Cantik Terlihat Jelek - Bab 700 Apakah Kamu Tidak Merindukanku?

Mimi mengangkat kepala dengan tiba-tiba, melihat Jina, "Bibi ..."

Dia ingin bertanya apa yang terjadi?

Tapi Jina malah segera menenangkan diri, mengganti topik pembicaraan, "Lupakan, semuanya sudah berlalu. Aku bisa melihat bahwa bocah ini memandangmu lebih penting dari nyawanya sendiri."

Mimi mengerutkan kening, dia benar-benar tidak tahu bagaimana meneruskan percakapan Jina.

"Meskipun aku masih tidak menyukaimu, tapi aku akan mulai mencoba menerimamu.”

Mencoba menerimanya? Mimi sangat senang, ini sudah cukup baginya.

"Aku juga akan berusaha menjadi menantu yang baik. Jika aku berbuat salah, bibi jangan segan untuk memarahiku!"

Sebenarnya dia bukan orang yang suka mempermasalahkan hal kecil. Saat masih muda, dia selalu kebanyakan berpikir. Setelah mengalami banyak hal, pemikirannya menjadi lebih terbuka.

Melihat Jina terang-terangan, dia pun tidak enak untuk diam-diam, jadi dia berbicara lebih blak-blakan.

Jina tertawa, berjalan melewatinya, lalu menoleh ke belakang untuk melihatnya, "Memarahimu? Aku tidak berani, aku takut anakku akan perang denganku."

Setelah berbicara, Jina menarik Kevin, "Ayo, temani ibu membeli barang untuk calon kakak iparmu."

Aderlan merangkul bahu Mimi, "Ibu memang seperti ini, bermulut pisau berhati tahu. Selama mencarimu, dia sebenarnya lebih cemas daripada aku."

Mimi menatap Anderlan. Mata Aderlan penuh kekhawatiran, tampaknya Aderlan takut dia dan Jina tidak bisa bergaul dengan baik!

Mimi tersenyum, tidak berbicara, tidak membantah. Dia tidak peduli apakah Jina tulus padanya.

Dalam hati Mimi tahu apa artinya mencintai keseluruhan yang berkaitan dengan kekasih yang dicintai, demikian Jina, demikian dirinya.

Selain itu, dari melewati begitu banyak masalah sampai bisa bersama, dia benar-benar merasa bahwa semua ini hanya hal sepele.

Dia tidak mempermasalahkannya, juga tidak peduli.

Dia ingin bertanya pada Aderlan tentang kata-kata Jina padanya di mana Aderlan hampir mati karenanya, apa yang terjadi dengan itu?

Tapi Aderlan tiba-tiba menerima panggilan masuk yang mengatakan bahwa ada beberapa urusan yang harus diselesaikan, sehingga dia pergi ke ruang kerja.

Sedangkan Mimi kembali ke kamarnya sendiri.

Masih kamar yang ditidurinya dulu, tetapi ranjang dan lemari pakaian diganti yang baru.

Mengingat bahwa tempat ini pernah digadaikan, mungkin pernah berpindah tangan ke orang lain juga, Mimi tidak bisa menahan rasa kasihan terhadap Aderlan.

Dalam beberapa tahun terakhir, berapa banyak penderitaan yang ditanggung Aderlan?

Memikirkan ini, dia bangkit dan berjalan ke pintu seberang di mana itu adalah kamar tidur Aderlan.

Mendorong pintu untuk masuk, masih tersisa bau bubur yang dimakan pada sore tadi.

Dia duduk di tepi ranjang, tangan membelai piyama yang diletakkan Aderlan di samping tempat tidur.

"KLAK" Pintu didorong masuk dari luar.

Dia buru-buru bangkit, terlihat Velve melangkah masuk dari luar.

“Kakak kedua, Aderlan ada di ruang kerja.” Mimi menunjuk ke luar.

Velve tersenyum, melangkah maju, berdiri diam di depan Mimi, "Aku datang untuk mencarimu."

Mata Mimi menyipit, dia belum sempat berkata apa-apa.

Velve sudah bicara.

"Malam sebelum rumah ini digadaikan, Aderlan duduk di kamarmu semalaman."

"Dia sakit dan berada di bawah banyak tekanan. Dia takut kamu khawatir, jadi dia menyuruhku untuk berbohong kepadamu bahwa dia jijik mencium aromamu."

"Setiap kali kamu pergi ke rumah sakit untuk melihatnya, dia tahu. Kalau tidak, apakah kamu kira tembok rumah sakit begitu mudah untuk dipanjat? Apakah kamu pikir meja rusak yang tersusun di situ hanyalah kebetulan? "

"Dia tahu mengapa kamu menikah dengan Rambo. Dia bilang padaku, jika kamu mau menemaninya dalam kehidupan ini, maka dia bersedia menjagamu untuk selamanya."

"Bagaimana mungkin dia tidak tahu bahwa Gukimi mengancammu. Tapi, kamu mungkin tidak tahu apa hubungan antara dia dan Gukimi, bukan? Mereka adalah teman dari kecil…"

"Saat kamu dipukuli, dia duduk di lantai sini dan menyayat dadanya beberapa kali, itu hampir merenggut nyawanya."

Nyawanya hampir hilang? Ternyata begitu!

Hal demi hal, masalah demi masalah!

Ada hal-hal yang dapat diduga Mimi, ada juga hal-hal yang bahkan tidak pernah terbayang olehnya.

Pada akhir pembicaraan Velve, Mimi sudah berlinangan air mata.

"Dia terlalu bodoh!"

"Aku tidak bermaksud apa-apa untuk menyampaikan semua ini kepadamu. Aku hanya berharap kamu bisa memaafkannya atas kelakuannya yang pernah menyakitimu, dia telah melakukan begitu banyak untukmu."

Mimi ingin memberi tahu Velve bahwa dia sudah lama tidak menyalahkan Aderlan. Kalau tidak, bukankah penungguannya selama bertahun-tahun adalah lelucon.

Setelah dipikir-pikir, dia merasa penjelasan tampak berlebihan. Dia tidak peduli apakah orang lain mengerti isi hatinya, asalkan Aderlan mengerti.

Dia mengangguk, "Terima kasih sudah menyampaikan semua ini padaku, kakak kedua."

Aderlan cemas karena tidak menemukan Mimi di kamar. Kebetulan Velve menampan segelas susu sambil menaiki anak tangga, Velve menunjuk ke arah kamar Aderlan.

"Panik apaan, dia ada di kamarmu!"

Ketika Aderlan memasuki ruangan, lampu tidak dinyalakan, ruangan gelap gulita. Baru saja melangkahkan kakinya, seseorang langsung bergegas ke belakangnya.

Kemudian, pintu tertutup.

Orang itu melepas pakaian Aderlan.

Pria tidak banyak bicara, melingkarkan tangan di pinggang wanita, tertawa tak berdaya, "Apakah kamu tahu apa yang kamu lakukan?"

Pada saat ini, baju Aderlan telah dilepas. Lampu ruangan sudah dinyalakan.

Wanita menatap dada Aderlan hingga terbengong-bengong, matanya yang merah seketika menjadi semakin merah.

Aderlan membungkuk untuk melihat Mimi, mengangkat wajah Mimi ke atas, "Kamu menangis?"

Mimi sekadar merespons "Mm", memalingkan muka, "Lain kali, jangan bertingkah seperti ini lagi."

“Tidak akan ada lain kali.”

Pria menjawab dengan tegas.

Mimi mengangguk, lalu menyentuh bekas luka di dada Anderlan, jari berputar di sekitar area situ, lalu mengendus, "Kalau begitu, kamu tidur lebih awal!"

Mimi berbalik badan dan hendak berjalan keluar.

Baru saja mengangkat kaki, Mimi langsung ditarik dari belakang.

“Kenapa?” Mimi menoleh untuk melihat Aderlan.

Aderlan mengernyit, "Kamu ... pergi begitu saja?"

Mimi berbalik, menilik Anderlan, "Kalau tidak?"

Sifat Anderlan yang mengintimidasi bagai seketika melenyap dari permukaan bumi. Di depan Mimi, dia jelas tidak seperti biasanya.

Aderlan meraih lengan Mimi, tampak kesulitan untuk bertutur.

"Sekian lama tidak berjumpa, kamu tidak merindukanku?"

Sambil berbicara, Aderlan mengulurkan tangannya untuk merangkul pinggang Mimi.

Sifat Anderlan yang tiba-tiba menjadi kekanak-kanakan membuat Mimi agak tidak tanggap untuk sementara waktu, tetapi hatinya merasa sangat manis.

Mimi memeluk Aderlan, dahi menempel di dadanya, "Rindu!"

Mendengar ini, Aderlan mendorong Mimi menjauh, menyentuh dahi Mimi, "Demam sudah reda."

Diam beberapa saat, Aderlan melanjutkan, "Aku bawa kamu kembali ke kamar untuk beristirahat?"

Mimi mengangguk tanpa ragu, berbalik dan meninggalkan ruangan.

Mereka sedang berada di Rumah Mo. Walau dia sedikit enggan untuk berpisah dengan Aderlan, tetapi dia tetap tahu batas.

Lagipula waktu mereka masih panjang, tidak usah terburu-buru.

Kembali ke kamar dan sehabis mandi, Mimi berpikir sejenak dan akhirnya masuk ke akun WeChat yang sudah lama tidak digunakannya.

"TINGTONG TINGTONG ..." Serangkaian pesan berebutan masuk.

Aderlan, Velve, Rambo, Fisi, Weni, Vema, Hutu ...

Ratusan pesan itu tidak lain adalah pesan-pesan pencariannya, bertanya di mana keberadaannya.

Dia mengambil nafas dalam-dalam.

Dia merasa dirinya terkadang benar-benar egois.

Sebenarnya dunia ini tidak kekurangan orang yang peduli padanya.

Dia membalas satu per satu pesan.

Kemudian, ponsel meledak lagi.

Suasana hati melambung naik turun, dia meminta maaf dan memberi penjelasan satu per satu.

Dia mengusap ke bawah, tiba-tiba, pandangannya fokus pada pesan Fisi karena berisi kata-kata yang membuatnya merasa aneh.

"Siapa kamu? Apa hubunganmu dengannya? Apakah kamu tahu dia di mana?"

Novel Terkait

Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu