hal lainnya pasti bisa berlalu.”

Dia berkata, dan memegang pergelangan tangan Mia, memasukkan gelang giok itu ke pergelangan tangannya.

Mia tahu meskipun pamannya berbisnis, namun semuanya hanyalah bisnis kecil, pernah mendengar ayahnya mengatakan bahwa dalam dua tahun ini, karena putranya akan menikah, barulah mereka membeli rumah, biasanya mereka sangat hemat, tetapi mereka begitu murah hati padanya.

Dibandingkan dengan sejumlah besar uang keluarga Mo, puluhan ribu ini membuatnya terasa sakit di hatinya.

Apalagi nenek, sudah memberitahunya banyak kali, dia tetap enggan membuang sisa-sisa lauk, dan agar tidak menambah beban pada anak-anak mereka, dia selalu tinggal di pedesaan bersama kakek, biasanya ayam yang mereka pelihara bertelur, mereka juga enggan memakannya, kalau bukan meminta orang memberikan pada mereka, maka dia menjualnya, namun nenek yang seperti begini menghabiskan banyak uang untuk membelikannya sebuah gelang giok.

Dia tidak ingin menangis, tetapi air mata tidak terkendali, keluhan selama setahun dan perasaan bersalah pada ayahnya membuat air matanya tak terhentikan.

Semua orang terdiam, dan ibunya pergi ke dapur, dan kadang-kadang terdengar isak tangis dari dalam.

Sampai sekitar pukul tiga sore, paman dan kakek-nenek telah pergi.

Setelah mengantar paman mereka pergi, Ayahnya menatap fokus padanya, “Apakah Mohan tidak baik padamu?”

Mia menarik napas dan melangkah maju, merangkul lengan ayahnya, “Ayah, dia lumayan baik padaku sekarang, benar, dia hanya jahat di mulut, namun hatinya tidak buruk.”

“Kamu, benar-benar digodai hantu, biasanya berpendapat, namun kenapa bisa membuat kesalahan dalam masalah pernikahan?”

“Sudahlah, kurangi teguranmu, anak masih muda pasti akan melakukan kesalahan, kamu harus berpikir ke arah yang baik, jangan begitu tidak sabar.”

Mia duduk di sofa dengan lutut sedikit ditekuk, bersandar di bahu ibunya, “Ayah dan ibu, aku pasti akan bahagia, masalah pesta pernikahan, biarkan Mohan menebusnya di masa depan.”

Ayahnya tidak berbicara, Ibunya dan Mia juga terdiam.

Mia tahu mereka tidak mempercayainya, sebenarnya dia juga tidak percaya, dia dan Mohan akan bahagia.

Mohan kembali pada malam hari, dalam ruangan sangat sunyi, ibu pengasuh sedang melipat baju Morena, mendengar suara langkah kaki, dia segera berdiri, “Tuan muda, kamu telah kembali.”

Mohan meletakkan mantel di sofa, “Ke mana Morena mereka?”

“Kembali ke rumah Nyonya Muda, tadi siang pergi, sepertinya akan menginap dua hari di sana.”

Mohan menjawab ya, baru saja bersiap-siap akan masuk ke ruang studi, lngsung terdengar suara Nyonya tua dari belakang, “Mohan.”

“Nenek, mengapa begitu telat kamu masih belum tidur?”

Nyonya tua Mo melangkah maju, menggandeng tangannya, “Aku sedang menunggumu.”

“Menungguku?”

“Duduk ke sini.”

Mohan duduk, Nyonya tua Mo menggulurkan tangan, langsung ada seseorang menyerahkan sebuah nampan, dan nampan itu tertutup kain merah, dia pelan-pelan membukanya, dalamnya ada beberapa emas, selembar kartu dan sepasang cincin.

“Nenek, apa maksudnya?”

Nenek melambaikan tangannya, semua orang di dalam ruangan mundur keluar, di ruang tamu hanya tersisa dua orang.

Novel Terkait

See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu