Cantik Terlihat Jelek - Bab 691 Aderlan, Apakah Kamu Sudah Gila?

Pertama kali ia menyadari bahwa Aderlan bermasalah adalah ketika Stepen mengatakan kepadanya bahwa orang dari bagian dalam rumah sakitlah yang memberi tahu dia bahwa Aderlan telah membuat cukup banyak obat tidur.

Dia mengkhawatirkannya, maka dari itu dia baru mengawasinya secara diam-diam.

Dengan ini dia baru menyadari bahwa walaupun tampang Aderlan terlihat tidak ada masalah tetapi tampak jelas bahwa dia memiliki masalah psikologis.

Dia muntah sama sekali bukan karena alasan fisik .

Kemudian, dia memanggil kenalannya dan menghabiskan waktu yang cukup banyak, baru mendapatkan kebenaran dari masalah tersebut.

Hanya saja, itu justru bahkan lebih membuatnya kecewa.

Ternyata Mimi menikah dengan Rambo karena penyakit Rambo.

Dan adiknya yang jelas-jelas mengetahui masalah ini, justru memilih untuk bersabar.

Dia tidak bisa menyalahkannya. Bagaimana dia bisa menyalahkan wanita yang begitu penuh dengan kasih?

"Jika pria itu tidak baik, dia akan membayar harga hidupnya untuk pria itu. Bagaimana denganmu? Apakah kamu akan menunggunya selamanya?"

Aderlan tiba-tiba mengangkat kepalanya, menatap Velve dan mengerutkan keningnya, "Kakak kedua, apa yang telah kamu ketahui?"

Velve menghela nafas kemudian berjalan ke sisinya dan memegang pundaknya, "Apakah kamu bodoh, dia berbuat seperti itu kepada Rambo karena rasa persahabatan, kamu?"

"Jika waktu itu aku tidak terlalu sombong, dia tidak akan pergi dan tidak akan ada hari ini di antara kamu berdua. Karena itu, aku menyalahkan diriku sendiri."

Dia bergumam pada dirinya sendiri.

Velve menarik napas dan menarik lengan Aderlan dengan kuat.

"Adik keempat, kamu... apakah kamu sudah gila? Seumur hidup, apakah kamu tahu seumur hidup itu berapa lama?"

Dari tiga saudara perempuan, Velve sejak kecil selalu bersikap lembut, tenang, tetapi pada saat ini, melihat adiknya yang terjebak oleh cinta dan menjadi seperti ini dia benar-benar sangat mengasihaninya.

Dia langsung meneriaki Aderlan.

"Bagaimana kalau pergi ke luar negeri. Bukankah saat bersekolah disana kamu menyukai seorang kakak kelas? Aku sudah pergi bertanya, dia masih lajang, dia ..."

Suaranya melembut dengan sedikit bujukan.

“Kakak kedua, kamu sudah mau melahirkan, kamu tidak perlu terlalu khawatir."

Aderlan menyela kata-kata Velve, tatapan matanya tiba-tiba menjadi dingin, sambil berbicara dia sudah berjalan ke depan meja, mengangkat ponselnya dan menelpon nomor Stepen.

"Kakak ipar kedua, kakakku sudah akan melahirkan dan kamu masih membiarkannya pergi kesana kemari, apakah itu pantas?"

Dan tidak tahu apa yang dikatakan oleh orang yang di ujung telpon sebelah, dia menutup telepon, menoleh dan tersenyum pada Velve,

"Kakak kedua, kakak ipar kedua berkata, dia akan menjemputmu sebentar lagi. Seletah kembali ke rumah bersiap-siaplah untuk kelahiranmu, aku akan pergi menemuimu ketika aku punya waktu. "

Velve memejamkan mata dan setengah menopang pada meja, "Adik keempat, jika kamu masih begitu keras kepala, aku harus memberitahu ibu. Kamu tahu sendiri, dia bisa melakukan apa saja demi dirimu."

Termasuk melukai Mimi.

Kata-kata ini, Velve tidak dapat menahannya dan mengatakannya.

Harus diketahui bahwa ini adalah akhir yang paling tidak ia inginkan.

Namun, semua orang itu egois, dia tidak bisa melihat adiknya sendiri selangkah demi langkah berjalan kejalan yang salah.

Dokter mengatakan bahwa penyakit mental, jika tidak dikendalikan dengan baik, nantinya akan mengancam jiwa.

Meskipun Aderlan terlihat tidak ada keanehan, bahkan lebih dewasa dalam melakukan sesuatu dan tampak lebih stabil dari sebelumnya.

Tetapi setiap malam, ia ditemani oleh pikiran, kesedihan, alkohol dan pil tidur.

Dia tidak bisa merasakan sakit itu, tetapi dia tahu itu adalah masalah serius.

"Kakak kedua, apa yang dialami kakak tertua sekarang, aku rasa kamu seharusnya tidak ingin membiarkan Stepen juga merasakannya, aku tidak tega menyakitimu tetapi, tidak berarti, aku tidak tega menyakitinya."

Dia setiap katanya, ekspresinya lembut, namun tatapanya kejam dan justru Velve tahu bahwa dia tidak sedang bercanda.

Dalam hatiku, aku terkejut.

Adik keempatnya tidak pernah menggunakan nada seperti itu ketika berbicara dengannya.

Tidak peduli jika di mata orang lain dia begitu mendominasi, betapa keras dan sombongnya dia, di matanya, dia hanyalah seorang adik laki-laki, adik keempat yang sejak kecil harus menyuruhnya memegangi tangannya ketika berjalan.

"Adik keempat..."

Air matanya mulai mengalir, tetapi bukan karena amarah namun karena takut, kekhawatiran, ketakutan, tiba-tiba meledak ke dalam hatinya.

Aderlan mengambil tisu dan menyeka air mata di wajahnya, "Aku tidak pernah ingin menyakitimu, tapi aku tidak ingin kau memberi tahu ibu, kakak kedua, kau tahu apa yang akan dilakukan ibu, aku tidak ingin dia disakiti. "

Dia melembut, tetapi masih membuat suasana hati Velve sulit untuk tenang.

Dia mengangguk, mengambil tisu di tangan Aderlan dan terus mengelap wajahnya. Kemudian, dia menegakkan tubuh dan berkata, "Adik keempat, kakak kedua hanya ingin kamu mengerti bahwa kamu bukan orang biasa dan kamu bukan orang suci. Jika kamu tidak menikah selamanya demi dirinya, ayah ibu dan kakek akan menjadi gila. "

"Kalau tidak? Aku menikah dan kemudian melihat dia menghabiskan seluruh hidupnya untuk orang lain?"

Aderlan lanjut berkata dan pensil di tangannya patah.

"Dia melindunginya, jadi aku juga akan melakukannya."

Dia tampaknya berbicara dengan Velve, tetapi dia juga seperti sedang berbicara sendiri.

Tampangnya yang seperti itu, membuat hati Velve terasa semakin sakit.

Saudara dan saudari mereka, jika benar-benar harus mengatakan kesamaan apa yang mereka miliki, mungkin itu adalah sikap mereka yang serius dan gigih dalam percintaan.

Bahkan kakak perempuan yang hebat dapat mengkhianati keluarga Mo karena cinta.

Mimi beru sampai dirumah dan langsung menerima pemberitahuan bahwa besok sudah mulai bekerja.

Di mal

"Rambo, apakah ini benar-benar perlu?"

"Aku sudah bertanya untukmu, XC ini, tidak seperti perusahaanmu sebelumnya, kualitas yang mereka inginkan sangat tinggi. Sebagai pendatang baru, kamu juga harus mengikuti mereka, kamu tidak dapat memakai pakaian yang terlalu lusuh. Jika tidak, kamu akan diganggu orang-orang ketika kamu baru saja memasuki tempat kerja. "

Lusuh? Mimi menatap dirinya sendiri, mungkin itu ada hubungannya dengan kepribadiannya, dia tidak pernah memperhatikan pakaiannya.

Dia hanya memakai pakaian yang menurut dia itu nyaman untuk dipakai.

"Apakah aku tidak pernah bekerja? Orang baru mana lagi?"

"Itu tidak sama. Cepat, Masuk dan cobalah."

“Rambo, tidakkah ini terlalu pendek?” Ketika dia keluar, dia menarik rok yang ada dibagian bawah.

Rambo berjalan sampai di depannya dan memandanginya sekilas. "Ini tidak pendek dan pas."

Sambil berkata, karena tidak ingin membiarkan Mimi untuk menolak, ia berbalik dan bekata kepada penjual yang ada di belakangnya : "Tolong bungkus dulu setelan ini!"

Kemudian, menyodorkan setelan lainnya ke lengan Mimi, "Masuk dan ganti setelan yang ini."

Mimi mengerutkan kening, tetapi dia tahu bahwa dia tidak bisa menyingkir hari ini. Tidak ada penolakan sepanjang jalan, Rambo sudah mengambil keputusan, mengambil pakaiannya dan pergi ke ruang ganti.

"Rambo, kenapa kamu ada di sini? Apakah kamu sedang menemani seseorang membeli pakaian?

Sebuah suara wanita terdengar, tangan Mimi yang memegangi pintu ruang ganti menjadi kaku, membuka pintu, memandang wanita yang ada diseberang, dia terkesiap, Cempluk?

Novel Terkait

My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu