Cantik Terlihat Jelek - Bab 182 Kenapa Harus Bicara Dalam Kamar?

"......................." Nada dering yang familier berdering di belakang Clover, Clover sudah pernah mendengar nada dering ponsel Dylan banyak kali, nada ponselnya sangat unik, enak di dengar dan mudah di ingat.

Clover memutar badannya dengan perlahan dan melihat Dylan berjalan ke arahnya sambil memegang gelas alkohol, melihat penampilan Clover yang canggung, Dylan terkejut sampai matanya membesar dan tatapannya berisi senyuman : "Kakak ipar, kamu pergi kenapa? Mengapa bisa sampai begitu?" Dylan mengikuti Tifa memanggil Clover kakak ipar.

Karena merisaukan Devan, Clover sama sekali tidak melihat senyuman di tatapan Dylan, Clover menarik lengan Dylan dan mengayunkan lengan Dylan dengan kuat, "Dylan, Devan dimana? Bagaimana kondisinya? Devan dimana?"

Suara Clover jelas sedang menahan air mata dan Dylan yang mendengarnya menjadi bingung.

Dylan menunjuk belakang Clover, "Itu, bukannya dia di sana?"

Clover menyeka air matanya dan menoleh ke belakang, dia melihat Devan benar-benar berdiri di jarak yang tidak jauh dari dia, meskipun Devan membelakangi Clover, Clover tetap bisa memastikan itu adalah Devan, kemudian Clover jongkok di lantai dan mulai menangis dengan suara besar.

Mendengar suara Clover, Devan sibuk meletakkan kembali gelas alkohol di tangannya dan berjalan ke Clover kemudian membantu dia berdiri, alis Devan mengerut ketika dia melihat penampilan canggung Clover : "Kamu kenapa? Apakah ada sesuatu yang terjadi? Kenapa bisa sampai begitu?"

"Benar, Direktur Clover, acara sudah hampir selesai. Kalau bukan karena bantuan Tuan Devan dan mereka, kamu hari ini akan membuat orang menonton lelucon"

Clover melihat ke jam, rumah sakit itu adalah rumah sakit paling terpencil di daerah Ciput sehingga memerlukan waktu 3-4 jam untuk pergi dan pulang.

Clover menoleh ke Dylan dan mengerutkan alisnya : "Bukankah kamu menyuruh orang untuk menelepon aku dan memberi tahu aku Devan mengalami kecelakaan? Aku pergi ke rumah sakit itu dan tidak dapat mencari kalian, aku tidak membawa ponsel juga jadi aku hanya bisa kembali lagi ke sini untuk mengambil ponsel dan menelepon ke kamu"

Semakin berkata Clover merasa semakin sedih, air mata yang baru saja berhenti kembali mengalir lagi.

Dylan mengerutkan alisnya, menunjuk dirinya kemudian menunjuk ke Devan, "Aku, aku telepon ke kamu? Mana ada! Tadi pagi aku pergi jemput Devan setelah itu kami langsung datang ke sini sama-sama, kecelakaan apa? Mengapa aku tidak mengerti maksudmu?"

Clover mengambil ponselnya dan mencari daftar halaman telepon kemudian menyerahkannya kepada Dylan, "Kamu coba lihat, jam 7 lebih bukankah kamu menelepon aku?"

Dylan merasa semakin bingung setelah melihat layar ponsel Clover yang menampilkan kata 'Dylan'

Mendengar itu, Devan mengambil ponsel Clover yang dipegang Dylan dan menekan ke nama Dylan, tatapan Devan tenggelam setelah dia melihat nomor ponsel yang tertampil, "Ponselmu sudah disentuh sama orang lain, nama yang tersimpan itu Dylan tetapi nomor ponselnya bukan nomor ponsel Dylan"

Clover merasa terkejut dan mengambil ponselnya, di daftar telepon benar-benar ada dua kontak yang bernama Dylan, pada waktu itu Clover perhatikan ada lebih dari satu Dylan di daftar teleponnya, mengetahui dirinya tertipu, ekspresi Clover tenggelam dan bayangan seseorang melewati mata Clover.

Clover menangis dan sambil ketawa, kemudian memeluk Devan dan meletakkan kepalanya di dada Devan, "Asalkan kamu baik-baik saja, aku benar-benar terkejut"

Alis Devan bergerak dan dia memeluk Clover sambil menepuk punggungnya, "Jangan terlalu panik waktu bertemu dengan masalah, aku belum mengalami insiden lagi kamu sudah begitu, kalau......"

Clover mengangkat kepalanya dan menutupi mulut Devan, "Tidak boleh ada kalau!" Tatapannya sangat tegas.

Sudut mulut Devan terangkat, dia berbisik di telinga Clover, "Tetapi, aku merasa sangat bahagia melihat nona Clover menjadi begitu demi aku"

Dari sudut yang Clover tidak bisa melihat, Devan memberikan sebuah tatapan kode kepada Dylan dengan wajah dingin.

Karena ketakutan yang dirasakan pada siang tadi, Clover merasa sangat capek sehingga dia pulang ke rumah setelah menyelesaikan masalah-masalah penting pada sore hari.

Melihat kondisi Clover yang tidak baik, Simon bertanya : "Ma, kamu kenapa?"

Clover memeluk Simon dan pada detik itu, Clover merasa dia bisa tidak peduli dengan semuanya asal mereka berempat bisa terus sehat dan aman.

Meskipun Simon hanya 10 tahun, kecerdasannya selalu lebih tinggi dibanding dengan anak yang seusia dengannya.

Clover pun menceritakan kejadian siang tadi kepada Simon.

"Ma, kamu coba memberikan aku nomor ponsel yang meneleponmu, aku akan mencari tahu informasi orang itu dan posisi dia pada saat menelepon kamu"

Clover terkejut, "Bisa mencari tahu tentang itu?"

Simon mengangguk dan mengambil ponsel Clover sebelum memasukkan beberapa angka, setelah beberapa saat, Simon berkata : "Pendaftar nomor ini adalah seorang pria yang berusia 18 tahun, posisi dia saat menelepon ibu adalah di rumah kita?"

Clover kaget dan berdiri, "Kamu, kamu bilang rumah mana?"

Simon menunjuk ke lantai, "Sini"

Clover menjadi bingung, di rumah ini selain mereka berempat, ada seorang pembantu yang bertanggung jawab bagian kebersihan, satu lagi bertanggung jawab memasak dan cuci baju, setelah itu ada dua supir dan satu orang yang bertanggung jawab atas air listrik dll, terakhir adalah Bibi Su yang mengikuti Clover pulang dari luar negeri.

Tadi pagi yang menelepon Clover adalah suara wanita.

Bibi Su dikecualikan, dia sudah mengikuti Clover banyak tahun dan Clover tentu saja mengerti Bibi Su.

Bibi yang memasak itu juga bisa dikecualikan karena orang itu datang dari rumah Devan.

Kalau begitu berarti bibi yang bertanggung jawab bagian kebersihan, berpikir sampai sini, Clover berdiri dan ingin pergi bertanya kepada bibi itu, setelah berpikir kembali, Clover melihat ke Simon, "Atau tidak tunggu ayahmu pulang, mama diskusi dulu sama dia baru lihat mau bagaimana"

Mungkin karena tahu Clover mengalami ketakutan yang sangat besar, Devan jam 7 lebih sudah sampai di rumah.

Pada saat Devan pulang, Clover sedang menemani Momo bermain permainan Engklek。

Clover adalah ibu dari dua anak, namun senyuman dia terlihat seperti seorang gadis, Devan berdiri di depan pintu dan mengambil foto adegan itu kemudian menatap ke Clover.

Jarang-jarang Simon tidak sedang bermain ipad, dia menyandar di sofa dan melihat ke Clover dan Momo, kemudian memarahi Momo dari waktu ke waktu.

"Momo, apakah kepalamu baik-baik saja? Kamu sudah pernah meloncat tempat itu, kamu loncat lagi?"

"Momo, apakah kamu bodoh? Seharusnya kamu loncat itu dulu..........."

Simon semakin marah dan menggendong Momo keluar dari kotak, "Kamu ke sini dulu, lihat kakak lompat sekali! Mengapa bisa melahirkan adik yang bodoh seperti kamu?"

Clover yang berada di samping tidak tahu harus tertawa atau menangis, "Simon, apakah kamu sedang mengatakan aku secara tidak langsung?"

Simon melihat ke Clover dan menyentuh bagian belakang kepalanya dengan malu.

Momo sangat aneh, dia memiliki emosi kecil dengan semua orang kecuali Simon, dia selalu membalas kemarahan dan gangguan Simon dengan senyuman di wajahnya.

Orang berkata kakak lelaki itu sayang kepada adik perempuannya, keluarga Clover justru terbalik, adik sayang kakaknya.

"Simon, lain kali jangan mengatai adikmu seperti itu, mengerti?"

Suara Devan.

Mereka bertiga menoleh kepadanya.

Momo paling semangat, dia berlari ke Devan dan memeluknya, "Papa, kamu sudah pulang?"

Clover memegang bahu Simon dan memberikan sebuah senyuman kepada Devan yang berjalan menujunya.

Devan memeluk Momo beberapa saat sebelum menyuruh Simon membawa Momo ke Bibi Su untuk mandi.

Kemudian Devan menarik Clover dan masuk ke dalam kamar.

"Kenapa? Ada apa sampai harus bicara di dalam kamar?"

Novel Terkait

Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu