Cantik Terlihat Jelek - Bab 44 Gabriel Bukan Orang Baik

Devan tidak memiliki reaksi yang besar dan hanya menjawab, "Akan kupikirkan nanti"

Devan turun dari mobil dan memasuki rumahnya. Belum sampai di ruang tamu, dia sudah mendengar suara tertawa. Di saat itu, Devan merasakan kebahagiaan di dalam hatinya. Ini adalah pertama kalinya dia merasa kebahagiaan setelah orang tuanya meninggal.

"Mama, bolehkah kamu pindah ke sini? Kalau mama tinggal di sini, Pak Hasan akan mengantar mama pergi kerja setiap hari!" Simon mengayunkan lengan Sherin sambil bertanya. Sherin mencium pipi Simon dan menjawab "Simon adalah orang yang paling baik sama mama di dunia ini"

Kata-katanya tidak salah, Sejak kecil, orang tuanya hanya sibuk pada urusan mereka sendiri, sangat jarang memberinya perhatian, Ibunya, kecuali dengannya, sangat ketat terhadap hubungan dengan orang lain, ditambah juga tidak banyak bicara, peran ayahpun semua dibebankan pada ibunya, hubungannya dengan dia bisa dibilang hampir tidak ada.

Kemudian, Ibu Sherin jatuh sakit. Ayahnya tiba tiba menghilang dan ibunya menjadi cemas. Ibunya menjadi sering marah. Jadi, Sherin benar benar tidak mendapat kasih sayang dari orang tuanya.

"Mama, apakah orang tua mama tidak baik sama mama?"

"Mereka.. sudah tidak berada di sisiku" Meskipun tahu keberadaan Ayahnya, Sherin sudah tidak mengakui keberadaannya sejak Ayahnya memilih untuk melarikan diri dan membiarkan Sherin dan ibunya.

"Oh. Aku lupa mereka sudah berada di surga" Simon mengulurkan lidahnya dan menepuk kepalanya sendiri. Sherin mengangguk dan memeluk Simon.

"Mama, kamu belum menjawab saya. Apakah mama mau pindah ke sini?" Simon yang berada di pelukan Sherin terus bertanya. Sherin tertawa dan menjawab "Kalau ...... Kalau Tante Gabriel mendengarkan kata katamu, dia akan marah" Sherin awalnya ingin berkata 'Ibu tiri' tetapi dia tidak tega.

"Kamu adalah mamaku. Dia tidak bisa mengatur saya ingin menyuruh siapa tinggal di sini!" Simon duduk tegak dan berkata

"Simon!" Devan berjalan menuju mereka sambil melepaskan jasnya. Devan menarik Simon yang berada di samping Sherin dan berkata "Bukankah papa sudah mengajar kamu tidak boleh seperti itu kepada Tante Gabriel? Kamu tidak mendengar kata kata papa?"

Simon melirik Devan dengan tatapan yang tidak senang dan berkata, "Orang yang dia pedulikan itu papa bukan aku. Papa menyukainya dan ingin menikah dengannya itu masalah papa.Yang penting, saya tidak suka dengannya..." Jelas, lawanan Simon membuat Devan menjadi emosi. Melihat tangan Devan yang sudah mau mengayun ke muka Simon, Sherin langsung berdiri dan menghalang di depan Simon. Devan tidak sempat menghentikan gerakannya dan menampar ke pipi kanan Sherin. Setelah suara tamparan, suasana ruang tamu menjadi sunyi. Simon langsung menangis dan bertanya "Mama, apakah kamu baik baik saja?"

Sherin hanya memeluk Simon. Sambil memegang pipi kanannya, Sherin melihat ke Devan, "Simon hanya akan makin membenci nona Gabriel jika kamu terus melakukan itu"

"Jadi harus membiarkan dia bertingkah sesukanya?" Nada Devan jelas menjadi tinggi. Tetapi dia merasa menyesal ketika dia melihat pipi kanan Sherin. Devan yang jelas berpihak kepada Gabriel membuat hati Sherin merasa sakit. Jika Devan memang begitu cinta kepada Gabriel, mengapa dia masih mau berkata kata kata seperti itu kepada Sherin? Pikir sampai sini, Sherin merasa dipermainkan.

"Simon, ayo kita naik ke atas" Sherin memegang Simon dan naik ke lantai atas.

"Apakah aku sudah bilang kamu boleh pergi?" Devan berkata kepada Simon. Tetapi kata kata ini malah membuat Sherin menjadi makin marah. Sherin menoleh ke Devan dan berteriak "Apa yang kamu inginkan? Kamu sudah memukul dan marah. Apa lagi maumu?" Sherin langsung menarik Simon dan naik ke atas tanpa mempedulikan reaksi Devan. Karena suara yang besar, semua pembantu berkumpul dan terkejut melihat kelakuan Sherin terhadap Devan. Bukankah Sherin hanya seorang pembantu? Mengapa dia berani berbicara seperti itu dengan Devan?

Devan memasuki ruang bacanya dengan marah. Setelah itu, terdengar suara barang barang jatuh ke lantai.

"Mama, kamu memang hebat, berani melawan papaku...." Simon menunjukkan ibu jarinya kepada Sherin. Sherin mengelus pipi kanannya dan melirik kepada Simon "Mama itu demi kamu"

Berpikir tentang kelakuannya tadi, Sherin merasa dirinya kelewatan. Sherin merasa Gabriel adalah orang yang baik. Dia bijaksana, lembut dan sepertinya baik hati. Setelah pulang dari pulau, Gabriel bahkan menelpon ke Sherin beberapa kali dan menanyakan kabarnya. Sherin memegang tangan Simon dan bertanya : "Simon, sebenarnya tante Gabriel adalah orang yang baik. Mengapa kamu tidak menyukainya?"

Simon setengah jongkok di atas tempat tidurnya, memegang pipi Sherin dan berkata dengan dingin "Kalian orang dewasa juga tidak akan percaya kata kata anak kecil seperti aku. Mama, yang penting kamu ingat, jangan berhubungan dengan wanita itu. Dia bukan orang yang baik"

"Apakah kamu melihat atau mendengar sesuatu?" Sherin bertanya. Simon menarik kembali tangannya. "Mama, saya tidak melihat atau mendengar apa apa. Apakah mama percaya dengan indra keenam? Indra keenam saya mengatakan dia bukan orang yang baik" Simon turun dari tempat tidurnya dan membuka lemarinya, dia kembali naik ke atas tempat tidurnya setelah mengambil sebuah botol kecil.

"Usiamu hanya berapa? kamu punya indra keenam?"

"Jangan membandingkan kecerdasanmu denganku, saudari Sherin" Simon menjawab. Sherin melirik Simon dan menepuk kepalanya dengan penuh kasih sayang.

"Simon, apakah mama harus minta maaf dengan papamu? Sepertinya aku kelewatan"

Simon mengoles obat ke muka Sherin dan menjawab, "Mama adalah orang pertama yang berani melawan dengan papaku" Alis Sherin terangkat, anak ini memang menggemaskan. Padahal Sherin berani melawan Devan karena dia. Simon malah bertingkah seperti orang yang tidak berhubungan dengan masalah ini.

"Sudah membaik? Apakah perlu saya ambil es untuk mengoles ke pipi mama?" Simon bertanya kemudian berkata lagi, "Mama tidak perlu minta maaf lagi. Papa sudah menampar mama tadi"

Sherin merasa terharu dengan kelakuan Simon. Dia memegang tangan Simon sambil mengelengkan kepalanya. Jelas, Devan ada mengontrol tenaganya tadi. Kalau tidak, Sherin sudah tidak bisa bekerja besok. Sherin meragu sebentar dan akhirnya turun dari tempat tidur Simon.

"Mama mau kemana?"

"Ambil es" Sherin menjawab dengan ragu. Setelah keluar dari kamar Simon, Sherin berjalan ke ruang baca yang berada di bagian kanan. Dia ragu beberapa saat dan mengetuk pintu ruang baca. Karena tidak ada suara yang menjawabnya, Sherin mengira Devan sudah tidak ada di rumah. Tiba tiba, pintu ruang baca terbuka, Devan berputar balik jalan masuk ke ruang baca setelah melihat Sherin.

"Maaf, saya seharusnya tidak ikut campur tangan masalah rumah kamu" Sherin berkata dengan suara kecil. Devan tidak menjawabnya.

"Masuk" Devan bersuara pada saat Sherin sudah mau pergi. Sebelum Sherin sempat berekasi, Devan menarik Sherin ke dalam dan langsung menutup pintu ruang baca. "Maaf!" Sherin mengulangi lagi. Devan menatap kepadanya beberapa saat dan mengulurkan tangannya ke pipi Sherin. Dia memegang pipi Sherin dan berkata : "Sakit?"

Novel Terkait

Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu