Cantik Terlihat Jelek - Bab 608 Menyamar Sebagai Pria ? Teknik Mengubah Suara ? Mengejutkan

“Aku juga baru tahu, saat itu kamu dinyatakan hamil, dan obat keguguran pada saat itu, hanya ….” Raven menjeda sejenak, lalu lanjut berkata :

“Mereka ingin membuatmu mengalah dan mundur sendiri, siapa tahu kamu akan melakukan hal itu karena kejadian ini.”

Hutu mengelus perut sendiri secara refleks, bagian perutnya tetap rata seperti semula.

Dia terbengong sejenak, lalu mencerna kembali semua kenyataan yang datang mendadak.

Dirinya, tidak hamil ?

Dirinya, tidak pernah mengandung ? Kalau begitu bagaimana dengan mual ? Hanya sekedar gangguan pencernaan ?

Jangan-jangan semua ini hanya strategi licik dari keluarga Ningga ?

Dalam hati Hutu berpikir demikian, lalu dia menoleh dan menatap Raven.

Raven tidak menghindari tatapannya, ketika empat mata saling bertatapan, Hutu langsung mengerti bahwa Raven tidak membohongi dirinya, dia mengatakan demikian bukan karena ingin meredakan hubungan dirinya dan kakek Ningga.

Tanpa disadari, Hutu menghela nafas.

Setidaknya dirinya tidak melukai sebuah nyawa.

Setidaknya tidak perlu bermusuhan dengan kakek Ningga.

Raven memperhatikan semua reaksi Hutu, lalu memeluk pundaknya dan menyandar pada paha sendiri, reaksi wajahnya mulai reda.

Sebenarnya, ini juga termasuk kelebihan Hutu yang jarang diketahui orang lain, Hutu selalu berniat untuk meredakan maupun menyelesaikan masalah.

Dia juga mengerti untuk memaafkan orang lain.

Mungkin saja ada yang merasa sifat Hutu sangat tidak memiliki prinsip.

Namun Raven mengerti sendiri, justru karena demikian, sehingga dirinya akan begitu menyayangi Hutu..

Raven berkata dengan nada ringan : "Aku memberitahumu semua ini, hanya berharap bisa mengurangi beban di hatimu, seandainya kamu memang belum bisa menerimanya, juga tidak perlu memaksa diri."

Meskipun suaranya sangat ringan, namun di dalam ruangan yang tertutup ini, semua orang dapat mendengar kata-katanya, tentu saja termasuk kakek Ningga.

Hutu sedikit memejamkan matanya, Raven telah berkata demikian dan memiliki niat yang begitu pengertian, apa yang perlu dipertimbangkan lagi ?

Dia perlahan-lahan berdiri dan memeluk pada lengan Raven, “Anggap saja semua utangku terhadap keluarga Ningga, sudah lunas semuanya !”

Kata-kata Hutu yang bernada stabil membuat semua orang di tempat merasa sangat kaget, tatapan kakek Ningga terhadap Hutu perlahan-lahan menjadi lembut.

Kakek Ningga menilai mereka berdua dari ujung ke ujung.

Setelah itu, dia perlahan-lahan beranjak menghampiri.

Kakek Ningga berdiri di hadapan Hutu sambil memegang kruk di tangannya, lalu sedikit menunduk dan berkata, “Seumur hidupku ini tidak pernah melakukan kejahatan besar, tetapi dalam menghadapimu, aku memang sudah salah.”

Gerakan sederhana ini membuat semua orang kaku terbengong.

Hutu sangat kaget dan terkejut, tangan yang sedang memeluk pada lengan Raven semakin mengerat.

Dia sangat kebingungan.

Meskipun hanya sedikit menunduk kepala, namun bagi kakek Ningga yang telah berumur tujuh puluhan, gerakan sederhana ini sama saja seperti melutut di lantai, mereka semua juga sangat mengerti dengan kenyataan ini.

Hutu memundurkan langkahnya, dia membuka lebar mulutnya, beberapa saat kemudian, dia baru berkata dengan perlahan-lahan :”Kamu…kamu tidak perlu begitu…aku tahu kamu juga demi kebaikan Raven.”

Hutu mengepal baju dan mengambil nafas, lalu terus berkata :”Sudahlah, semuanya telah menjadi masa lalu !”

“Pok pok” terdengar suara tepuk tangan yang berasal dari luar pintu.

Setelah itu, Ahmad yang berpakaian rapi beranjak masuk ke dalam.

Ahmad sambil berjalan sambil berkata :”Keluarga Ningga telah mendidik seorang anak perempuan yang sangat unggul untukku !”

Hutu mengerut bibir dan menatap Raven, Raven sedikit menarik sudut bibirnya, tatapan kecemasan yang berada di dalam matanya mulai memudar.

Raven kelihatannya menjadi lebih segar dan bersemangat.

Dalam hati Hutu berpikir, dalam beberapa tahun ini, mungkin saja Raven lebih sakit hati daripada dirinya.

Bagaimanapun dirinya dan keluarga Ningga, memiliki kepentingan yang sama di dalam hati Raven.

Setelah berpikir demikian, Hutu tidak merasa sedih lagi dengan tingkah toleransi barusan.

Dalam kehidupan ini, terlalu banyak hal yang tidak bisa sesuai dengan harapan.

Meskipun keluarga Ningga telah melakukan banyak hal yang tidak dapat dimaklumi.

Namun semua ini, juga dikarenakan demi orang yang dicintai.

Hutu menarik sudut bibir, seandainya dengan melepaskan kebencian dan masa lalunya dapat membuat semua orang berhidup nyaman, maka dia juga tidak ingin memperhitungkan apapun lagi.

Konferensi pers menyatakan keluarga Ningga dan Perusahaan Dineja akan mengadakan relasi pernikahan, informasi tersebut sangat menghebohkan.

Pada keesokan harinya, berita tersebut telah menduduki topik utama dalam semua situs berita.

Cinta Raven dan Hutu juga dapat berjalan dengan lancar.

Pada saat mengagumi cinta di dunia ini, semua orang juga memberikan keberkatan untuk mereka berdua.

Namun semua kejadian di dunia ini,

Selalu hanya ada kesenangan dan kesedihan.

Pada salah satu proyek bangunan di kota A, Mimi sedang membaca berita melewati ponselnya, sudut bibirnya sedikit menarik ke atas.

Setelah itu dia menyimpan ponselnya ada terus membaca dokumen di tangannya.

Tiba-tiba sebuah bayangan berdiri di hadapannya.

“Kamu sembunyi terus, mau sembunyi sampai kapan ? Dengan kemampuan Heter Retein, cepat atau lambat dia juga akan menemukanmu.”

Mimi memejamkan mata dan membuka kembali, tatapan yang tidak stabil menjadi tenang dalam seketika.

Rambo melihat Mimi yang bereaksi tidak peduli, sehingga langsung merebut dokumen di tangannya dan melempar ke samping.

Mimi terbengong sejenak, dia berdiri dan berjalan menghampiri keberadaan dokumen, lalu membungkuk pinggang dan memungut dokumen di bawah lantai.

Setelah itu Mimi berdiri berhadapan dengan Rambo, saat ini Mimi mengenakan seragam kerja berwarna hijau, di atas bajunya penuh dengan debu, rambutnya sangat pendek, wajah juga menjadi hitam karena jemuran matahari, pada bagian pipi kanannya masih ada bekas luka yang tidak terlalu dalam, keropeng pada bekas luka sedikit mengerikan.

Apabila tidak diperhatikan dengan teliti, tidak ada yang sanggup menghubungkan orang yang berpenampilan petani ini dengan Mimi yang memiliki rambut terurai panjang dan juga putih dan mulus.

“Ke depannya hidup baik-baik, jangan mencari aku lagi.”

Suara serak dan rendah bagaikan seorang pria langsung dilontarkan dari mulut Mimi.

Rambo yang mendengarnya sedikit terhuyung, setelah itu dia terjatuh begitu saja di bawah lantai, bata yang tajam menusuk ke dalam telapak tangannya, cairan darah perlahan-lahan mengalir keluar dari lukanya.

Namun Rambo hanya terus melotot wanita di hadapannya.

“Mimi, kamu sudah gila ya, bukannya kamu sudah berjanji kalau kamu tidak akan menyentuh ini lagi ?” Suara Rambo sangat gemetaran, emosionalnya juga telah hilang kendali.

Mimi mengulur tangan dan sedikit menariknya, Rambo yang memiliki berat badan 85 kilogram tertarik dengan mudah dari lantai.

Jangan menyentuh ini lagi ? Yang mana ?

Menyamar jadi pria ?

Keahlian yang disembunyikan ?

Atau teknik mengubah suara yang sangat terampil ?

Atau…. masa lalunya ?

Mimi menarik sudut bibir sendiri, dia juga pernah membayangkan untuk tidak menyentuhnya lagi, dan juga telah berusaha menjadi manusia biasa!

Namun kenyataan malah berniat lain, dia tidak akan bisa !

“Namaku Rozi Debs, aku hanya seorang pekerja biasa, ke depannya kalau bertemu lagi, manajer Rambo jangan salah memanggil.”

Setelah selesai berbicara, dia berbalik badan dan ingin pergi,

Namun Rambo malah memeluknya dari belakang, “Mimi, aku bisa membantumu, asalkan kamu mau, kita masih bisa lanjut menjadi suami istri, dengan begitu, dia tidak akan mencurigai kamu lagi…”

Mimi menghentikan langkahnya, matanya sedikit kemerahan, dia mana bisa mempengaruhi masa depan Rambo hanya karena kepentingan dirinya ?

Dia terlalu banyak mengutang terhadap Rambo, bagaimanapun Rambo telah memiliki orang yang dicintainya dan juga anaknya, dia sudah harus mengembalikan kehidupan yang tenang kepadanya.

“Pergi !” Nada bicara Mimi sangat kejam, lalu beranjak pergi dengan tanpa rasa ragu.

Namun pada saat Mimi membalikkan badan, air matanya menetes bagaikan hujan, selanjutnya di dunia ini tidak ada wanita yang bernama Mimi, hanya ada pria yang bernama Rozi Debs.

Novel Terkait

Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu