Cantik Terlihat Jelek - Bab 265 Tingkat Tertinggi Dari Cinta

"Aku... aku..." Mikasa merasa dirinya benar-benar sudah mau gila, apa yang sedang dia katakan?

Gary menggerakkan kakinya yang panjang dan berbaring di atas tempat tidur, suara gesekan kayu pun berdering lagi.

Wajah Mikasa pun semakin memerah.

"Itu, maksudku adalah......."

"Kalau kamu tidak mau aku melakukan apa terhadapmu di sini, hentikan topik ini sampai sini" Gary memotong kata-katanya dan memeluk Mikasa.

Kemudian Gary menarik selimut untuk menutupi tubuh Mikasa.

Selajutnya suasana kamar menjadi hening.

"Mikasa, maaf untuk masalah hari ini"

Pada saat Mikasa sudah mau ketiduran, Gary bersuara, Mikasa membuka matanya dan bertatapan dengan tatapan Gary yang merasa bersalah, Mikasa memasang sebuah senyum yang manis di wajahnya.

"Tidak apa-apa, kamu sudah jauh-jauh datang mencari aku, masalah kemarin biarin lalu saja, cepat tidur" Sambil berkata, Mikasa memberikan sebuah ciuman di pipi Gary, pada saat Mikasa ingin mundur kembali, Gary berputar balik badannya dan menahan tubuhnya.

Mereka berciuman sampai Mikasa merasa dirinya sudah sesak nafas, Gary baru melepaskannya.

Gary mengelus pipi Mikasa, "Sayang, lusa kemarin Gisel dijemput oleh seseorang dari hotel, karena tidak ada informasinya, aku berada di hotel untuk menunggu beritanya pada saat malam, kemudian aku mematikan telponmu karena ada yang sedang menelpon aku, aku takutnya orang itu menelpon untuk memberi tahu informasi Gisel, jadi aku tidak sempat menjelaskan kepadamu, maaf, karena aku cemas, aku lupa janjiku kepadamu, aku juga mengabaikan perasaanmu, seharusnya aku meletakkan masalahmu di posisi pertama, maaf, aku pasti akan perbaiki"

Mikasa tidak menyangka Gary akan menjelaskan kepada dia duluan, Mikasa juga tidak menyangka Gary akan berkata kata seperti itu. tiba-tiba awan gelap yang berada di hati Mikasa sebelumnya langsung menghilang semuanya.

Mikasa menjilat bibirnya dan menarik sebuah nafas dalam, dia mengelus pipi Gary, tiba-tiba Mikasa teringat dengan sesuatu sehingga dia langsung duduk, "Oh iya, semalam di mall sepertinya aku nampak Gisel, waktu aku menarik kamu lari bersamaku"

Setelah berkata, Mikasa mengerutkan alisnya, "Hanya saja........"

Gary juga ikut duduk, "Hanya saja apa?"

"Hanya saja aku nampak kaki Gisel tidak cedera, kaki dia normal, waktu itu aku juga tidak berani pastikan, makanya aku tidak memberi tahu kamu"

"Normal? Maksudmu adalah kamu lihat dia berdiri?"

Mikasa mengangguk, "Tidak hanya berdiri, aku melihat dia berjalan juga"

Melihat reaksi Gary, Mikasa tidak berkata apa-apa lagi, dia baring kembali dan berkata, "Tidur saja, bisa jadi besok kita pulang sudah ada informasinya, tunggu waktu itu, kalau ada yang meragukan, langsung tanya ke dia juga masih belum terlambat"

Setelah berkata, Mikasa mengulurkan tangannya dan menarik lengan Gary.

Tidak tahu karena siang hari tadi duduk mobil terlalu capek atau karena ada Gary di sisinya, Mikasa tertidur dengan cepat.

Sementara Gary mengambil ponselnya dan mengirim pesan teks kepada Xiao Dong.

Kemudian Gary pun baring kembali, tetapi dia tidak memiliki keinginan mau tidur.

Gary mengerti personalitas Mikasa, kalau dia tidak melihatnya, dia tidak akan sembarang berkata.

Tetapi, kalau orang yang Mikasa lihat benaran adalah Gisel, mengapa Gisel mau susah payah membohonginya?

"Saudaramu menyukaimu" Gary menatap ke Mikasa yang sedang tertidur dan teringat dengan kata-kata dia kemarin.

Ekspresi Gary pun tenggelam, tatapannya memancarkan kedinginan dan di hadapannya muncul wajah Gabriel.

Cinta akan menjadi terlalu menakutkan kalau di tambah dengan kata 'licik'

Gabriel adalah contoh terbaik, kalau dia mencintai Devan dengan terus terang, dia tidak akan membuat dirinya sampai begitu.

Besok harinya, pada saat Mikasa bangun, Gary tidak berada di sisinya, Mikasa mengerutkan alisnya dan langsung turun dari tempat tidur.

Melihat Mikasa sudah bangun, istri paman termuda segera membawa sarapan keluar dari dapur, "Mikasa, kamu cepat keramas dan sarapan"

Kesan Mikasa terhadap istri paman termudanya termasuk bagus, meskipun Mikasa jarang interaksi dengan dia, Mikasa selalu merasa istri paman termuda adalah seseorang yang cerdas, sebelumnya Mikasa juga mendengar ayahnya berkata penghasilan paman termuda beberapa tahun ini rata-rata adalah ide dari istrinya.

"Bibi, paman sama Gary dimana?"

"Mereka pergi memancing" Suya berkata dengan suara ngantuk sambil jalan keluar dari kamar.

Istri paman termuda mengangguk dan pergi ke dapur lagi.

Setelah keramas, Mikasa pun duduk di atas sofa bersama Suya, Suya pun mulai melihat Mikasa dari bawah ke atas.

"Kamu lihat apa?" Mikasa mengambil sebuah kue jagung dan mulai makan.

"Mikasa, kamu sama Gary belum melakukan hal itu?"

Mikasa melamun sejenak sebelum melihat ke sekeliling dengan wajah memerah, "Mengapa kamu tiba-tiba tanya tentang ini?"

Suya mencubit pipi Mikasa, "Apakah kamu bodoh? Pria yang sebaik ini, kamu masih tunggu apa? Kamu tidak takut saudara kecilnya itu merebutnya?"

"Bolehkah kamu mengecilkan suaramu? Malu kalau orang lain dengar nanti" Sambil berkata, Mikasa lanjut sarapan, "Aku sudah kode beberapa kali, tetapi masalah seperti ini, kalau dia sebagai pria tidak mau beraksi duluan, masa mau aku yang beraksi duluan?"

Kemarin, sebelum ingatan Mikasa kembali, Gary berkat dia tidak ingin mengambil keperawanan Mikasa secara tidak jelas, tetapi sekarang ingatan Mikasa sudah kembali, selain itu Mikasa juga sudah kode duluan beberapa kali, tidak tahu Gary itu memang tidak mengerti atau pura-pura tidak mengerti, dia sama sekali tidak beraksi.

Mikasa juga bukan memiliki keinginan besar di bidang itu, hanya saja Mikasa merasa bidang itu adalah tingkat tertinggi dalam percintaan, lagian mereka berdua sudah menikah....

Suya melihat ke Mikasa dan teringat dengan Eren, dia tidak berbicara lagi dan mulai mengelus perutnya, jarak waktu datang bulan masih satu minggu, bisa hamil atau tidak, harus lihat beberapa hari ini.

"Kamu lagi berpikir tentang Eren lagi?" Mikasa mengejek.

"Bagaimana kalau iya? Dia sekarang terus menghindariku" Setela berkata, Suya berdiri dengan sedih dan berteriak terhadap langit dengan suara besar.

Cinta memang sangat aneh, pria-pria yang pernah mengejar Suya selama beberapa tahun ini bahkan bisa berbaris sampai setengah keliling kota Ciput, tetapi Suya tidak pernah memiliki perasaan suka terhadap mereka semua.

Pada saat orang lain begitu menyukainya, dia malah jatuh cinta kepada Eren, kepada pria yang tidak memiliki perasaan dengannya.

"Pada saat itu, kamu suka Gary, aku ketawa kamu melepaskan seluruh hutan demi satu pohon, aku ketawa kamu terlalu bodoh, Mikasa, apakah sekarang kamu sedang tertawa aku juga?"

Mikasa menggelengkan kepalanya, dia maju beberapa langkah dan memeluk Suya kemudian menepuk bahunya, "Kamu harus jadikan aku sebagai contoh, merubah tidak mungkin menjadi mungkin, Eren tidak jahat kok, aku percaya seiring waktu berjalan, dia pasti bisa melihat kelebihan kamu"

Suya menatap ke Mikasa dan mengangguk.

Pada saat mereka tiba di daerah Ciput, waktu sudah menunjukkan jam dua siang, Gary mengantar Mikasa dan Suya sampai depan pintu rumah, kemudian Gary langsung berputar ke kantor.

Baru saja sampai rumah, paman kedua langsung menelpon Mikasa, "Halo, paman"

"Mikasa, kakek menyuruh aku untuk tanya kamu, apakah kamu ada lihat Levi?"

Mikasa melamun sejenak, "Levi?"

Novel Terkait

My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu