Cantik Terlihat Jelek - Bab 78 Jangan Pernah Melebihi Batas

Bab 78 Jangan Pernah Melebihi Batas

Suaranya seakan-akan tenggelam dan ditarik kembali dari gairah ke kenyataan, dia mendorongnya menjauh, terengah-engah dan mengulurkan tangannya untuk menghalangi bibir tipis yang ditekannya.

“Itu, bukannya ingin keluar berjalan-jalan, aku ... aku akan pergi membereskan kamar terlebih dahulu.” Setelah berkata, didalam lorong yang sangat sepi itu, dia mendorongnya lagi, berbalik dan berlari ke kamar.

Meskipun cara Gabriel dalam menangani masalah, membuatnya sangat marah, tetapi, pada saat ini dia adalah tunangan Devan, dia juga tidak mau memiliki hubungan yang lebih dalam dengan Devan, maka dia memberikan dirinya sendiri sebuah batasan.

Dia tidak peduli dengan bagaimana orang luar berpikir tentang dia, lagipula, hidup di masa sekarang, kamu mungkin bisa memiliki ratusan versi dirimu di mata ratusan orang, satu hal di matamu juga akan memiliki pendapat yang berbeda di mata orang yang berbeda, dia tidak bisa mengendalikan pikiran orang lain, tetapi dia merasa bahwa asalkan semua perbuatan yang dilakukan itu tidak bersalah, dia juga selalu percaya bahwa, seiring berjalannya waktu kamu akan mengetahui sifat orang tersebut.

Devan menunduk kepalanya, dan menyapu rambutnya kebelakang dengan satu tangan, merapatkan bibir tipisnya, dan menghela napas dengan berat, Perasaan dia terhadap wanita tidak begitu kuat, dia teringat dengan kata-kata Dylan, pada saat ini, dia sangat menyia-nyiakan waktu seorang pria yang paling berharga, dan dari awal dia sudah bilang bahwa ini adalah sifat aslinya.

Tetapi, sangat jelas bahwa setelah dia bersama dengan wanita ini, Pemikiran seperti ini, hampir tidak perlu wanita itu menggodanya terlalu banyak, perasaannya sudah tidak tertekan.

Ketika Dylan Membawa Simon kemari, dia masuk dan melihat Devan sedang minum air es, cuaca begitu dingin, minum air es? Dia tidak habis pikir lalu memalingkan wajah, Devan menatapnya kemudian berbalik badan dan berjalan ke ruang tamu.

“Simon, kamu pergi ke kamar tidur mencari mama saja.” Setelah berkata kepada Simon, Dylan pergi duduk disebelah Devan, dan menatapnya sambil tersenyum.

Devan dilihat olehnya sampai akar telinga agak memerah, dan berbisik kepadanya: "Kapan kamu mengubah orientasimu?"

Ketika dia sedang berbicara, tubuhnya menyamping dan bersandar di dinding, dan senyuman Dylan semakin lebar.

“Hei, melihatmu seperti ini, apakah sampai sekarang kamu masih belum menghisap mulutnya?”

Dylan tersenyum dan melihat ke bawah, Devan menatap wajahnya dan segera menarik kembali tatapannya, dia mengambil buku yang ada di sebelahnya dan mengalihkan perhatiannya, kemudian berkata dengan dingin, “Jangan pernah membandingkan aku dengan kamu.”

Dulu ketika masih muda, Devan mengira bahwa melakukan hal seperti itu dengan siapapun sama saja.

Saat ini, setelah memahami tentang percintaan, dia baru mengerti bahwa jika tidak ada cinta sebagai dasar, maka melakukan hal itu juga tidak beda jauh dengan binatang.

Dylan tidak akan begitu mudah untuk membiarkannya pergi, dia mengambil ponselnya, jari-jari ramping itu dengan cepat membalik ponsel, dan kemudian meletakkan ponselnya di atas buku Devan, “Sudah lepaskan dia?”

Pandangan Devan tertuju pada gambar yang diponsel itu, kemudian mengambil ponselnya dan melemparkan ke sofa, “Tidak usah mengejekku, percayalah, kamu pasti akan mengalami hari seperti itu juga, aku akan menunggunya.”

Dylan mengangkat bahu, dan dengan bingung menatap Devan, mengambil ponselnya dan berdiri.

“Aku? Mungkin di kehidupan selanjutnya.” Dylan menjawabnya dengan santai, kemudian mengambil pisang dan mengupas kulitnya

“Oh ya? Aku pikir, kamu sudah tekad untuk menjadi adik iparku.”

Mengambil pisang ditangannya, terdiam disana, Devan tertawa dingin.

Setelah beberapa saat kemudian, dan setelah Dylan menghabiskan sebuah pisang itu, kemudian dia berkata dengan menyindir, “Bagaimana mungkin dia masih bisa kembali?”

Akhirnya mereka berangkat untuk jalan-jalan menaiki mobil bersama.

………..

Mobil berhenti, melihat pesawat pribadi yang parkir didepannya, Sherin menoleh dan melihat ekspresi wajah Devan yang aneh, “bukannya kamu bilang ingin pergi berjalan-jalan?” “Kenapa? Ada masalah?”

“Jalan-jalan, perlukah sampai naik pesawat?” Benar-benar berbeda dunia, dan pola pikir antar generasi juga berbeda.

Devan menggendong Simon kemari dan membantunya naik ke pesawat, dan ketika dia baru saja ingin mengulurkan tangan dan membantu Sherin, ponselnya yang ada didalam kantongnya tiba-tiba berdering.

Dia mengode Sherin untuk tunggu sebentar, dan mengangkat teleponnya.

Sherin memegang tiang dan sambil memikirkan benda apa yang ada didepannya, dia tidak pernah menaiki pesawat ataupun pesawat pribadi. Dia tampak agak kekanak-kanakan dan melihat-lihat kekanan dan kekiri.

“Ya, baik, aku akan segera kesana.” Tiba-tiba, Sherin mendengar Devan mengatakan kalimat itu, dan mematikan telponnya, ekspresi wajah Devan suram dan menakutkan.

Sherin bertanya kepadanya: “Apakah ada masalah?”

Devan tidak menjawabnya, hanya berbalik dan memandang Simon, "Kamu bawa Simon kembali dulu, aku takut aku tidak bisa pergi hari ini."

Berhenti sejenak, kemudian dia berkata lagi, “Gabriel ada dirumah sakit, aku harus pergi melihatnya.”

Walaupun Devan berkata dengan santai, tetapi Sherin tahu bahwa masalah pasti tidak akan semudah itu, Gabriel, hanya untuk melawannya, dia rela menusuk lengannya dengan pisau, dan hanya untuk Devan pergi melihatnya, apa yang akan dia lakukan kali ini?

“Kamu pergi dulu, aku akan membawa Simon ke tempatku dulu, jika kamu tidak bisa datang malam ini, makan biarkan Pak Hasan saja yang datang menjemput Simon pulang.” Ekspresi wajah Sherin yang penuh pengertian itu, juga sangat jelas dengan suasana hatinya, dan merasa sangat tidak nyaman, namun, Grabriel masih tunangannya, dia tidak memiliki hak untuk menghentikannya dan juga dia tidak ingin menyusahkan Devan.

Ketika Devan sampai di rumah sakit, dari jarak jauh saja, dia mendengar suara jeritan dan membanting barang-barang dari dalam, dokter mendengar bahwa Devan sudah sampai, dan menyapanya dari jauh.

“Apa yang terjadi?” Nada suaranya sangat tenang, namun terdengar sedikit kesal.

“Nona Gabriel tadi bersembunyi di kamar mandi dan mengambil pisau memotong nadinya sendiri.” Dokter berkata dengan sangat hati-hati, melihat Devan mengerutkan keningnya, dan dengan cepat dia berkata lagi: “Namun, para perawat menemukannya tepat waktu, sekarang sudah tidak apa-apa, suasana hati Nona Gabriel terlalu labil, dan terus meminta untuk memanggilmu kemari, kami juga tidak bisa melakukan apa-apa ... "

Dokter berdiri sangat dekat dengan Devan, sehingga dia bisa mendengar suara ketika Devan mengepalkan tangannya, dan jari-jarinya menggertak keras, seterusnya, dia tidak berani untuk terus berkata lagi.

Devan dari jarak jauh saja bisa melihat Gary yang berdiri diambang pintu, melihat dia menujunya, kepala Gary menoleh ke satu sisi, ekspresinya sangat buruk, ketika Devan ingin mendorong pintu dan masuk kedalam kamar pasien, Gary tiba-tiba mengulurkan lengannya dan meremas kerah Devan.

"Ini semua karena kamu. Jika kamu tidak mencintainya, mengapa kamu ingin bertunangan dengannya?"

Pandangan Devan tertuju pada tangan Gary yang terletak dilehernya, Devan mengangkat tangannya dan menyingkirkannya dengan kuat, kemudian membuka pintu dan masuk kedalam kamar pasien.

Dua perawat sedang menunduk dan berdiri di kedua sudut kamar, Gabriel terus-menerus membanting semua barang yang ada dikamar itu.

Gabriel mengirim pesan teks kepada Devan, tetapi dia tidak membalasnya, malahan pergi ke mall dengan wanita itu dan menemaninya membeli baju, dan masih kerumahnya......

Pikir sampai sini, dia tidak bisa mengendalikan dirinya lagi.

“Apa yang sedang kamu lakukan?” Suara bernada rendah itu menghancurkan udara yang tertekan di dalam ruangan.

Tindakan Gabriel yang sedang melempar bantal itu, terdiam sesaat, dan berbalik badan dan memandang Devan yang berdiri disisi lain kamar

”Devan......” Dia baru saja berkata satu kata itu, kemudian langsung pingsan.

Novel Terkait

Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu